15. Tree Of Secrets

Começar do início
                                    

👻👻

Alexander tidak mengijinkan ku untuk tinggal di apartemen baru ku sampai 1 hari sebelum hari pertama kuliah ku. Dan selama itu, Skye menempati unitnya, jadi aku tidak begitu keberatan, sejak kurang lebih aku mengusirnya keluar karena aku ingin pindah kesana.

Saat hari pertama ku kuliah datang, aku merasa sangat gugup, dan entah kenapa aku terus menerus meraba kalung pemberian Alexander kemarin, sepertinya aku menemukan ketenangan saat melakukan hal itu. Hal baik kalau begitu.

Memasuki kelas pertama ku, aku melihat kebanyakan kursi telah terisi dan semua siswa sudah terlihat akrab dengan satu sama lain. Sepertinya pilihan ku tinggal di baris paling depan atau 5 baris sebelum baris paling belakang. Aku memilih yang di depan.

"Transfer?" Tanya pria di sisi ku

"Maaf?" Balas ku tak mengerti

"Kau transfer kelas?" Ulangnya tersenyum

"Um, tidak" aku menggeleng dan membalas senyumnya "aku baru"

"Oh, aku tidak tahu mereka menerima murid lagi untuk tengah term ini" balasnya bingung "kau tidak meretas pendaftaran mu bukan?" Tanyanya menyipitkan mata, dia bercanda

"Tentu saja tidak" balas ku tersenyum

"Aku Denov"

"Chloe"

"Nama yang manis, seperti pemiliknya" oh.. Smooth talker

"Yeah... Nice line" balas ku mengernyit

"Aku serius" ucapnya meyakinkan "tidakkah seseorang pernah mengatakannya pada mu?" Baiklah, mari kita mainkan peran ini, kita lihat kemana hal ini akan menuju

"Tidak" aku menggeleng

"Well, sekarang kau sudah pernah mendengarnya, aku harap kau mempercayainya, Chloe" balasnya dan aku tidak bisa menahan senyum ku

"Mantan ku biasanya langsung mengatakan aku cantik" balas ku memainkan pulpen ku, mengingat Levy. Apa kabar dia? Apa dia masih membenci ku? Sudah 3 minggu berlalu

"Bagaimana dengan pacar mu sekarang?" Dia memancing ku. Kapan tepatnya sang dosen akan datang?

"Saat ini masih baru.. Jadi, entahlah" balas ku mengingat Alexander "sejauh ini dia sangat menawan" yeah, menawan dua kali saja..

"Kalau begitu aku tidak ada kesempatan ya?" Tanyanya tersenyum lemah

Tapi sebelum aku bisa menjawab, pintu terbuka dan sebuah suara berkumandang "alright folks!"

"Bicara lagi nanti?" Ucap ku pada Denov

"Tentu" tapi balasnya terdengar pahit. Tentu saja, dia gagal mendapatkan sesuatu dari ku. Menurut pengalaman ku, tidak ada pria yang berbicara dengan ku tanpa kemauan, mereka semua sama.

Kelas berakhir 2 jam kemudian, tapi sungguh, aku tidak merasakan 2 jam itu berlalu, yang aku tahu rasanya kelas pertama ku baru saja di mulai.. Mungkin inilah rasanya memilih jurusan yang tepat, kau tidak merasakan bebannya, walaupun secara teknis aku tidak memilih jurusan ku sendiri, melainkan Alexander yang memilihkannya untuk ku. Aku tidak tahu bagaimana Alexander bisa tahu, tapi jelas sekali bukan dari orang tua ku, karena mereka tidak tahu jurusan apa yang aku inginkan, aku tidak pernah memberi tahu mereka, setidaknya belum.. Aku selalu mengatakan belum memutuskan saat mereka bertanya pada ku. Tapi aku tidak akan memberitahunya kalau orang tua ku tidak tahu, aku ingin tahu seberapa banyak rahasia dan kebohongan yang ia rencanakan untuk disimpannya dari ku yang sebeneranya sudah ku ketahui aslinya.

Sebelum aku memasuki kelas ku yang selanjutnya, Denov mengajak ku ke sebuah cafe dekat kampus dan mengatakan ia akan mentraktir makanan atau minuman apapun yang aku mau didalam cafe itu, siapa yang akan menolak sesuatu yang gratis, huh? Jadi setujulah aku untuk pergi dengannya.

Aku mengagumi kegigihan Denov, aku memberitahunya aku sudah memiliki pacar, tapi tetap saja dia mencoba, dan ini bukan hanya aku yang terlalu merasa, tapi memang sebuah kenyataan. Dia menggoda ku, benar-benar menggoda ku, dan aku entah mengapa merasakan kefamiliaran caranya, dia mengingatkan ku pada Levy, dia memiliki metode yang sama, tetapi Denov sedikit kurang mulus, tidak seperti Levy. Hmm.. Apakah ini ada hubungannya?

"Kau terus menyentuh kalung mu, ada apa dengan itu?" Tanyanya menunjuk kalung ku

"Hanya sebuah kebiasaan" balas ku melepas tangan ku

"Dari orang tua mu?" Tebaknya yakin

"Tidak, pacar ku" sungguh rasanya masih janggal memanggil Alexander sebagai pacar ku

"Yang kau bilang masih baru itu?" Tanyanya penasaran

"Yep, yang itu" aku mengangguk

"Pria macam apa yang memberikan perhiasan saat masih awal hubungan?" Sindirnya tertawa

"Pria yang yakin kalau hubungannya akan berjalan panjang" balas ku menatap Denov. Apa Alexander adalah pria jenis itu?

"Pria terlalu percaya diri menurut ku" balasnya "atau sok"

"Atau mungkin dia sudah jatuh cinta pada ku sejak awal" aku tertawa, menyadari kemustahilan kemungkinan itu. Dia Alexander, dia tidak pernah memperlakukannya seperti layaknya seorang wanita. Pria jatuh cinta tidak melakukan itu pada wanitanya

"Tidak ada pria yang pernah jatuh cinta pada pandangan pertama" balasnya berdecak

"Atau mungkin kalian lah yang terlalu tinggi hati untuk menyadarinya" balas ku tersenyum sinis

"Kau menghancurkan ego ku"

"Bukankah itu yang selalu wanita lakukan?" Balas ku jahil

Denov tertawa lalu menggeleng "sangat benar"

10 menit kemudian, kita sudah kembali ke wilayah kampus, kita tidak memiliki kelas yang sama, jadi kita berpisah ke kelas masing-masing, tapi sebelum itu, dia membuat ku, memaksa ku, untuk kembali bertemu di cafe tadi setelah kelas selesai. Kenapa pula aku harus kembali ke cafe itu saat aku bisa langsung kembali ke apartemen ku yang berada di lawan arahnya?

Aku dikejutkan saat aku tengah berjalan ke cafe sebelumnya—ya, aku memutuskan untuk bersikap ramah pada Denov dan melakukan permintaannya—saat tiba-tiba tangan ku di tarik. Tebak siapa yang melakukan itu?

"Apartemen mu ke arah sana" sudah jelas bukan?

"Aku ingin bertemu dengan teman ku dulu, Xander" balas ku menarik tangan ku

"Pria yang bersama mu tadi di jam jeda?" Tebaknya

"Well, well, aku tidak tahu kau juga seorang, penguntit, Xander"

"Berhenti memanggil ku Xander" ucapnya ketus

"Tidak kah kau memiliki hal lain yang lebih penting untuk kau lakukan?" Ucap ku tidak menghiraukannya

"Tentu saja" balasnya bersedekap

"Kalau begitu lakukan lah" balas ku mengerlingkan mata

"Aku sedang melakukannya" aku menatapnya bingung "aku menjaga pacar ku agar tidak berselingkuh"

"Oh, sungguh kau memiliki kasus kecemburuan yang sangat buruk, Xander" aku menepuk pipinya pelan "aku tidak berselingkuh, aku mencari teman. Aku diperbolehkan memiliki teman bukan, bae?"

"Bae?" Tanyanya bingung, tapi aku hanya tertawa

"Teman ku sudah menunggu" ucap ku berbalik

"Aku ikut" ucapnya. Kemana Alexander yang biasa menempati tubuh pria ini?

"Tidak, kau tidak akan melakukan itu" ucap ku menahan tubuhnya di tempat, tidak seperti itu bekerja "jangan kau menjadi pria itu" lanjut ku menatapnya malas

"Pria apa?"

"Aku cukup yakin kau tidak setua itu sampai tidak tahu" balas ku mengerlingkan mata

"Tidak, Chloe, aku sungguh tidak tahu, jadi tolong beri tahu aku" balasnya lambat dalam cara sarkastis

"Pacar cemburuan, kalau kau bahkan benar pacar ku bukan hanya status" ucap ku malas

"Kita tidak perlu mempermasalahkan hal itu" ucapnya datar "fine. Temui teman mu" ucapnya lalu pergi meninggalkan ku. Kadang Alexander sangat aneh.. Aku tidak mengerti dirinya. Sungguh

The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)Onde histórias criam vida. Descubra agora