11. It Gets Harder

Start from the beginning
                                    

"Bisakah aku berjalan-jalan saat di sana?"

"Kenapa kau ingin itu?"

"Aku seharusnya yang bertanya"

"Dan aku menjawabnya dengan pertanyaan"

"Aku punya teman disana, jelas sekali.."

"Siapa?" Dia menanyakan secara tersirat apakah teman ku ini seorang wanita atau pria

"Teman wanita ku saat SMA" balas ku malas "kau membuang waktu bertanya ku"

"45 detik" sialan. Ia mengelabui ku!

Apa lagi yang harus ku tanya kan? "Kenapa kau memberiku 1 bulan?" Ceplos ku spontan

"Waktu sudah habis. Ayo pergi" ucapnya berbalik meninggalkan ku

"Hey! Kau tidak balas yang terakhir! Kau curang" balas ku mengejarnya

"Waktu tanya jawab sudah habis" balasnya "kalau kau ingin jawabannya, kau seharusnya bertanya lebih cepat"

"Kau mengelabui ku!" Tuduh ku menunjuknya

"Dan kau membiarkan ku" balasnya datar

"Aku bisa saja kabur dari mu, Xander" desis ku sebelum menyadari nama apa yang ku gunakan

"Lalu mengapa kau tidak melakukannya?" Balasnya menantang ku

"Apa kau menantang ku?" Ucap ku menatapnya serius dan ia hanya tersenyum "selamat tinggal, Alexander" lanjut ku sebelum berbalik dan melangkah pergi, setidaknya aku mencobanya

"Kau tidak bisa melakukan itu karena meninggalkan ku tidak ada dalam pilihan" balasnya meremas bahu ku "kau sudah menarik banyak perhatian saat ini, Chloe. Jadi mengapa kau tidak menyerah saja karena kita sama-sama tahu kalau kau tidak akan pernah menang melawan ku? Kau tidak memiliki pilihan" lanjutnya memindahkan tangannya ke tengkuk ku dan membuat ku merinding dalam sekejap

Kurasa dia memang ada benarnya, kita berdua sama-sama keras kepala, dan kalau terus diadu salah satunya akan ada yang pecah, yang artinya tidak akan baik, jadi seseorang harus mengalah, untuk sekarang, seseorang itu adalah diri ku. Hanya untuk sekarang.

Sungguh, tak satupun tebakan ku tentang seorang Alexander benar. Aku menebak tempat tinggal dia akan mewah, ternyata salah, aku menebak dia akan memiliki mobil mewah, aku sekali lagi salah, dia hanya berpergian dengan pesawat pribadi, lagi-lagi salah, dan sekarang, aku kira ia akan terbang dengan kelas bisnis, ternyata hanya kelas ekonomi. Antara Alexander adalah orang yang sangat irit atau dia adalah orang yang sangat pelit. Tapi sungguh aku lebih cenderung berpikir yang ke dua..

Sesaat kita sampai di New York, aku langsung di sambut dengan hawa baru yang sangat menyenangkan. Sungguh aneh rasanya saat diri ku menginginkan sebuah pemandangan baru saat aku baru saja, literally, pulang dari berbagai macam pemandangan baru di luar sana.

Untuk sebuah alasan, bandara JFK sangat ramai, tidak seperti aku sering kemari, tapi aku sering bertemu bandara, dan bandara ini merupakan bandara terramai ke tiga yang pernah aku kunjungi, yang pertama adalah Dubai yang ku kunjungi banyak tahun lalu dengan orangtua ku, orang tua yang sama yang tak pernah lagi sekali pun menghubungi ku. Nothing.

Melewati para traveler yang menghalangi jalan, Alexander mencengkram pergelangan tangan ku dengan erat, memang pada awalnya itu tidak sakit, nanya setelah beberapa waktu, cengkraman itu mulai menyakiti ku, aku mencoba menarik, tapi itu hanya membuat tangannya mengetat

"Hey, itu menyakitkan" ucap ku memutar-mutar tangan ku sambil berusaha mengikuti langkah cepatnya

"Kau mengatakan apa?" Ia berhenti dan berbalik ke arah ku

The Secret Life of The Loveable Daughter (The Secret Life Series #3)Where stories live. Discover now