One : A Baby ?

72.8K 3K 103
                                    

Demi Tuhan. Hari ini hari teraneh seumur hidup Bila. Seseorang tiba-tiba mengirimkan seorang Bayi Laki-laki mungil di sebuah stroller lengkap dengan segala perlengkapannya. Dan bayi itu diletakkan tepat di depan pagar tinggi rumahnya. Sial. Apa-apaan nih? Emangnya rumah gue panti asuhan? Gerutu Bila dalam hati.

Beberapa detik kemudian bayi itu menangis. Ugh tangisannya jangan jangan bisa bikin gue budek. Udah ah tinggal aja. Bila menaikkan bahunya acuh dan berbalik masuk ke dalam rumahnya.

Tapi, kasian juga sih. Lagian, daripada semua tetangga pada keluar, lebih baik gue bawa masuk dulu. Batin Bila lagi.

Bila akhirnya berubah pikiran. Gadis berkuncir kuda itu akhirnya mendorong masuk stroller bayi itu serta menjinjing tas bayi. Ia menemukan botol susu yang masih lumayan hangat di salah satu kantung yang ada di tas bayi itu. Tak perlu berpikir lama, ia membuka tutup botol susu itu dan memberikan bayi itu susu. Dan akhirnya bayi itu terdiam.

Setelah bayi itu diam, Bila duduk di salah satu sofa yang bersisian dengan stroller bayi itu. Sementara tangan kanannya sibuk memegang botol susu bayi. Lalu, ia melirik ke arah bayi itu yang ternyata sudah tertidur. Lidahnya menyembul keluar dan menolak untuk meminum susu itu lagi. Bila yang mengerti maksud Bayi itu langsung menarik botol susu dan menutupnya.

"ASTAGA Kak Bil. Ga nyangka ya udah punya anak! kapan lahirnya? Perasaan kemaren-kemaren perutnya ga buncit." Terdengar teriakkan agak cempreng dari adik Bila, Arkan. Yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Heh. Siapa yang bilang ini anak gue?" tanya Bila sewot.

Arkan terkekeh, "Gue kan barusan?"-ia lalu berkacak pinggang. Kepalanya miring ke kanan dan ke kiri.-"Terus, ini siapa? Anak tetangga? Atau...adek baru kita?" tanyanya lagi dengan mengerling menatap kakaknya.

"Bukan. Ini bukan anak gue atau anak tetangga. Apalagi Adek kita." Bila menjawab pertanyaan adiknya yang beruntun itu sambil mengamati bayi itu. Berusaha mencari kesamaan wajah bayi itu dengan orang-orang yang ia kenal.

Arkan mendekati stroller bayi itu alu mengelus pipi bayi mungil itu dengan sayang. Arkan memang sudah lama ingin memiliki adik. Di umurnya yang ke empat belas memang ia sudah terlalu tua untuk dianggap adik kecil. Tapi, semua anggota keluarganya selalu menganggapnya anak kecil dan adik kecil. Makanya, ia ingin memiliki adik. Agar ia lebih dianggap dewasa.

Arkan tiba-tiba mengingat sesuatu. "Eh Kak Bil. Jangan-jangan ini anaknya Bang Adnan! Trus karena dia gamau tanggung jawab jadinya dikirim ke kita. Karena disini lagi gaada Papa sama Mama jadinya dia fikir dia gaakan ketauan!" Bila hanya menatap datar adiknya yang sedang memberikan penjelasan aneh yang terdengar seperti sinetron.

"Kebanyakan nonton sinetron lo, Dek." ujar Bila.

Arkan mendengus. "Coba aja lo telpon Bang Adnan. Atau kita tunggu nanti sore aja? Kebetulan dia kan hari ini pulang."

"Bener juga ya. Yaudah dah gue tidur siang dulu. Lo jagain bayi ini! Kalo sampe dibikin nangis, lo harus nyusuin dia!" Bila bangkit dari sofa dan melangkah ke arah tangga. Bermaksud untuk pergi ke kamarnya.

"Lah? Gue kan gapunya kelenjar susu?" Tanya Arkan polos.

Bila berdecak, "Itu kan tadi ada botol susunya, Arkan."

"Oh iyaya," Arkan mengusap tengkuknya sambil tersenyum lebar. "Oon jangan dipelihara, apa. Pelajaran Eksak aja nilai lo bagus." Bila langsung pergi ke kamarnya. Matanya memang sudah tak kuat lagi untuk terbuka. Maka, dengan mengabaikan kekhawatirannya atas Bayi itu yang sedang dijaga Adiknya, ia pun terlelap.

*

"Gue berani sumpah di atas Al-Qur'an gue ga sebejat itu. Sumpah." Adnan mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya yang membentuk huruf 'V' di udara.

Baby & ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang