11. Rain

8.8K 476 1
                                    

***
Anna's POV.

Sekarang Aku sedang menunggu jemputan di tempat satpam. Karena hari ini hujan,Aku tidak bisa mencari kendaraan umum untuk pulang.

Tiba-tiba ponsel yang ada disaku ku bergetar.
"Assalamualaikum,Bang Alvan."

"Waalaikumsalam,Na. Na,abang minta maaf banget ya hari ini gak bisa ngejemput kamu. Soalnya abang ada tamu dari Jepang,dan Pak Anton pulang kampung karena katanya istrinya sakit. Jadi kamu pulang naik taksi aja ya,ato ngga bareng temen kamu." Ucap Bang Alvan panjang lebar,Aku menghela nafas panjang.

Inilah yang kadang membuatku kesal dengan Bang Alvan. Dia sering sekali membatalkan janji yang sudah dia buat sendiri. Kalo begini,mending tadi Aku membawa mobil saja.

"Yaudah deh bang,Anna cari taksi aja deh." Ucapku pasrah.

"Maaf banget ya,Na." Ucap Bang Alvan seperti tidak enakan.

"Gapapa kok bang,yaudah Assalamualaikum."

"Ya,waalaikumsalam." Aku pun memutuskan telpon secara sepihak.

Sial. Mana ada taksi yang lewat didepan sekolahku? Sangat jarang! Mau tidak mau Aku harus jalan untuk mencari taksi.

Untung Aku membawa hoddie handalanku.

Aku pun berjalan dibawah guyuran hujan,memang hujan sekarang tidak sederas tadi. Tetapi Aku tetap menyukainya.

Aku menyukai hujan,sangat menyukai. Menurutku,hujan seperti mengerti perasaanku,Aku bisa menangis dibawah hujan tanpa ada yang tahu.

Rasa sakit yang Aku pendam bisa hilang jika Aku sudah bermain hujan.

Aku pun melangkah dengan hati yang senang.

"Wey!" Ucap seseorang menepuk pundakku.

"A...Al?" Tanyaku ragu,Aku mengucek mataku sekali lagi. Karena hujan,Aku sulit melihat secara jelas.

"Lo ngapain hujan-hujanan disini?" Tanyanya berdecak pinggang.

"Sadar diri dong." Ucapku memutar bola mata.

"Gue bawa mobil kok,gue tadi ngeliat lo di tempat satpam dan tiba-tiba main hujan dan gue ngikutin lo."

"Gue cuma mencoba cari kendaraan umum untuk pulang. Kalo gue cuma berdiam diri tanpa melakukan usaha apapun,itu sama aja gue nunggu salju turun di Jakarta. Mustahil."

"Salju bisa kok turun di Jakarta,lo cukup menaburkan es dari udara menggunakan helicopter dan jadilah turun salju di Jakarta."

"Dasar ngaco!"

"Udah ah,mending lo bareng gue aja pulangnya. Nanti lo sakit kalo main hujan-hujanan kayak gini."

"Lebe lo! Gue suka banget malah sama hujan,jadi lo gak perlu khawatir sama gue." Al menghela nafas panjang,Aku tahu dia sedang berusaha membujukku.

"Kita main hujan-hujannya ditaman rumah gue aja ya. Soalnya gue punya rumah pohon." Mataku berbinar mendengar ucapannya,Aku pun langsung mengiyakan ajakannya.

Dan disinilah Aku sekarang.

Dikediaman Keluarga Brickman.

"Yuk gue ajak lo ke rumah pohon yang paling indah." Ucapnya tersenyum manis. Aku pun mengangguk dan ikut tersenyum.

"Taraaa!" Ucapnya menunjuk rumah pohon yang dia maksud. Aku menutup mulutku tidak percaya.

Bagaimana tidak? Rumah pohon milik Al ini sangatlah elite. Rumah pohon tersebut dilapisi cat berwarna putih,dan di hiasi gemerlap lampu.

AlviannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang