20. He's My Prince

Start from the beginning
                                    

"Ya. Thanks" Levy mengangguk, tersenyum canggung, lalu pergi

"Aku sungguh terkejut mantan mu adalah Levy yang itu" ucap Alexander saat kita kembali berjalan

"Dan aku terkejut kau tidak tahu" balas ku "kau mengiriminya SMS" lanjut ku

"Aku kira dia hanya seorang backpacker" balas Alexander datar

"Jadi kalau kau tidak tahu Levy adalah mantan ku, bagaimana kau mengenalnya?" Tanya ku penasaran

"Ellen seorang fans berat, begitu juga dengan Skye" balas Alexander lalu menatap ku aneh

"Ada apa dengan tatapan mu?" Tanya ku risih

"Aku sedang membayangkan kau dengan rambut pink" balasnya menggeleng kecil "aku tidak bisa"

"Well, kau tidak akan pernah melihat ku dengan warna itu lagi. Selamanya. Jadi jangan berharap" ucap ku menyipitkan mata ku, menekankan maksud ku

"Tak perlu khawatir, aku tidak akan pernah meminta mu" ucapnya ringan "aku lebih menyukai rambut cokelat mu" sepertinya telinga ku mulai bermasalah, karena sepertinya aku baru saja mendengar Alexander mengucapkan hal yang bisa dikatakan pujian.

👻👻

Alexander kurang lebih menarik ku keluar kamar hotel malam itu. Aku tidak tahu kemana ia membawa ku, tapi kemana pun itu, aku tidak tertarik. Bertemu dengan Levy membuat ku merasa tidak mood untuk melakukan apapun. Sepertinya sampai sekarang aku masih memiliki perasaan yang kuat dan tak terselesaikan kepadanya.

Aku kesal pada Alexander karena ia memaksa ku keluar hotel, tapi semua kekesalan itu menguap saat aku menyadari dimana kita berada. Aku sangat terkejut sampai aku tidak bisa berkata apapun, karena tebaklah dimana kita berada saat ini.. Kita berada di O2 Arena, tidak hanya di O2 Arena, kita ada di venue konser Summer Act yang Levy katakan sudah sold out. Kenapa kita berada disini?

"Alexander aku-tidak-tahu-nama-belakang-mu, kenapa kita ada disini?" Sungguh aku harus mencuri lihat pasportnya, karena aku yakin disana pasti tertulis nama lengkap dan tanggal lahirnya, dengan begitu, aku bisa tahu siapa dia sebenarnya dan berapa tepatnya umur pria ini.

"Kau terlihat kecewa saat Levy mengatakan tiket sudah habis," balas Alexander santai "so I pulled some string, and scored us 2 tickets" lanjutnya tersenyum. Aku speechless "aku juga penasaran seberapa hebat band ini" aku hanya bisa berkedip tak percaya "ada apa dengan tatapan mu?"

"Kau ternyata bisa bersikap baik hati" ucap ku dengan senyum yang perlahan melebar

"Aku bisa melakukan banyak hal, Chloe," ucapnya "percayalah" tambahnya dengan senyum sok

"Dimana Alexander yang kecut dan suka mengancam?" Tanya ku menyipitkan mata

"Beristirahat di Amerika" balasnya "jadi haruskah kita masuk?"

"Yes! Tentu saja" balas ku semangat

"Kau bersyukur sekarang bukan aku memaksa mu berganti baju dan keluar kamar hotel" ucap Alexander tertawa ringan

"Jelas sekali" aku mengangguk semangat

Alexander mendapatkan kita tiket festival, jadi bayangkan saja seberapa ramainya lapangan ini saat kita sampai di dalamnya.. Kita terpisah 2 kali sebelum akhirnya Alexander memutuskan untuk mengaitkan tangannya dengan tangan ku dan saat itu tidak juga bekerja, dia mendorong batasannya dan memeluk pinggang ku, dan sungguh aku tidak bisa bernafas, tapi itu bukan karena tidak ada jarak antara para penonton, aku tidak bisa bernafas karena gestur Alexander, entah kenapa hal itu menarik semua udara dalam paru-paru ku. Kau tahu.. Seperti dalam novel romance.

The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)Where stories live. Discover now