2 "Anniversary"

12.1K 502 13
                                    

Mentari pagi menerpa wajahku memaksaku untuk bangun segera. Sempat berteriak kecil melihat jendela yang telah terbuka lebar. Sial! Pasti si Bi Minah masuk ke kamar, juga tubuhku tak dibungkus oleh baju. Namun, aku ber positive thingking, semoga saja dia tidak melihat tubuhku, masuk ke kamar hanya sekadar membuka jendela agar sinar matahari membangunkanku atau juga dia menyajikan nasi goreng di atas nakas.

Aku beranjak segera berlari ke kamar mandi di dalam kamarku. Malas untuk menggunakan kamar mandi di luar kamar, harus memakai baju dulu pula.

Ritual mandi kali ini tidak terlalu lama. Karena saat bangun, jam di dinding telah menunjukan setengah delapan pagi, maka jika ritual mandiku lama, mungkin aku akan terlambat masuk ke kampus.

Hari ini ada kelas, dan juga sore nanti Raisa pulang dari Perancis. Aku membuat janji padanya akan menjemputnya di bandara nanti sore. Dan aku berjanji pada diriku untuk membuat sebuah surprise kepulangan dia dari Perancis.

Nasi Goreng yang Bi Minah sajikan dan disimpan olehnya di atas nakas, ku ambil untuk memakannya di meja makan. Namun sebelum menyantap nasi goreng, aku mengambil buah apel merah yang begitu menggoda lalu mengigit apel itu.

"Den Boy, Papa sama Mama katanya mau ke undangan. Den Boy jangan kabur dari kampus katanya." Ucap Bi Imah sembari mengelap-elap meja makan yang terbuat dari kaca ini.

"Iya, Bi. Saya udah dapet hidayah kok, jadi gabakal kabur lagi."

Setidaknya perkataanku membuat Bi Minah percaya dan mangut-mangut. Untukku, Bi Minah bagai Ibu ke-2 di hidupku. Dia telah bekerja di kediaman keluargaku dari saat diriku yang masih dalam kandungan ibuku hingga sebesar ini sekarang. Setiap malam saat kecil, Bi Minah selalu memberitahuku dongeng-dongeng di Indonesia ataupun cerita dia dan anaknya di kampung dulu. Bi Minah memang punya anak, anaknya lelaki, namun Bi Minah bilang anaknya pergi meninggalkannya dibawa oleh sang Ayah yang selingkuh dulu.

"Oke deh, Bi. Saya pergi ke kampus dulu ya." Ucapku setelah apel merah itu telah ledis dimakan.

"Nasi gorengnya gak dimakan, Den?"

"Engga, udah kenyang sama apel." Aku beranjak dan mulai berjalan meninggalkan ruang makan, pergi keluar area rumah. Ku pilih mini cooper untuk membawaku ke kampus hari ini dan juga untuk menjemput Raisa di bandara.

Kumasukan kunci ke lubang kontak, ku stater lalu suara mesin di belakang mengaum lembut.

*

Sudah ku booking tempat dinner yaitu tempat makan yang bernuansa Jejepangan. Tempat makan favorit ku dengan Raisa.

Aku sedang menyetir mobil mini cooper ku menuju bandara Soekarno-Hatta untuk menjemput Raisa.

Sesampainya disana, ku parkirkan mobil dan tanpa berfikir lagi, aku melangkah masuk ke area bandara yang tidak terlalu ramai karena memang bukan musim berlibur.

Ku lihat seorang perempuan berambut hitam panjang, memakai blouse berkerah berwarna putih, dengan wireless headset yang menempel di telinganya. Kedua tangannya sedang memainkan handphone layar sentuh dengan asyiknya.

Aku melangkah perlahan mendekatinya, berjalan ke belakangnya. Lalu, kedua tanganku menutup matanya.

Ia sedikit kaget. "Pasti, Al, engga ada yang jail ke aku selain, Al."

Ku lepas tanganku yang menempel di matanya lalu duduk di sampingnya sembari masih cekikikan.

"Kamu tuh ya, jail banget." Ucap Raisa mencubit kedua pipiku oleh kedua tangannya sampai aku meringis kesakitan.

"Sakit tau. Tapi kan, jail juga ngangenin." Jawabku sembari mencubit hidungnya.

"Ihhh, apaan sih, engga juga." Ucapnya.

Observation LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang