Part 4 - Menyentuh Kisahnya ?

2.9K 254 5
                                    


Riyaz dengan sepeda nya baru saja pulang sambil menenteng plastik berisi Sup Durian, pesanan Yumna-adiknya-. Riyaz tergolong tipe kakak idaman, dia begitu memanjakan adiknya namun tak jarang menegur Yumna dikala dia berbuat salah.Yumna merupakan wanita kedua yang Riyaz cintai di dunia ini setelah Uminya, jadi apapun yang Yumna minta dia selalu mengabulkannya, apapun itu.

Riyaz tiba-tiba mengerem sepedanya saat hendak melewati sebuah rumah mewah dengan pekarangan yang besar.

"Dokter Caesha ? Oh rupanya dia tetanggaku" gumam Riyaz.

Riyaz mengamati raut wajah Caesha, setelah seharian tadi dia melihat Caesha di Rumah Sakit baru kali ini dia melihat ada ekspresi di wajahnya, namun Riyaz sedikit heran mengapa Caesha seperti menahan emosi sekaligus menahan tangis saat berbicara dengan pria di depannya, dan Riyaz pikir pria itu bukan orang biasa, dilihat dari orang-orang yang berjaga di belakangnya dan berpenampilan seolah mereka paspampres. Ah abaikan, pikir Riyaz.

Saat orang-orang berpakaian jas hitam itu pergi dengan mobilnya, Riyaz pun kembali melajukan sepedanya. Namun saat dia melihat tubuh Caesha ambruk dia langsung melompat turun dari sepedanya, tak peduli dengan Sup Durian Yumna yang otomatis dia lempar dan berlari menghampiri Caesha.

"Dokter Caesha ? Kau bisa mendengarku ??"

Menyadari tak ada respon dari Caesha,dia langsung berlari meminta bantuan. Bodoh, mana ada orang berkeliaran malam-malam begini, umpatnya. Tak ada pilihan lain, terpaksa Riyaz menggendong tubuh Caesha.

"Yaa Allah...jauhkanlah hamba dari segala fitnah yang hina" pintanya dalam hati saat memasuki rumah Caesha.

Riyaz menidurkan Caesha di sofa, dia beristigfar terlebih dahulu tatkala hendak meraba pergelangan tangan Caesha untuk memeriksa nadinya. Riyaz mengamati apa yang terjadi pada Caesha, tangan kirinya tetap memegangi lehernya seolah disitu pusat rasa sakitnya, Riyaz mendekatkan telinganya pada Caesha dan saat itu juga dia tau ada yang salah dengan pernafasannya.
Dengan cekatan Riyaz mencari kotak obat dan sesuatu mengejutkan dirinya saat melihat kotak obat itu dipenuhi tablet-tablet putih yang setahu dirinya itu adalah obat penenang untuk menghilangkan rasa sakit.

"Caesha kau..." Riyaz menggeleng mengingat risiko apa yang akan terjadi jika terlalu banyak mengkonsumsi obat ini, tapi memang tak ada pilihan lain.

Kondisi sudah membaik setelah diberi satu tablet putih itu, nafasnya tidak tersenggal lagi dan matanya terpejam lemah, namun kerutan dikeningnya belum hilang. Melihat Caesha sudah tidak mengkhawatirkan lagi, Riyaz berniat untuk pulang, dia tidak bisa lama-lama berdua di rumah sepi ini, malam hari, ingat itu. Merasa kasian pada tubuh Caesha yang hanya memakai baju tipis Riyaz melepas jaketnya dan menutupi sebagian tubuh Caesha, Riyaz tak peduli dengan dirinya yang hanya memakai kaos lengan pendek, karna dia tak mungkin lancang ke kamar gadis walau untuk mengambil selimut.

Sesuatu membuat Riyaz terhenyak, dia sontak menoleh pada tangannya yang di genggam erat oleh jemari lentik milik gadis bermata dingin di hadapannya.

"D-dokter Caesha, maaf..bisa kau lepaskan tanganku" dia mencoba melepas genggaman Caesha, namun nihil genggamannya begitu kuat seolah dia tengah berpegangan agar tak jatuh pada jurang kepedihan.

"Bunda...ayah..." isak Caesha yang masih memejamkan mata es nya.

Dia mengeratkan genggamannya, beberapa bulir air mata menetes mengenai tangan Riyaz. Ribuan tanda tanya menyerang pikirannya, ada apa dengan gadis di depannya hingga..dia seperti ini. Matanya menatap iba pada wajahnya yang dipenuhi peluh bercampu airmata, tangannya terulur hendak menghapusnya, namun hati putih dirinya mengingatkan dia untuk mengendalikan diri.

Past MistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang