Bagian Dua

11.9K 508 1
                                    

Kuletakkan sepedaku di parkiran sekolah. Kutatap jam tanganku, ah masih pukul 6.15 ternyata.

"Alhamdulillah. Nggak terlambat lagi." Batinku.

Seperti biasa, aku selalu bertugas digerbang sekolah untuk menunggu korban korban kesiangan. Karena hari ini hari senin, dan disekolah ini diwajibkan memakai sepeda atau berjalan kaki ke sekolah tiap senin agar tidak terjebak macet. Satu persatu anak anak mulai mengayuh sepedanya ke sekolah. Namun juga masih tetap banyak yang diantar mobil pribadinya.

Kriiiiinngggg. Waktu berlalu, bel sekolah berbunyi. Anak anak yang masih diluar pun segera berlarian masuk kesekolah. Bel sekolah berbunyi di hari senin pagi, pertanda upacara akan segera dimulai. Pak Aryo yang merupakan satpam disekolah ini sudah paham aba abaku. Beliau segera menutup gerbangnya.

Tiiinnn...

Aku dan Pak Aryo terkejut mendengar klakson mobil yang begitu nyaring. Kaca mobil itu terbuka. Terlihat seorang anak lelaki berkacamata hitam itu berteriak dari dalam mobil.

"Woy bukain gerbangnya dong." teriaknya

Aku heran dengan anak lelaki itu. Apakah dia tidak tahu aturan sekolah ini? Akupun menghampiri anak itu.

"Maaf, bisa keluar dulu sebentar?"

Diapun keluar dari mobil dan menatapku dengan sinis. Aku tau dia lebih tinggi dariku, tapi tak perlu menatapku seperti memandangku mahluk remeh yang mudah untuk dihempas. Aku berbalik menatapnya dengan sinis, dan aku menatap mobilnya. Namun rasanya ada yang familiar dimataku.

D 4N13 LL. Itu plat mobil yang menyerempetku tadi.

"What do you want?" Ucapnya sambil menyandarkan tubuhnya di mobil lamborghini nya.

"Mmm, maaf non Zahra, upacara udah dimulai, non mau ikut upacara ga?" Tanya pak Aryo.

"Non? Wah, hebat ya. Sekolah ini berasa rumah lo." Ucap lelaki itu

"Gapapa pak. Saya hari ini sebagai petugas piket saja." Jawabku

Pak Aryo hanya mengangguk. Dan beliau kembali ke pos satpam. Dan tak lama kemudian, beliau kembali menghampiriku sambil menyodorkan dua buah buku.

"D 4N13 LL. itukan plat mobil kamu?" Tanyaku

"Jadi lo nyuruh gue turun cuma buat nanya plat mobil gue?"

"Bukan itu. Tapi apa kamu ingat, di persimpangan pertama dekat sekolah, mobil kamu menyerempet sepedaku dan aku hampir jatuh. Dan tanganku jadi korbannya."

"Jadi, yang keserempet itu lo?"

"Iya."

"Oh oke, gue paham nih. Lo butuh berapa buat ngobatin luka lo?"

"Aku ga minta apapun dari kamu. Sebagai gantinya. Cukup kamu tulis nama, kelas berapa, datang pukul berapa, dan alasan terlambatnya." Ucapku sambil menyuruh dia menulis di buku catatan khusus siswa yang terlambat.

"Hah?" Lelaki itu masih tak mengerti perintahku.

"Apa masih kurang jelas? Dasar lemot." Ucapku.

Lelaki itu hanya terdiam sambil mendengus kesal. Dia memasukkan uangnya kembali ke dompetnya dan menuruti perintahku. Pak Aryo hanya cekikikan melihat tingkahku yang sudah lama ga turun tangan menghadapi si 'pahlawan kesiangan'. Ya, siswa yang terlambat memang selalu dijuluki begitu disini.

"Oke. Gue udah selesai." Ucapnya

"Nulis aja lama." Ucapku

"Serba salah gue ya. Mau lo ap..."

Ketua Osis VS Ketua Geng [ON.GOING] [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang