Lelakiku Sekarang

2.3K 76 0
                                    


Kebahagiaan, tak ada tolak ukurnya. Tapi aku yakin, tak perlu tolak ukur untuk membuatku percaya bahwa kini aku bahagia. Cukup denganmu, disisiku. Itu sudah lebih dari definisi bahagia untukku.

Pagi itu, dingin menusuk sampai tulang. Aira dengan baju tidurnya yang longgar itu membenarkan posisi selimutnya. Lalu tersenyum dan mengelus lembut perutnya yang kian membuncit. Dimana buah hatinya meringkuk pulas disana. Masih ada setengah jam sebelum adzan subuh berkumandang. Itu artinya, masih ada 30 menit bagi Aira untuk bermanja dengan Suaminya yang akhir-akhir ini, sok sibuk.

Kesibukan adanya memang wajar, apalagi dalam pernikahan yang baru berumur 6 bulan ini. Masih teramat baru. Masih banyak yang harus diusahakan. Terlebih soal ekonomi.

Perempuan itu dengan gemas mencium pipi laki-laki yang tertidur pulas itu. Melihat lelaki itu tidur dengan damainya, membuat hatinya terhenyak. Asma nadia, salah seorang penulis islami pernah berkata, Cobalah tatap wajah suamimu ketika tertidur. Bayangkan, laki-laki yang tak ada hubungan darah dengan kita. Kini, tiba-tiba berusaha dengan sekuat tenaga menafkahi kita. Membahagiakan kita.

Hal itu membuatnya tersenyum. Tangannya dengan iseng memainkan jenggot tipis yang baru dicukur kemarin. Menelusuri setiap jengkal wajah lelaki itu dengan cinta yang mendalam.

Lelaki itu tertidur pulas seperi bayi. Wajahnya polos. Tenggelam di dalam dunia mimpinya sendiri. Aira yang sedari tadi mengamati, hanya tersenyum damai. Sekali lagi, Ia jatuh cinta. Entah sampai berapa kali ia bisa jatuh cinta lagi kepada orang yang sama. Ratusan? Ribuan? Atau lebih.

Ah, tak ada penyesalan rasanya jika ini yang ia dapatkan saat ini. Masa lalu yang ia letakkan jauh-jauh dan kenangan pahit dibelakangnya, rasanya terbayar lunas dengan kebahagiaan dan ketentraman macam ini.

Terlebih kebahagiaan yang lelaki itu selalu usahakan untuk Aira dan buah hati di dalam perutnya. Ah, lebih dari syukur ia menemukan laki-laki itu. Di bandung.

Aira tertawa tergelak saat lelaki itu menangkap telunjuknya dengam mulutnya sementara mata lelaki itu masih terpejam. Lelaki itu ikut tersenyum juga lalu membuka matanya dan mengecup singkat dahi Aira. Sukses membuat Aira berdebar layaknya ABG lagi.

Tangannya tergerak untuk merapihkan rambut Aira yang berantakan, meski ia lebih menyukai seperti itu. Bibirnya bergerak menghasilkan senyum puas, gambaran betapa bahagianya ia saat ini.

"Apa kabar, istriku?"

Panggilan itu, meski mereka sudah menikah 6 bulan yang lalu. Tetap saja. Membuat perutnya tergelitik tiap kali dipanggil seperti itu. Wajahnya memanas.

"Iih, ngeblush. Jeeleeek bangettt," canda laki-laki itu. Mencubit hidung Aira. Aira cuma tersenyum malu.

Ah, seperti bukan dirinya saja ya. Ketika diledek malah tersenyum malu. Padahal biasanya, Ia malah semakin ganas. Namun waktu sepertinya sudah membawa pergi dirinya yang dulu. Biarkan. Tak pantas yang dulu itu dikenang. Cukup dijadikan pelajaran saja.

Dan masa lalu, biarlah tetap masa lalu. Yang harus ia letakkan rapih-rapih ditempat yang tak tersentuh. Oleh dirinya, Suaminya, dan jabang bayi diperutnya. Tak boleh ada yang menghancurkan kebahagiaan keluarga kecil ini. Kami lebih dari sekadar bahagia.

"Kira-kira, 30 menit, sempet gak ya sayang?" gumam Laki-laki itu. Mengelus perut Aira. Matanya mengerling ke arah Aira. Sementara tangannya bergerak jahil.

Aira hanya tersenyum mengerti.

"Dek. Abi mampir ya. Sebentar kok. Gak lama," lirih laki-laki itu. Mengecup lama perut Aira yang mebuncit, layaknya mengakui keberadaan jiwa di dalam sana. Jemari Aira mengelus sayang rambut lurus lelaki itu.

Lelaki itu tersenyum, menatap dalam Aira yang sudah mulai mabuk dengan pesonanya. Jemari lelaki itu bergerak menyusuri dahi Aira, kemudian hidung, lalu... Bibir.

Matanya yang tadinya berkilat nakal. Kini berubah menjadi satu hal yang lain. Lebih intens. Lebih menjanjikan. Lebih... Surgawi.

Aira seolah tenggelam dalam kelembutan lelaki itu tiap ia menyentuhnya. Hingga tak ada rasa sakit lagi yang tersisa. Dalam satu gerakan, keduanya menyatu, bertumpu pada nikmat yang tak mampu di gambarkan.

Ah. . . Lelakiku..

---

Daun yang Gugur Senja Kemarin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang