Two : Sweet Punishment

46.1K 2.2K 31
                                    

"BILAAA"

Terdengar teriakkan yang berasal dari belakang Bila tepat saat gadis itu baru akan melangkah masuk ke dalam kelas. Ia pun berbalik, dan menemukan sahabat karibnya, Gladis, sedang berlari kecil ke arahnya.

Bila melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap sahabatnya datar, "Kenapa?"

Begitu Gladis baru saja menatap wajah Bila, ia pun tertawa terbahak-bahak. Melihat kelakuan Gladis yang aneh itu, Bila mengerutkan dahinya bingung.

"Lo gila, Dis?" tanya Bila, takjub.

Setelah tawanya reda, barulah Gladis menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu, "Itu mata apa make up jadi hantu? Abis nemenin satpam komplek lo ngeronda malem?" tanyanya balik lalu terkekeh.

Bila cemberut. "ini loh, gara-gara Zidan."

Gladis melongo. Asing dengan nama itu dan sepengetahuannya, sahabatnya yang satu ini tidak memiliki saudara bernama Zidan apalagi adik.

"Zidan? Zidan siapa? Anak tetangga lo yang dititipin? Atau anak lo sama..."

Sebelum Gladis melanjutkan pertanyaan-pertanyaannya yang semakin ngelantur itu, Bila langsung menghentikan celotehan sahabatnya yang emang cerewetnya nadzubilah.

"Astaga, Dis. Lo kalo mau nanya jangan beruntutan gitu, dong. Apalagi ngelantur. Gue masih perawan ting-ting tau! Main ke Bar aja enggak pernah. Bisa digamparin Adnan kali, gue." Biar selengean begitu, Bila sangat patuh pada Kakaknya, juga orang tuanya yang tinggal di Kota yang berbeda.

Gladis terkekeh sambil menatap Bila dengan tatapan menyesal. "Sorry deh, Princess. Oh iya, jadi Zidan itu siapa?"

Bila berdeham sejenak sebelum mulai bercerita. "Jadi kemarin siang, gue nemuin bayi. Masih di Troli gitu. Di depan rumah gue. Sebelumnya ada yang pencet bel, eh pas gue tanya lewat interkom enggak disahutin. Trus cctv rumah gue kebetulan lagi rusak gara-gara si bego Arkan yang terlalu berambisi dengan wall climbing dan saking desperate-nya gue gak ijinin wall climbing karena lokasinya bahaya untuk seumuran dia, akhirnya dia manjat pager rumah gue yang lumayan tinggi dan nendang cctvnya. Trus gue-"

"Stop," Gladis menghentikan ucapan Bila dan menatap sahabatnya itu bingung, "Lo itu mau ceritain Arkan atau bayi itu sih?"

Bila terkekeh lalu mulai melanjutkan ceritanya mengenai Zidan itu. "Iya, Dis. Trus gue bingung gitu kan. Ini bayi anak siapa. Perasaan tetangga gue anaknya pada seumuran gue atau Arkan semua, nah yaudah kan tadinya mau gue tinggal. Tapi kasihan juga gue lama-lama. Udah lagi panas-panasnya lagi. dan tadinya juga, gue kira itu anaknya si Adnan. Kali aja gitu, dia khilaf. Tapi ternyata bukan. Dia malah mencak-mencak. Trus, Adnan usulin biar bayi itu dibawa ke Panti asuhan yang ada di deket taman komplek. Tapi gue sama Arkan enggak setuju. Terutama, gue seperti merasakan suatu keterikatan dengan Bayi itu. Entah apa. Jadi, yaudahlah, kita sepakat untuk mengangkat Bayi itu menjadi adik kita dan namain dia dengan nama Zidan," Bila mengakhiri cerita panjangnya dengan tersenyum bangga.

Gladis memiringkan kepalanya, "trus, hubungannya sama lingkaran hitam di mata lo?"

"Semaleman dia rewel. Kami-gue, Arkan dan Adnan yang pasti gaada yang ngerti bahasa bayi. Gue kira, dia minta susu. Tapi, pas dikasih susu, dia gamau. Mungkin dia lagi adaptasi sama lingkungan baru kali, ya. Trus gue coba gendong akhirnya dia diem juga, huh, untung gue waktu itu pernah gendong bayi saudara sepupu gue," ujar Bila panjang lebar sementara Gladis mengangguk-angguk mengerti.

Bel berdering. Menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai. Mata Bila melirik ke papan jadwal pelajaran yang menunjukkan kalau saat ini sudah masuk jam pelajaran Sejarah. Pelajaran Bu Sasti yang sering diplesetkan anak-anak menjadi Bu Prasasti, selain karena menyangkut dengan mata pelajaran yang diajarkannya, juga karena ia masuk ke daftar nama guru Killer di SMA Inti Persada ini.

Baby & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang