0.4

55.6K 2.3K 129
                                    

"Bu, Cessa gak jadi ketoko buku deh." Ucapku merayu ibu ku.

"Cessa, kamu ini gimana sih. Rumi udah mau nganter kamu, ayolah." Rajuk ibu.

"Gak enak bu. Mening aku naik ojek aja kalau gitu. Ibu kan tau, aku gak ngobrol sama sekali sama dia bu,"

"Cobalah kamu tanya apa kek ke Rumi duluan." Aku cewek bu! Gengsssiiiii

"Yang gengsi lah bu, aku kan cewek!" Kesalku.

-

"Ces, Rumi sudah didepan tuh." Ucap ibu. Aku hanya mengangguk pasrah lagi dan lagi.

"Yaudah berangkat ya bu, Assalamualaikum." Salamku.

"Walaikumsalam, hati hati ya sayang."

Dengan langkah ragu-ragu aku menghampiri mobil berwarna abu abu bermerk Rolls Royce itu. Aku bisa melihat dari sorot matanya menatapku, sampai aku tidak berani menatapnya balik. Datar. Satu kata yang menunjukkan isi sorotan matanya.

"Maaf nunggu," ucapku. Dia hanya mengangguk. Aku duduk disamping nya yang sedang menyetir. Gak nyangka juga sih, dia masih anak sekolahan tapi bisa bawa mobil.

"Jadi mau kemana?" Tanya Rumi duluan. Aku menengok kearahnya dan mata kami saling bertemu. Tampan.

"Mau ke Mall Artha Gading dulu b-bang." Saat aku mengucapkan kata bang dia langsung menatapku tajam.

"Aku ini bukan sopir taksi mu. Panggil saja kak." Ucapnya seraya menancap gasnya. Aku hanya mengangguk lalu tersenyum kikuk. Permulaan yang tidak sesuai selera.

-

Oh sudah sampai ya? Kok dia gak bilang? Aku ditinggal sendiri dimobil. Dia berdiri didepan mobil sambil menatapku dari luar mobil.

"Harusnya kamu bilang kalau mengantuk. Kan bisa kerumahku dulu." Ucapnya tetapi tidak melihat kearahku. Dingin.

"Engga ngantuk kok kak, cuma tadi ketiduran aja." Aku tersenyum manis kearahnya. Percuma tidak dilirik juga.

Saat didalam Mall aku banyak bertanya kepadanya. Dan rata rata hanya dijawab dengan anggukkan dan gelengan. Membosankan.

"Kak Rumi ikut pas Camping di Cidahu kan?" Tanyaku. Padahal aku lihat ada dia. Aku hanya ingin mengenalnya lebih dalam.

"Ikut." Jawab nya singkat,padat,jelas.

"Kakak tidur satu tenda sama aku juga kan?" Dia hanya mengangguk. Apa mulutnya itu dipakein lem ya?

"Kak, umurnya berapa?" Dia menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan. Apa aku salah bertanya?

"Enam belas tahun." Jawabnya.

Aku hanya mengangguk anggukan palaku mengerti. Lalu aku menarik tangannya untuk memasuki toko apotik yang juga menjual beberapa perlengkapan sehari hari. Ia tersentak kaget saat aku menarik tangannya. Biarlah, daripada dia jalan sendiri? Dan kehilangan jejak?

"Jadi berapa mba totalnya?" Tanyaku kepada perempuan yang menjaga kasir itu.

"Dua ratus dua puluh lima ribu, mba." Jawabnya. Aku mengeluarkan uang dua ratus lima puluh ribu. Namun tanganku dicegah oleh tangan dingin namun lumayan besar untuk menghangatkan tubuhku.

"Pake punya aku aja. Disuruh mama." Kirain keinginan nya dia buat bayarin. Taunya disuruh mamanya. Gapapalah, masih untung dia mau nganterin kamu cess.

"Emm, kak, makasih ya." Ucapku saat keluar dari toko itu.

"Iya sama-sama."

Panjang dikit kan😋😋😋

Need vote bæ:((((

FourteenWhere stories live. Discover now