Untuk Abah dan Nenek

2K 88 2
                                    

Bah, nek... Kepergianku ini bukan inginku. Sungguh. Aku menyayangi kalian berdua lebih dari yang kalian bayangkan dan lebih dari yang terlintas di sikap dan mataku. Ada banyak yang ingin kukatakan, bah, nek.. Namun cukup senyum saja yang melepas kepergianku pagi tadi. Supaya kalian tidak khawatir.

Kan ku ceritakan esok harinya kepada siapapun itu, tentang kasih yang tak tertandingi. Entah mengapa Kalian begitu menyayangiku. Apa karena itu sebuah kewajiban karena aku ini anak dari anakmu? Atau karena hanya ingin menjaga?

Namun, ternyata lebih dari itu. Tak berusaha ku cari-cari apa alasannya. Namun sungguh kunikmati belaian kasih nenek yang selalu sabar menyayangiku ketika kecil. Ketabahan abah saat menghadapi Aira kecil yang tak pernan berhenti merengek. Usaha keduanya untuk membuatku bahagia dengan selalu menuruti kemauan dari mulut kecilku.

Masih ku ingat abah dengan sabar membawaku keliling jakarta saat aku menangis karena rindu Ibu. Selalu Abah yang menjadi penenang. Meski kaus tipisnya yang basah terkena tangisku dan kupegang erat, menjadi korban dari tangisku dan angin senja. Abah tetap ikhlas dan sabar.

Dan masih juga kuingat, sejentik tangis nenek yang samar terlihat. Ketika tak ada yang bisa dimasak untuk makanan kami. Ketika aku menangis tersedu, mengadu kejahatan teman masa kecilku yang mengucilkanku karena tak punya mainan masak-masakan. Dan saat lebaran hanya beberapa hari lagi, namun tubuh kecil yang amat disayanginya belum berceloteh cempreng mengenai baju baru yang belum mampu nenek beli.

Abah... nenek... aku pergi.

Namun kepergianku, bukan berarti aku akan melupakan kalian. Tidak. Akan selalu kusertakan kalian pada ikhtiar dan doaku dari jauh. Berdoa akan kebahagiaan, kesehatan, serta rezeki kalian yang selalu ku semogakan.

---

Daun yang Gugur Senja Kemarin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang