Chapter Seventeen - Chance

ابدأ من البداية
                                    

"Keempat, sebelum kamu bertanya kenapa saya bisa jatuh cinta sama kamu. Saya bakal jawab, saya sendiri nggak tau. It just happened, like you're pulling me towards you just like that."

"Kelima, kalau kamu minta saya untuk lupain ini semua. Saya bakal tegasin ke kamu, saya nggak bisa dan seandainya bisa, saya nggak akan ngelakuin itu. Saya nggak akan mundur begitu aja, Jace." kalimat ini membuat Jace melebarkan matanya.

Too late to run, eh Jace? Batin Jace mengumpat.

"Harusnya gue nggak ngajak lo ngobrol hari itu." Akhirnya Jace buka suara. Kali ini ia bicara sambil menatap mata Sam langsung.

"Kenapa? Kamu nyesel?" Tanya Sam.

"Lo juga harusnya nyesel, Sam. It's complicated. You're trapped in this kind of situation, in this kind of feeling."

"Saya nggak menyesal, Jace. Dan apa maksud kamu trapped? Saya nggak merasa terperangkap sama sekali. Apa yang bikin kamu berpikir saya ngerasa kaya gitu?"

"Karena gue ngerasa kaya gitu! I hate this kind of feeling. It's just too much."

"Kenapa?"

Satu kata ini membuat seluruh tubuh Jace membeku. Semua memori masa lalunya melintas di kepalanya begitu saja seerti kereta. Saling berhamburan dan bertubrukan satu sama lain. Namun hanya satu hal yang ditangkap dari pecahan memori itu. Rasa sakit.

"Kenapa, Jace?" Ulang Sam ketika pertanyaannya tidak kunjung dijawab.

Jace menggeleng lemah, "I just hate it. Maaf, tapi gue nggak percaya sama yang namanya cinta."

★★★

"I just hate it. Maaf, tapi gue nggak percaya sama yang namanya cinta."

Rah yang menempelkan telinganya ke pintu kamar agar dapat mendengar percakapan sahabatnya dengan lelaki tadi membuang napas dengan lemah.

Dari apa yang ia dengarkan, ia yakin laki-laki ini berbeda dari Stef, adiknya sendiri. Bahkan berbeda dari seluruh pacar-pacar Jace terdahulu. Mereka bahkan tidak dapat disebut lelaki.

Tetapi laki-laki yang sekarang sedang bicara dengan sahabatnya ini, entah kenapa Rah kehilangan semua rasa curiga saat mendengarnya bicara. Rah memang bukan Jace, ia tidak mengalami apa yang Jace alami. Namun ia tahu benar masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu.

Dan laki-laki ini. For Pete's sake. He's the one that can help her! Tapi sahabatnya itu sudah menutup semua kemungkinan bagi setiap orang. Jace menjadi terlalu sensitif pada masalah cinta. Padahal tidak semua orang sebrengsek Stef.

Haloo! Kakak laki-laki Stef yang mukanya hampir persis dengannya saja sudah berbanding terbalik dengan kelakuan bocah ingusan itu. Terkutuklah Stef yang membuat sahabatnya sampai seperti ini.

Rah kembali menajamkan pendengarannya agar dapat menangkap apa yang sedang mereka bicarakan sekarang.

"Jace please. Kali ini aja." Entah mengapa, Rah mulai mempercayai laki-laki di ruang tamu itu. "He can save you. Don't push him out." Bisiknya pelan, setengah berdoa.

★★★

"Saya nggak bisa menerima alasan itu, Jace."

"Apa?"

"Saya nggak bisa nerima alasan kamu. Karena kamu bahkan belum mencoba. Jangankan mencoba, kamu bahkan belum melihat. Kamu langsung menutup mata kamu dan kabur begitu aja waktu saya bilang saya jatuh cinta sama kamu."

"Gue-"

"Jace, jangan kabur dari saya. Saya mungkin nggak tau apa yang buat kamu seperti ini. Ataupun siapa yang bikin kamu begini. Tapi saya janji, saya nggak akan pernah ngelakuin apa pun itu yang pernah dilakuin sama orang yang bikin kamu begini."

Number One (completed)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن