Part 9 - Melembutkan Hati

2.5K 217 2
                                    


Mau tidak mau malam ini Caesha harus menerima tawaran yang cenderung memaksa, tawaran untuk makan malam di rumah Riyaz. Karna bisa dibilang ini yang pertama kalinya dia makan malam bersama seseorang yang notabenenya bukan keluarganya, seumur hidupnya dia tidak pernah makan malam bersama teman; rekan kerja atau siapapun. Jadi dia sangat merasa gugup dan tidak tau harus bagaimana, dia sangat tidak ahli dalam hal komunikasi, terlebih yang dihadapi nya adalah orangtua dari seseorang yang bisa dibilang spesial untuk Caesha.

"Assalamualaikum..Mi"

Riyaz beruluk salam sambil menghampiri Umi nya yang sedang menyiapkan makanan, diikuti Caesha yang berjalan di sampingnya.

"Waalaikumsalam--"

Jihan diam sejenak saat melihat Caesha terutama rambut coklatnya, karna Jihan pikir gadis yang putranya maksud adalah gadis yang berjilbab-seperti Raena.

"Oh ada tetangga baru rupanya, senang bertemu dengan Caesha, silahkan duduk nak, anggap saja sebagai rumah sendiri ya" sapanya seramah mungkin.

"Iya terimakasih tante" Caesha hanya tersenyum kikuk dan duduk di kursi sebelah Jihan sedangkan Riyaz didepannya.

"Oh ada Caesha rupanya" Adam yang baru saja turun langsung menyapa.

"Iya..selamat malam Pak"

"Panggil om saja, biar lebih akrab, lagian ini bukan di rumah sakit" Adam tak kalah ramahnya dari Jihan.

"I-iya"

Caesha terlihat gugup, tentu saja ini benar-benar perdana. Jihan mulai mengambilkan nasi untuk Adam, Riyaz juga Caesha.

"Segini cukup Caesha ?" sambil mengulurkan sebuah piring.

"Cukup tante, terimakasih"

"Niih tante masak rendang kesukaannya Riyaz, kamu coba ya"

Jihan juga mengambilkan lauk pauk pada piring Caesha. Gadis itu diam mematung sambil menatap Jihan, selama 13 tahun dia hidup tanpa Bunda baru ada lagi seseorang yang mengambilkan makanan ke piringnya. Ini seperti de javu, melihat Jihan dia jadi teringat Bundanya.

"Terimakasih, tante" lirihnya hampir tak terdengar.

Setelah Adam memimpin doa, mereka mulai melahap berbagai jenis makanan yang tersedia dengan wajah yang selalu sumringah.

"Masakan Umi juara, Umi emang jagonya masak bahkan Chef terkenal pun kalah" selalu, setiap makan Riyaz selalu memuji masakan Uminya.

"Siapa dulu suaminya"

"Abi nggak nyambung"

Jihan hanya tersenyum melihat aksi kebocahannya Riyaz.

"Yaz, dibalik istri dan ibu yang luarbiasa ada sosok suami yang hebat, Abi hanya tidak mengeksposnya saja, iya nggak Ji ?"

"Kayaknya Abimu ngasih kode biar dipuji juga tuh Yaz"

"Ogah, yang ada Abi malah narsis kalo Riyaz puji Mi"

"Tau aja kamu" respon Adam singkat.

Melihat tingkah kedua prianya Jihan hanya menggeleng sambil menggulum senyumnya, berbeda dengan Caesha yang sedari tadi hanya diam mengamati.

"Caesha..mengapa tidak dimakan ?" Adam terlihat memperhatikan.

"Sepertinya masakan tante kurang enak ya buat kamu ?"

"Nggak om tante, masakannya enak sekali, Caesha sangat suka"

"Syukurlah..dihabiskan yaa" ucap Jihan sambil mengusap lembut bahu Caesha.

Past MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang