Part 10 - HidayahNya

5.4K 315 75
                                    

Di dalam kamar, Jihan masih memegangi sebuah kotak berdebu yang selama ini tersimpan rapih di gudang. Sulit rasanya membuka kotak ini, karna dengan membukanya sama saja dia menyapa kembali seseorang di masa lampaunya, Devan. Seolah terjadi perselisihan dalam batinnya antara tidak ingin dan sangat ingin, tapi apa daya, rasa rindu yang dulu mati kini kembali bangkit mengusiknya, menjerat hingga rasanya begitu sesak. Jadi dengan terpaksa dia harus membuka kotak ini sebagai penawar rindunya.
Jihan memegangi satu persatu barang peninggalan sang masa lalu dan sebuah surat mampu menyita perhatiannya, dengan mata berbinar dia membaca kata per kata dalam surat itu.

Hi, my Jihan..
Kamu tau aku tidak pandai berkata, jadi ini terdengar menggelikan.
Tapi aku rasa aku harus menulis ini, karna hari ini tepat tahun ketiga hubungan kita.
Maaf selama ini aku selalu merepotkanmu, menyuruhmu mengerjakan tugasku, membantuku saat ulangan dan hal kekanakan lainnya.
Tapi tenang saja Ji, aku sudah 19 tahun, aku tidak akan kekanakan lagi, aku hampir berubah jadi pria bukan cowok lagi.
Pria yang punya tekad untuk menjadi masa depan seorang Jihan Ainaya Putri.
Pria yang akan menjadi orang pertama yang Jihan lihat saat dia terbangun dan orang terakhir yang Jihan lihat sebelum dia terpejam.
Ah, aku yakin kamu ingin muntah membaca ini :D Wkwk
Happy Anniversary My Ji..tetap setia, kisah kita masih panjang ^_^

-Your Man-

Jihan tersenyum bahagia walau tanpa dia sadari air mata sudah membanjiri wajahnya. Pikirannya kini seperti kaset yang memutar kilasan-kilasan kejadian di masa lalu.

Dan kini dengan tangan bergetar Jihan berusaha meraih cincin yang dulu sangat berharga baginya, cincin ini salah satu saksi bisu atas cinta mereka. Jihan masih ingt betul bagaimana Devan menyematkan cincin ini di jari manisnya lalu memeluknya erat sambil mengucapkan kalimat yang sampai sekarang terus berdengung di pikirannya.
"Jihan, apapun yang terjadi nanti aku ingin kamu percaya bahwa aku tidak pernah main-main dengan perasaanku padamu, selamanya kamu lah yang miliki hati ini, percayalah"
Kata-kata itu masih dan selalu membuat hatinya teriris, tangisnya kini pecah, tak peduli akan isakannya yang mungkin bisa terdengar orang, hingga dia tidak sadar akan kepulangan suaminya.

Adam hanya bisa berdiri mematung melihat istrinya menangis, dia tau dengan persis apa penyebabnya, pasti karna lelaki brengsek itu, batinnya sambil mengepalkan tangan hingga jarinya memutih.

"Kini aku tau satu hal, kamu belum bisa melupakan dia seutuhnya"

Tersirat rasa sakit pada suaranya kini, mendengar itu Jihan langsung tersentak dan menoleh.

"Kak Adam..."

"Apakah selama 24 tahun hidup denganku kamu belum cukup bahagia ? Apakah kasih sayangku pada Riyaz masih kurang ? Katakan aku harus bagaimana lagi Jihan ?" nada bicaranya begitu dingin hingga mampu membuat hati Jihan menjadi bongkahan es.

"Kak, bukan seperti itu..."

"Lalu apa ? 24 tahun bersamaku belum mampu mengalahkan 8 tahun bersama Devan, begitu ?"

"Bukan Kak, sama sekali bukan itu, aku.. hanya teringat dia" lirihnya.

Bohong jika Adam baik-baik saja mendengarnya, nafasnya tercekat, dada nya naik turun berusaha mengatur nafasnya. Sulit dipercaya, hanya dengan mengingat Devan membuat Jihan menangis hebat seperti ini, hal seperti sekarang memang sering terjadi, tapi itu dulu saat mereka baru menikah, waktu itu Adam bisa mengerti karna luka hati Jihan belum sepenuhnya sembuh. Namun setelah bertahun-tahun, dia mengira bahwa sudah tidak ada lagi orang itu di hati istrinya. Tapi sekarang ?
Adam mencengkram bahu Jihan dengan sangat kuat, marah dan cemburu menyelimuti hatinya.

"Selama ini kamu anggap aku apa ? Apa arti aku bagimu jika si brengsek Devan belum kau enyahkan dalam hatimu !" Ucapnya dengan nada tinggi.

"M-maafkan aku Kak.."

Past MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang