Chapter Twenty One - Spill

4.2K 352 0
                                    

"So you think I have nothing to say?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"So you think I have nothing to say?"

—CHAPTER TWENTY ONE—

"Jace... kenapa... kenapa kamu ada di sini?"

Jace mematung mendengar pertanyaan itu. Ia tidak tahu harus menjawab apa pada Stef. Lebih tepatnya, ia tidak tahu harus berkata apa di depan Sam.

Sam.

Mengingat Sam, ia segera mengumpulkan kesadarannya dan mengalihkan pandangannya kepada Sam yang masih menatap mereka berdua dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sam menyadari Jace sedang menatapnya dan balik menatap Jace. Jace melihat pandangan Sam yang menuntut penjelasan darinya.

Astaga. Sam menuntut penjelasan.

Jace merasa akan menangis saat itu juga ketika melihat kekecawaan pada mata Sam.

Stef mengerutkan dahinya ketika Jace memutuskan tatapan mereka dan menyadari ekspresi Jace. Ekspresi yang ia kenal sejak bertahun-tahun lalu. Ekspresi yang tidak pernah berubah semenjak wanita itu masih menggunakan seragam putih-merahnya.

Ekspresi Jace saat ia ketakutan, saat wanita itu menahan tangisnya. Stef sangat mengenal ekspresi itu. Bahkan ekspresi itulah yang menghantui setiap malamnya semenjak ia memutuskan menghapuskan Jace dari hidupnya. Membuatnya ingin menyakiti dirinya sendiri karena memikirkan ekspresi Jace saat menerima pesan terakhirnya, dan kenyataan namanya tidak ada lagi dari kontak Jace.

Keputusan bodoh yang masih ia sesali sampai saat ini, namun mulai tertimbun jauh di dalam memorinya hingga sekarang. Sekarang, segala kebodohan dan kebrengsekannya menghajarnya dari segala arah ketika menemukan Jace di rumahnya. Melihat wajah wanita itu secara langsung setelah satu tahun hampir berlalu.

Tapi ketika ia menyadari bahwa dirinya bukan lagi fokus utama Jace, ia mengikuti arah pandang wanita itu dan mendapati kakak laki-lakinya yang menatap dalam pada Jace.

Stef mengepalkan tangannya, ketika ia melihat kakaknya dan Jace bertatapan. Menyadari ada sesuatu di antara mereka berdua, sesuatu yang ia tidak ketahui.

"Jace.." panggil Stef sambil meraih salah satu pergelangan tangan Jace, berusaha mengembalikan perhatian Jace padanya.

Jace terlonjak mendengar suara Stef yang sangat dekat padanya, merasakan sentuhan tangan Stef pada pergelangan tangannya. Ia terkejut begitu menyadari seberapa dekatnya Stef dengan dirinya, menyadari bahwa wangi Benetton pada lelaki ini bahkan tidak berubah. Sentuhan dan napas lelaki ini masih sama dengan dulu. Stef yang ia kenal.

Namun bila dulu semua hal itu membuatnya nyaman, sekarang itu hanya membuatnya merasakan gejolak tidak enak pada perutnya. Bukan wangi, sentuhan dan napas Stef lagi yang dapat membuatnya nyaman. Ia sudah memiliki orang lain yang membuatnya merasa seperti itu.

Begitu Jace tersadar dari efek Stef yang berada di dekatnya, ia reflek menarik tangannya dari Stef dan berjalan menghampiri Sam yang masih terdiam melihat tindakan adiknya.

Number One (completed)Where stories live. Discover now