Part 18

2K 182 23
                                    

***
Kalvyn's POV.

Mobil Range Rover milikku ini telah terparkir di parkiran Grand Indonesia Mall. Aku, Keenan, beserta Sevanya pun turun dari mobil, dan masuk lewat pintu belakang.

Di dalam Mall, aku sibuk memainkan ponsel milikku ini.

Jam 7, di UNION Deli, harus tepat waktu.

Setelah mengetikkan pesan itu kepada Shakila, aku menyusul Sevanya dan Keenan yang jauh berada di depanku.

Mereka merencanakan untuk nonton bioskop terlebih dahulu. Aku hanya bisa mengikuti mereka walaupun film yang akan kami nonton sangat tidak masuk tipikal film favoritku.

"AGILAAA FILMNYA TADI ROMANTIS BGT!! MAU GITU JUGA!!" Teriak Sevanya sambil tersenyum mendambakan film yang tadi kami tonton.

"Seharusnya sama cewek yang satu lagi itu aja, lebih seksi," ucap Keenan dengan senyuman nakal handalannya.

"Mending gak usah nonton. Alay," ucapku lalu pergi menjauh dari mereka.

"KALVYN MAU KEMANA?!" Teriak Sevanya, aku menghiraukannya dan tetap berjalan sampai di depan Union Deli.

Saat masuk ke dalam sana, aku belum melihat tanda-tanda Shakila datang. Aku pun mencoba menghubunginya lagi. Tapi sialnya, dia tidak kunjung mengangkat telpon dariku.

"Lo jadi dateng ga sih?" Aku mengetikan pesan itu karena kesal dia tidak juga menjawab telponku.

"Maaf banget, Vyn. Gue gak yakin bisa ke sana, gue bener-bener ga yakin, Vyn." Seperti itulah balasan pesan dari Shakila. Aku menaikkan satu alisku lalu mencoba untuk menelponnya lagi, tapi sialnya selalu saja di tolak.

"Jangan telpon gue, Vyn. Gue gak bisa jawab telpon dari lo." Aku makin penasaran dengan jawaban Shakila yang semakin lama semakin aneh ini.

"Lo sekarang dimana? Jangan selalu ingkar janji." Dengan kesal aku mengetikan itu kepadanya.

Taklama, ponsel ku bergetar lagi. Dia membalasnya. "Sorry, Vyn. Gue gak bisa ngasih tau lo. Pokoknya gue bener-bener gak bisa, Vyn. Sorry banget. Gue tau kok lo bakalan marah, tapi gue mohon banget, untuk terakhir kalinya gue mohon buat ngertiin gue, Vyn."

"Lo gak sekali dua kali kayak gini. Gue punya kesibukan lain, bukan cuma ngurusin lo doang, thanks."

Aku pun mematikan ponselku lalu mencari Keenan dan Sevanya. Akhirnya aku menemukan mereka di salah satu restoran korea. Aku pun menghampiri mereka dengan wajah yang teramat kesal.

"Lah, lo gak jadi ketemuan sama Shakila, Vyn?" Aku hanya mengedikkan bahu menjawab pertanyaan Keenan.

"Lah lah, lo gak jadi ngedate?" Aku memutar bola mataku membalas pertanyaan Sevanya.

"Bacot." Lalu aku duduk di samping Keenan.

"Ulululu, kayaknya ada yang lagi berantem nih. Emang kenapa? Shakila kenapa gak bisa dateng?" Tanya Keenan beruntun.

"Mana gue tau," jawabku cuek.

Lalu Keenan tertawa tak lama seketika terdiam, "Shakila emang gitu orangnya, misterius," ucap Keenan dengan serius. Aku bingung dengan ucapan Keenan.

"Lo kenal deket sama Shakila?" Tanyaku kepada Keenan.

"Maksudnya, Nan?" Tanya Sevanya ikut penasaran, "Eh bentar, temen-temen gue ada di sini juga, gue samperin dulu ya." Aku dan Keenan mengangguk.

"Kaga," jawabnya santai.

"Kok lo ngomong kek udah berasa deket banget?" Tanyaku kembali.

"Lea yang cerita." Aku menaikan alisku.

The coldest boy & the bad girlKde žijí příběhy. Začni objevovat