1.8

35K 2K 162
                                    

"Ces nitip hp dong, ke toilet bentar." Ucap Fanya, temanku yang belasteran darah Indo dan Belanda.

"Oh iya-iya." Jawabku. Sebenarnya dia juga sahabatku, teman sebangku-ku malah.

Line
Rumi: Nya, mau aku jemput?

Ada notif, Rumi? Apa itu Kak Rumi?

Aku membaca semua isi chat antara Fanya dan Kak Rumi. Anjing, nyesek parah.

"Eh Ces, gue lama ya?" Tanya Fanya. Aku berdiri dan langsung menarik tangannya sambil membawa tasku.

"Ces, lo ngapa si?" Tanya Fanya. Bangsat!

"Kak maaf saya ganggu, bisa dateng kesekolah? Ada yang harus saya omongin."

"Oke."

Aku menelefon Kak Rumi untuk menyuruhnya datang ke sekolah. Fuck ya tuhan, jadi ini jawaban dari semuanya?

-

"Ada apa?" Tanya Kak Rumi saat baru datang.

"Gak kaget ya kenapa saya mempersatukan kalian disini?" Tanyaku sarkatis.

"Eh Ces, gue bisa jelasin." Ucap Fanya panik.

"Bangsat lo monyet! Diem!" Bentakku.

"Sebelumnya saya mau minta maaf. Kalau memang anda keberatan dengan acara perjodohan antara saya dan anda, harap anda berbicara terus terang kepada orang tua anda. Jujur saya gak bisa terusin ini semua. Anda sudah terlalu mempermainkan saya, saya bukan boneka mas. Anda boleh jatuh cinta dengan jablay ini. Tapi anda harus berkata kepada orang tua anda bahwa anda tidak setuju dengan perjodohan ini."

"Dan buat lo Fa, gue gak nyangka sumpah. Lo main belakang. Lo nganggep gue apa sih? Gue cerita tentang bajingan ini ke elo, eh lo malah pacaran sama dia. Mau lo apa Kampret?!" Teriakku sambil menangis.

"Gu-gue ga ada maksud ngerebut Rumi dari lo Ces. Cuma gue emang suka sama Rumi, Rumi juga cinta sama gue." Jawab Fanya. Wah cinta cinta amat.

"Selamat, selamat makan cinta kalian." Ucapku lalu pergi meninggalkan sekolah dan pulang.

-

You know guys? Gue sama dia makin jauh, kita lost contact

Next chapter 60 vote

FourteenWhere stories live. Discover now