Chapter Twenty Three - Throwback pt. 1

Start from the beginning
                                    

"GIMANA?!"

"Gimana apanya?" Jace hanya menanggapi pertanyaan terakhir yang berasal dari Danissa setelah mengerutkan keningnya saat mendengar pertanyaan aneh itu.

"Aduuh... Dan, lo jangan mengajukan pertanyaan bodoh di saat kaya gini dong!" Keyra menoyor pelan kepala Danissa yang sedang tersenyum lebar.

"Udah, udah! Kita diliatin sama orang-orang, tau." Maryln memperhatikan sekeliling mereka yang sedang melihat dnegan tatapan bingung ke arah mereka berlima.

"Lo pada sih, teriak gak kira-kira." Jace memprotes keempat temannya yang hampir saja menulikan pendengarannya beberapa saat lalu.

"Gara-gara elo, kampret!" Maryln mendorong tubuh Jace gemas.

"Jace, lo hutang cerita ke kita!" Sada menunjuk Jace dengan wajah setengah serius. Setengahnya menahan tawa karena tingkha teman-temannya.

"Iya! Sekarang kita ambil tas kita, langsung pergi ke rumah gue!" Maryln melangkah meninggalkan teman-temannya.

"Ngapain ke rumah lo?" Tanya Jace yang menghentikan langkah Maryln.

"Ya dengerin lo cerita, lah."

"Pensinya?" Keyra bertanya sambil melongokan badannya dari balik Jace.

"Persetan sama pensi, kita pergi juga nggak ada yang sadar." Sada mulai melangkah ke arah Maryln.

"Tapi gue belom nyobain semua makanan di sini!" Protes Danissa yang membuat keempat temannya memutar mata mereka ke arahnya.

"Di rumah gue banyak makanan!" Kalimat Maryln ini membuat Danissa tersenyum lebar dan ikut melangkah ke arah tempat Maryln berdiri.

"Makanan mulu pikiran lo. Jace, ayo buruan!" Ajak Keyra yang sudah menarik lengan Jace pelan.

"Eeem.... Gue nggak ikut aja, boleh?"

"Lah. Otak lo gesrek? Nanti yang cerita siapa??"

"Lewat voice note aja nggak boleh?"

"Jace, lo jangan sampe gue telanjangin di sini, udah ah buruan!" Keyra menarik Jace ke arah ketiga temannya yang sudah berjalan di depan.

"Gue malu ceritanya." Protes Jace pada Keyra yang masih memegangi lengannya.

"Loh? Gue kira lo udah ngga punya malu?"

"Sial lo, Key!"

"Hahahahaha..."

★★★

"Oh my gawd....."

"He got some nerves to did that..."

"Gue nggak percaya Jace kita ciuman di sekolah.."

"Hey! What's that supposed to mean?" Jace mengerutkan keningnya ke arah Maryln yang baru saja menyuarakan pikirannya.

"Well, lo kan anak teladan, kesayangan guru-guru, kalem... kadang doang sih kalemnya," kalimat ini mendapat lirikan tajam dari Jace dan Maryln hanya menyeringai padanya. "Siapa yang nyangka lo yang duluan ngerasain being kissed at school?" Lanjut Maryln sambil mengangkat bahunya dan meraih sekantung potato chips dari Jace.

"Bukan gue, pastinya." Jawab Jace sambil merebut kembali potato chips-nya.

"Jadi lo berdua sekarang apa?" Tanya Keyra yang sedang menggigit Pocky Green Tea miliknya.

"Manusia lah, Key." Jawab Jace asal.

"Gue serius, Jace!" Keyra melempar bantal yang berada di pangkuannya ke arah Jace yang sudah tertawa.

Mereka berlima sedang berada di atas ranjang King Size milik Maryln -setelah sebelumnya berbelanja ke mini market untuk membeli persediaan snack mereka selama berada di rumah Maryln dan memesan Pizza, menginterogasi Jace mengenai kejadian yang terjadi pada dirinya dan Stef.

Jace menceritakan semuanya dengan suara tercekik dan hampir tidak terdengar sambil menutup wajahnya yang merah, membuat setiap orang berteriak "Hah?" bergantian dengan tidak sabar karena tidak dapat mendengar perkataan gadis itu.

"Mar, bel rumah lo bunyi. Kayanya yang nganter pizza deh." Sada melongokan kepalanya keluar jendela kamar Maryln yang berada di lantai dua untuk melihat ke arah gerbang rumah Maryln. "Tuh kan bener." Lanjutnya sambil kembali ke posisi awalnya.

"Biar gue aja!!!" Danissa segera meloncat dari ranjang dan berlari keluar kamar diiringi suara tawa teman-temannya.

"Bener-bener deh, itu anak. Nggak bisa jauh dari makanan sedikit pun." Komentar Keyra pada sahabatnya semenjak hari pertama masuk SMA.

"Dani, gitu loh." Sambung Jace.

"Emm, mending gue cek si Dani, daripada nyampe atas pizza-nya tinggal setengah potong dan harus dibagi empat?" Maryln bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah pintu, berniat menyusul Danissa.

"Setuju, biar gue temenin." Sada ikut bangkit dari ranjang dan mengikuti Maryln keluar kamar, menutup pintunya dan meninggalkan Keyra berdua dengan Jace.

"Jadi, apa gue harus bilang selamat?" Tanya Keyra memecah keheningan yang tercipta setelah ketiga sahabatnya sebelumnya keluar dari kamar.

"Truthfully? I'm not even sure." Jace menjawab sambil menaikan bahunya. "Dia nggak ngomong apa-apa..."

"Kalo begitu, lebih baik gue simpen ucapan selamat gue begitu lo dapet kepastian."

"Iya, begitu lebih baik..."

"Jace...?"

"Ya....?"

"Nggak apa-apa sih.... Tapi..."

"Tapi?"

"Nggak, nggak jadi. Mending kita ikut turun, deh. Jangan-jangan mereka bertiga malah berkomplot buat ngabisin pizza-nya." Ajak Keyra sambil bangkit dari duduknya.

"Roger that!" Jace menjawab sambil tersenyum lebar, kemudian bangkit dan berjalan ke arah pintu lebih dulu.

Keyra memandang sahabatnya dari belakang, merasa tidak enak mengenai perasaannya. Perasaan tidak enaknya. Ia seharusnya tidak merasakan hal seperti ini ketika sahabatnya sedang bahagia. Jace sangat bahagia dan Keyra tahu itu, ia mengenal sahabatnya.

Gadis itu memang menceritakan semuanya dengan malu-malu dan kebingungan. Tapi Keyra menangkap senyuman Jace, senyuman bahagia Jace.

Namun entah mengapa Keyra merasakan perasaan tidak enak pada hubungan Jace dengan Stef, terlebih lagi saat Jace mulai bercerita. Firasatnya buruk mengenai hal ini. Namun ia hanya menelan semuanya dan berusaha mendoakan yang terbaik bagi Jace. Semoga saja firasatnya ini salah.

"Key?"

"Ya?" panggilan dari pintu itu menyentakan Keyra dalam lamunannya.

"Lo kenapa diem aja? Nggak kesambet, kan?"

"Nggak lah, lo gila." Jawab Keyra sambil berjalan ke arah Jace.

"Ayo, buruan!"

"Iya, iya." Keyra mengikuti Jace dibelakangnya dan menutup pintu kamar Maryln dengan cepat.

****
If you don't mind, please hit that Vote and Comment to support me!
Thankyou ❣️

Love,
Jays.

Number One (completed)Where stories live. Discover now