eX

84.8K 2.2K 42
                                    

*Warning typo berserakan dimana-mana*

Flashback on
°•°•°•°•°•°•°•°•°
Waktu itu umurku masih 17 Tahun sementara
umur Noah sudah 21 Tahun, dia menganggap jika hubungan yang kami jalani sangat serius
bahkan Dia pernah bilang apapun yang akan terjadi nanti hanya akulah wanita yang akan menemaninya melalui setiap senang dan duka didalam ikatan cinta sampai maut memisahkan.

Noah Malique, adalah anak tunggal dari Hans Malique dia adalah kerabat bisnis almarhum Papaku selama Beliau masih hidup, berhubung kedua Orang Tua kami bekerja sama, aku dan Rosse berteman dengan Noah sejak kami kecil.

Masa remajaku yang kosong dan hampa tanpa sosok orang Tua di warnai oleh kehadiran Noah
yang selalu setia berada disampingku, mengisi  kebahagiaanku, sedikit demi sedikit perasaaan pertemanan kami berubah menjadi cinta, kami berdua sadar telah melewati batas wajar, tidak kupungkiri juga bahwa aku mencintainya.

Setelah tiga tahun lamanya, kami berdua resmi menjalani hubungan, dan sampai saat ini tidak ada yang mengetahuinya termasuk Rosse dan juga Om Norman, entah mengapa, Noah tidak ingin Rosse dan Om Norman tau tentang kami.

|||||||||||||||||||||||||

Waktu itu sedang memasuki musim salju seperti biasanya, aku hanya mengisi waktu luang untuk
membaca Novel didalam kamarku, kira-kira Jam 08.30 malam Noah menelponku, suaranya yang lembut itu meminta agar aku keluar dari rumah untuk menemuinya di depan gerbang.

Aku sedikit ragu berfikir kalau Noah pasti hanya ingin membohongiku seperti yang sudah-sudah, alhasil kusibakan tirai jendela dan ternyata Dia memang benar, Aku melihatnya sedang terpaku di depan gerbang dengan kedua tangannya yang sedang menadangi butiran salju, tanpa pikir lagi
aku segera turun untuk menemuinya.

Cuaca saat itu sangat ekstrim sekali, angin yang kencang seketika menyeruak kedalam sela-sela pakaianku, aku membuka gerbang dan seketika Noah menoleh.

"Baby.." Panggilku merasa konyol dengan kedatangan dirinya yang tiba-tiba itu.

Noah tersenyum, Dia menyeretku keluar dari gerbang dan langsung memelu'kku.

"Bodoh." Bisiknya padaku, dia mengatakan Aku terlalu menuruti apapun yang dia pinta sampai tidak memperdulikan kesehatanku sendiri, apa mau dikata? Aku tergila-gila padanya.

"I would die for you, if i have to" Bisikku semakin erat memeluknya, meresapi wangi tubuhnya, dia sangat hangat mungkin aku bisa tertidur lelap di pelukannya jika ini terus berlangsung lama.

Noah melepaskan pelukan kami, dia meraup wajahku dengan tatapan yang teduh "Kalau diluar sedang hujan batu dan Aku meminta kamu untuk menemuiku apakah kamu akan tetap keluar juga?" Tanya Noah dengan mata birunya yang gelap seraya mencium dahiku.

Aku menganggukan kepala dengan pasti, tatap matanya yang sedalam lautan itu seakan-akan menyihirku untuk mengatakan iya. "Ah lihat itu, kau berkata bodoh dengan wajahmu yang tampan, tidak adil." Timpalku lagi sedikit membuatnya tertawa.

Kedua mata kami saling bertemu, dia mengelus pipiku dengan jemarinya, wajahnya yang tadi riang sekarang berubah jadi lebih murung dan sendu.

Aku menggenggam tangannya erat-erat seraya mengangkat wajahnya untuk tetap menatapku
"Noah? is everything fine?" Tanyaku.

Dia menggelengkan kepala dengan kedua mata yang terpejam, cukup lama dia mengatur nafas dan berkata. "Cam, sebelumnya aku ingin kamu tahu, bahwa Aku benar-benar mencintai kamu." Ungkapnya seraya menempelkan kedua tangan besarnya di wajah kecilku.

"Noah, ada apa ini? tolong jelaskan saja ada apa, jangan membuatku takut." Ucapku, dan lagi dia terdiam lalu membuang nafasnya yang hangat.

"Noah.. je-"

Romance AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang