29. Kebohongan

5.1K 364 11
                                    

***
Al's POV.

Aku menghela nafas panjang karena memikirkan Anna, sudah 2 bulan dia tidak ada kabar dan sudah 2 bulan ini juga aku terus kerumahnya, tetapi selalu berakhir bertemu Avianca.

Avianca berbanding balik dengan Avianna, Avianca terlihat lebih mementingkan penampilan dan juga dia terlihat sangat centil. Itu terbukti bagaimana dia selalu menggodaku.

Aku paling tidak suka dengan perempuan yang centil seperti Avianca. Tiap kali aku menanyakan kabar Avianna ke Avianca, pasti dia langsung marah. Tetapi aku tetap sabar karena aku sangat membutuhkan informasi dari Avianca.

"Al? Lo kenapa?" Ucap seseorang menyadarkanku dari lamunan.

"Eh? Lila? Gue gak apa-apa kok." Ucapku tersenyum tipis, dia malah menghela nafas.

"Sampai kapan lo terus gini, Al? Lo gak lihat berat badan lo sekarang menurun? Lo gak lihat sekarang lo lebih sering melamun dibanding ngoceh gak jelas?"

"Gue kayak gini karena Anna, La. Gue gak tau keberadaan dia dimana, gue gak tau gimana keadaannya sekarang, gue gak tau, La." Ucapku frustasi.

"Lo harus yakin Anna balik kesini lagi, Anna masih hidup, Al. Lo harus yakin hal itu." Aku menghela nafas panjang.

"Gue tau, gue cuma mau memastikan keadaan dia gimana. Gue merasa bersalah, La. Coba waktu itu gue maksa dia buat berteduh, pasti sekarang dia lagi disini disekolah bareng kita."

"Lo gausah merasa bersalah, Al. Itu udah jalan Tuhan, kita cuma harus berdoa supaya keadaan dia baik-baik aja." Aku menghela nafas lalu mengangguk.

"Shawn, Mario, Aqshal sama Fara mana?"

"Mereka lagi dikantin, mending kita kesana." Aku mengangguk lalu mengikuti langkah Lila.

"Woy, La. Lama amat sih katanya ke wc, eh ada Alverio." Ucap Mario cengengesan.

"Ini, gue tadi pas mau balik ke kantin ngeliat si curut ini nangkring didepan kelas sendirian." Ucap Lila mendelik kearahku.

"Wah lo pasti melamun lagi kan, Al? Kalo lo beneran kesambet ntar gimana?" Cerocos Shawn.

"Dia gak bakal kesambet, Shawn. Penunggu disini takut semua sama dia." Ucap Aqshal, seketika mereka semua tertawa tentunya kecuali aku.

"Gue cuma kepikiran Anna." Celetukku tiba-tiba yang membuat mereka semua diam.

"Al, Anna itu masih hidup, mungkin dia lagi dirawat dirumah sakit yang bisa bikin dia lebih cepet disembuhin." Ucap Mario.

"Atau ngga, Anna tinggal bareng Kakeknya." Aku menoleh kearah Fara, semuanya juga melihat kearah Fara.

"Eitsss, jangan ngeliatin gue gitu amat elah. Gue merasa lagi di intimidasi." Ucap Fara mengangkat tangannya.

"Emang kakeknya Anna tinggal dimana?" Ucapku.

"Kakeknya tinggal di London, gue gak tau pasti tempatnya dimana, gue lupa. Lagian Anna waktu itu ngasih tau ke gue waktu kita kelas 8 SMP." Aku mendengus.

"Iya! Gue inget! Anna juga cerita ke gue, Kakeknya dulu suka bolak balik London-Indo, Kakeknya punya perusahaan di London dan kebetulan Kakeknya juga blasteran London-Indo." Celetuk Lila.

"Berarti Kakeknya sekarang ngga di Indo dong? Ato Kakeknya lagi balik ke London? Lo bilang kan Kakeknya suka bolak-balik London-Indo." Ucap Shawn.

"Kakeknya gak pernah balik kesini lagi semenjak Mama Anna meninggal." Ucap Lila, mataku membulat mendengar ucapan Lila.

"Eh eh maksud gue...." Ucapnya menggigit bibir bawahnya.

"Lo harus jelasin semuanya." Ucapku menatap matanya tajam. Lila mendengus kasar.

AlviannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang