Part 5

7.9K 584 11
                                    

***
Kalvyn's POV.

Aku dan Dante sedang berjalan di koridor kelas 12 karena ingin jalan ke kelasku. Saat aku ingin naik ke atas tangga, tiba-tiba ada yang menghadang jalanku lagi.

'Ya Allah kenapa manusia banyak ini hobi banget sih ngehalangin gue jalan?' Batinku.

"Kalvyn, lo beneran pacaran sama Denissa anak kelas 10 IPA D? Yang alumni dari SMP Dixon itu?" Aku menaikkan satu alisku, Denissa memang alumni dari SMP tersebut, tetapi aku seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya, dimana ya?

"KALVYN!"

"Iya-iya ah," ucapku memutar bola mata.

"Lo beneran pacaran sama Denissa?" Ucap perempuan tersebut dengan tampang cengonya.

"Ngga," jawabku acuh.

"Terus kenapa tadi lo bilangnya iya? Terus gosip yang tersebar di sekolahan ini hoax semua gitu?"

"Kepo."

"Vyn, jawab yang bener dong, jangan satu atau dua kalimat doang."

"Hmmm."

"KALVYN!"

"Apaan sih sksd banget," ucapku lalu melanjutkan perjalanan.

"Gila bro, jangan cuek amat jadi cowok. Nanti gaada yang mau sama lo."

"Ya habis dia cerewet amat, banyak tanya lagi. Gue aja gak kenal dia pake acara nanya hal privacy lagi."

"Tapi kan lo cukup bilang kalo Denissa itu sepupu lo, pasti gosip ini bakalan kelar."

"Gak. Gue mau lihat seberapa jauhnya pemikiran anak Gandaria."

"Gila, bahkan semua orang nyangka lo sama Sasa pacaran bro."

"Gapapalah ya, seenggaknya gak ada yang nyangkain gue pacaran sama Sevanya," ucapku tersenyum tipis.

"Yaiyalah bro! Muka lo sama Sevanya mirip!"

"Udah ah ngomel mulu lo." Lalu aku masuk ke dalam kelas, Dante masih cengo mungkin dia tidak menyadari bahwa kami berdua sudah sampai di depan kelas.

"Lo parah banget sih ninggalin gue!" Omel Dante, aku menghiraukannya lalu duduk di bangku.

"Heeeee anak X IPA A harap duduk, karna Ibu mau ngenalin murid baru ke kalian." Mendengar suara Mrs.Killer aka Ibu Sri.

"Ayo nak masuk dan perkenalkan namamu." Seperti slow motio, aku memperhatikan ke arah pintu dan terlihatlah seorang perempuan yang sedang berjalan menuju Ibu Killer.

"Ehem, perkenalkan nama saya Bilqis Safa Latifah kalian bisa manggil saya Safa, saya pindahan dari Turkey, terima kasih." Setelah perempuan itu memperkenalkan diri, kelasku menjadi sangat ribut.

"Percaya gak percaya, dia mirip Atissa." Deg. Aku pun memperhatikan perempuan tadi kembali, ternyata benar ucapan Dante, dia mirip Iraku.

"Safa, kamu bisa duduk dengan Ninda." Setelah perempuan itu duduk dengan si cewek alay yang suka memakai softlens warna cokelat biar kayak bule-bule, aku tidak tau lagi keadaan kelasku.

***

"Eh Safa, lo tadi kenapa datengnya telat? Kenapa masuk kelas ngga tadi pagi?" Tanya Dante beruntun kepada anak baru itu.

"Pesawat gue delay, makanya gue telat masuk sekolahnya." Ini sudah bel pulang, tetapi Dante masih juga mengajak anak baru itu mengobrol.

"Dante, gue tinggalin nih," ucapku mengancamnya.

"Yaudah gue pamit dulu ya Safa, karena Mr.Frozen udah marah, bye!"

"Genit amat sih lu," cibirku.

"Yeeeee sirik amat sih mas." Aku dan Dante pun berjalan menuju parkiran, Dante memakai mobil sport miliknya, sedangkan aku memakai motor kesayanganku. Dante telah pamit untuk pulang duluan.

"Hai Kalvyn!" Aku mendengus kasar bertemu cewek aneh ini lagi. Aku mempunyai satu kelebihan yaitu jika aku tidak perduli kepada seseorang maka namanyapun aku lupa.

"Hmmm."

"Ish! Kalo orang nyapa tuh disapa balik kek," gerutunya.

"Minggir plis," ucapku karena dia menghadang jalanku.

"Ngga, sebelum lo bilang 'Hai juga Shakila' gitu."

"Mupeng."

"Ayolah, Vyn! Tiga kata doang elah."

"Gak akan."

"Kalvyn!" Rengeknya.

"Apaan sih."

"Coba gitu lo manggil nama gue sekali-sekali, masa gue terus yang manggil nama lo."

"Mupeng."

"Kalvyn! Lo cuma bisa balas 'mupeng' doang apa? Dari tadi ngomongnya mupang mupeng mupang mupeng."

"Iya."

"Vyn! Please bilang 'Hai juga Shakila' dan nanti gue bakalan ngasih lo jalan," ucapnya tersenyum lebar, aku menghela nafas.

"Hai."

"Hai juga Shakila, gitu."

"Hai juga."

"Ih Kalvyn! 'H A I J U G A S H A K I L A'" Ucapnya mengeja.

"Iya ah! Haijugashakila," ucapku dengan cepat.

"Ih kecepetan! Ulangin dong!" Astaga, kenapa dia sangat cerewet?

"H a i j u g a S h a k i la, puas lo?" Ucapku dengan sangat kesal, dia tersenyum lebar lalu mengangguk.

"Lo boleh lewat, tapi bentar. Lo mau gak anterin gue pulang? Gue gak bawa kendaraan nih."

"Gak ah, minggir," ucapku lalu menobros tubuhnya.

"Vyn! Nanti kalo sekolah udah sepi terus gue diculik gitu gimana?" Ucapnya berlari mengejarku.

"Bukan urusan gue."

"Ih Kalvyn! Gak boleh pelit sama temen sendiri!"

"Lo bukan temen gue."

"Ayolah Vyn! Rumah kita searah, perumahan lo sebelahan sama perumahan gue."

"Gak perduli."

"Ih Kalvyn! Kalo gitu anterin gue ke base camp aja, eh jangan deng anterin gue kerumah aja."

"Gak."

"Huh yaudah deh, kalo gitu lain kali aja karna gue udah dijemput. Bye Kalvyn!" Aku menghela nafas lalu memperhatikan cewek aneh itu. Okey aku akan memanggilnya dengan namanya, karena sangat membingungkan jika memanggilnya cewek aneh.

Shakila berjalan ke gerbang dan di sana ada seseorang yang motornya sama sepertiku tetapi warna motornya hitam. Apa itu pacar Shakila? Ntahlah kenapa aku jadi memikirkannya?

Aku pun menaiki motor kesayanganku dan pulang ke rumahku

***
Hai! Update cerita Babang Kalvyn lagi nih:b Vote+comment jangan lupa ya!^^

The coldest boy & the bad girlWhere stories live. Discover now