Psst! it's just pag-ibig

3.6K 345 3
                                    


☆☆☆☆☆Kamis, 20 Des 2015

•••
Pikirannya kalut memikirkan keadaan kekasihnya saat ini. Sampai sekarang, sahabat dari kekasihnya itu tak membiarkan ia menemui kekasihnya. Bagaimana bisa dia melupakan keadaan kekasihnya yang masih belum sehat pasca keluar dari rumah sakit kemarin. Bahkan, ia tidak menghubungi Deesavra hari ini.

Sekadar menanyakan kabarnya saja tidak, dan apa yang dia lakukan? Bersenang-senang dengan sahabatnya? Ya. Itu benar. Tapi sungguh, tentang kejadian tadi benar-benar hanya salah paham. Tadi siang, setelah selesai dengan kuliahnya, Asya dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk menghilangkan penat setelah kemarin disibukkan dengan acara pensi, jadilah mereka sekadar nongkrong disalah satu kafe dekat kampus. Saat sore menjelang, Clarynta meminta untuk menonton film layar lebar karena merasa bosan dengan suasana kafe yang itu-itu saja.

Asya pikir pasti Deesavra akan mengerti kalau ia butuh quality time dengan sahabat-sahabatnya hari ini, karena itu lah ia tak menyentuh ponselnya sama sekali. Sampai terjadilah kejadian kesalahpahaman itu. Lagi dan lagi ia merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana bisa dia melupakan mengabari Deesavra dan menganggap seolah itu adalah hal yang sepele?

Ceklek

Asya mendongak saat pintu ruang rawat Deesavra terbuka dan menampilkan sosok Namira dengan wajah sembabnya. Keadaan Namira yang terlihat kacau membuat Asya yakin bahwa kekasihnya itu dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Dee mau ketemu lo!" Namira berucap dengan nada dingin tanpa menatap Asya. Namun, ucapan Namira membuat perasaan Asya menghangat, bersyukur bahwa kekasihnya masih ingin menemui dirinya. Asya tersenyum tipis, tanpa berucap apa pun dia memasuki ruang rawat Deesavra.

Tepat saat Asya menutup pintu, detik itu juga tubuh Namira merosot ke bawah. Gadis itu memeluk lututnya sendiri, menenggelamkan wajahnya menyembunyikan tangis. Dadanya terasa sesak, kondisi Deesavra melemah, kankernya menyebar begitu cepat dalam tubuh sahabatnya itu. Berkali-kali ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa Deesavra pasti terbebas dari penyakitnya itu. Semoga. Ia hanya bisa berdoa untuk sahabatnya. Berdoa semoga mereka bisa bersahabat sampai tua nanti.

•••

Saat Asya masuk, ia melihat gadisnya sedang duduk menyandarkan kepalanya di kepala ranjang. Tatapan gadis itu kosong.
Asya menggenggam tangan kekasihnya itu membuat sang gadis tersadar dari lamunannya lalu menatap Asya sekilas. Perasaan marah dan kecewa tentu saja masih ada dalam diri Deesavra, tapi masalah ini tak boleh sampai berlarut. Mungkin Asya memang perlu mencari gadis lain untuk menggantikannya nanti, pikirnya pilu.

"Dee, gue minta maaf." Asya menunduk dengan wajah penuh sesal. Penyesalan selalu datang di akhir. Itu benar. Deesavra masih diam menunggu Asya melanjutkan ucapannya. "Gue tahu gue salah nggak ngabarin lo, hari ini. Bahkan gue seneng-seneng sama temen gue dan lupa ngabarin lo." Lupa katanya? Bahkan sekarang Asya dengan mudah melupakannya hanya karena sedang bersama sahabatnya? Atau melupakannya karena ada gadis lain? Deeaavra mengalami perdebatan dengan batinnya.

"Dan soal Lala. Lo salah paham, Dee. Oke, gue minta maaf. Gue nggak bisa tegas sama dia sampe bikin lo sakit hati, gue janji kali ini akan lebih tegas sama dia dan sama siapa pun itu." Hening. Deesvra masih diam tak menanggapi ucapan Asya. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar, kalau sudah begini kesalahannya bukan hal sepele lagi. Dan ia sadar akan hal itu.

"Dee... please jangan diem aja. Lo boleh bentak-bentak gue, pukul gue sekalian, ayo, Dee. Lakuin apa pun yang mau lo lakuin sama gue."

"Lakuin apa pun yang mau lo lakuin, Sya. Jangan pikirin gue. Lo lihat sendiri kan, sekarang tubuh gue lagi lemah dan mungkin akan terus melemah. Lo tadi bilang lo lupa ngabarin gue, kan? Itu bagus. Kalau pun besok gue pergi jadi lo nggak harus berusaha lupain gue lagi."

It's Just Pag-ibigTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang