#17 Love Is The Greatest Support

Start from the beginning
                                    

Ange menyiapkan makan siang dan menata buah-buahan di atas piring buah. Trev memeluk pinggang Ange dari belakang. Ange nampak menggiurkan dengan celana tenun longgar putih dan blus kalong dengan kerah bulat lebar motif daun maple pada musim gugur yang menampakkan sebelah bahunya mulus indah. Cincin pernikahan emas polosnya melingkar didamping cincin pertunangannya yang bermata jambrut berbentuk bulat. Rambut merahnya yang panjang tergerai bebas di punggungnya. Jika dirumah, Ange menanggalkan semua gaya formal elegannya dan kembali menjadi gaya bohonya yang santai.

"Apa makan siang kita?" tanya Trev, bibirnya mengecup leher dan pundak Ange, meletakkan dagunya di lengkungan bahu Ange yang lembut.

Ange tertawa dan menyandarkan tubuhnya ke tubuh kokoh Trev. "Sup ikan, Salad udang, steak sapi jamur, buah...banyak... aku berniat membuat dua penari bodoh itu jadi gendut." seloroh Ange.

Trev terrtawa, "masalahnya Ken akan tetap mencintai Abby walau gadis itu gendut, seperti aku, sangat suka tubuhmu yang lebih berisi dibanding dulu." Ken menangkup buah dada Ange sebagai obyek kesukaannya.

Ange menoleh dan mendengus, "Hah pembohong, kemarin kau mengeluh saat menggendongku, pinggangmu sakit."

"Sayang, itu pinggangku yang mengeluh, tapi bukan hatiku. Hatiku memujamu apapun bentukmu, sungguh." Trev susah payah menahan tawa melihat lirikan tajam Ange yang terkenal itu. Ia meremas dada Ange penuh hasrat menunjukkan hasratnya yang tidak pernah padam pada Ange.

Ange tertawa dan menangkup tangan Trev yang ada didadanya. Tangannya yang bebas meraih anggur dan menyuapkannya untuk Trev. Trev menahan jemari Ange untuk ia kulum di dalam mulutnya. Ange terkesiap dan menengadah untuk meminta ciuman dari Trev. Trev langsung menunduk, mencium Ange lembut penuh hasrat.

"Sial, apa kita punya waktu sebelum mereka datang?" Trev mengusap hidungnya di leher dan rambut Ange.

"Trev, kita tidak pernah bisa sebentar melakukannya. Terakhir kita melakukannya kita hampir terpergok pelayan di ruangn penyimpanan perlengkapan kamar di hotel." Ange terkikik. Trev mengerangkan suaranya sambil menarik Ange erat ke tubuhnya, ke bukti gairahnya. Ange tertawa terbahak dan mendorong Trev jauh-jauh, tapi Trev tidak mau melepas Ange dan menarik isterinya kuat-kuat menghadapnya kemudian menciumnya lama, dalam, menyeluruh.

Abby dan Ken tiba dan dipersilahkan masuk menuju ruangan paling belakang rumah indah itu, dimana ruang makan diletakkan di beranda belakang, tepat menuju taman belakang, kolam renang, dan pemandangan laut. Dan menyaksikan bagaimana pasangan itu berpelukan dan berciuman. Dilatar belakangi pemandangan menawan, juga hasrat yang tidak bisa disembunyikan sama sekali.

Harusnya Abby dan Ken jengah seperti pelayan yang mengantarkan mereka. Tapi mereka juga merasakan cinta yang sedalam itu pada pasangan mereka. Melihat Trev dan Abby hanya bisa mengulas senyum. Abby akhirnya berdehem kuat-kuat.

Trev dan Ange menoleh. Ange tersipu malu, Trev merasa bangga. Ini isterinya yang menakjubkan, wanitanya, miliknya. Trev menyeringai.

"Apa kami perlu datang lain waktu?," tanya Abby jahil.

"Ya ya pulang saja, aku mau ke atas dan bercinta dengan isteriku!" sahut Trev dengan seringai makin lebar.

Ange memukul lengan Trev dengan tawa yang berderai, "Hush jangan konyol," Ange menjauh dari Trev dan mengembangkan pelukannya pada Abby, memeluk sahabatnya erat-erat. "Ya ampun, aku rindu pada kalian." Ange pun memeluk Ken dan tersenyum menatap mereka dengan mata hijaunya yang cerdas.

"Hallo sepupu, apa kabarmu?," tanya Trev sambil memeluk Abby erat dan hangat.

"Baik, kau terlihat luar biasa Trev," Abby menatap Trev sayang.

BROKEN WINGWhere stories live. Discover now