bagian 12

3.9K 374 18
                                    

mungkin sudah bisa di tebak apa yang akan terjadi setelah hal yang terjadi setelah pagi tadi, tentang kunjungan pevita yang membuat semuanya bertambah buruk karena sekarang semua masalah sudah pasti tidak hanya verel bramasta, pasti sudah masuk pada keluarga kohler dan mungkin juga adnan. mungkin memanglah tidak bisa di jelaskan secara spesifik atas apa yang di sebut dengan kejadian yang akan terjadi itu,hanya saja bisa dipastikan apapun yang terjadi itu bukan yang tetbaik. pilihan yang bagus begitu yuki menerjunkan dirinya dari balkon yang berada di lantai 10,otaknya pecah, tulang patah berceceran di mana-mana.mati.dan semua masalah yang di hadapinya berakhir.

yuki tidak perlu lagi memikirkan bagaimana harus menghadapi verel, keluarga bramasta dan tamu undangan pernikahannya. terlebih yuki juga tidak harus berfikir bagaimana harus menghadapi alghazaly, dan juga naydira.tidak, lengkapnya yuki tidak perlu lagi untuk berfikir bagaimana harus menghadapi dunia. mati lebih mudah, walaupun hidupnya di dunia kematian juga akan sulit, tapi setidaknya yuki tidak perlu bertemu orang-orang itu, dan jika Tuhan mau memaafkan dosanya, mungkin akan ada tempat indah semisal surga untuknya berkumpul dengan keluarga yang di cintainya.

dari sini yuki bisa mendengar dengan seksama pembicaraan al dengan perempuan yang di panggil al dengan sebutan kakak. tentu saja yuki tidak tidur. tidak sedetikpun setelah al merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur untuk yang kedua kalinya walaupun yang kedua kali itu tanpa 'perlakuan'. yuki mendengarkan suara perempuan itu menyebut naydira. sekelebat wajah penuh senyum, gadis yang di agung-agungkan sebagai seorang kakak hadir di depan wajahnya, seakan mengambang di ruang hampa dimana yuki sedang memfokuskan pandangan saat ini.

naydira berdiri di hadapannya itu tidak menatapnya penuh amarah, tidak juga ada wajah penuh kekecewaan, justru naydira memberi senyum setulus malaikat padanya, merasa dirinya benar-benar terlihat buruk.

air mata yuki menetes semuanya, apa yang hadir memenuhi otaknya, yuki pernah bersumpah dia tidak akan menyesal atas apa yang tadi malam di lakukan dan entah kenapa di nikmatinya, tapi detik ini yuki ingin mundur selangkah kebelakang, bukan selangkah tapi banyak langkah. mungkin yuki juga harus mati sejak keluarganya mati.

seandainya saja...seandainya...
seandainya yuki bisa kembali ke masa lalu dan tidak melakukan hal ini.

tapi yang tersisa hanyalah penyesalan, detik ini, bahwa semuanya salah, bahwa kecintaannya pada alghazaly salah, bahwa ketergantungannya pada verel salah, dan kedekatannya dengan naydira juga salah.

kali ini mati mungkin sudah jadi pilihan akhir.

terjun dari balkon apartement lantai 10 dan berakhir dengan kepala bercerai berai mungkin cukup untuk membayar kesalahannya. persetan dengan bisikan itu.

yuki meronta kuat saat merasakan tubuhnya yang seharusnya sekarang sudah melayang dan mendarat di pelataran gedung apartemen, tertahan setelah yuki baru saja membungkukkan kepala melewati pagar pembatas balkon yang hanya setinggi pinggangnya. sempat di rasakan darahnya seperti mengering, tubuhnya juga melemas, dan debaran kuat jantungnya.

sesaat setelah rontaan tak seberapanya, yaki nyaris merosot. jika tidak ada seseorang yang menopangnya. mukanya pucat seperti hilang tenaga.

"kau fukir apa yang akan kau lakukan?" suara seorang pria mendesis ditelinganya, membuat tubuh yuki membeku seketika, seperti sebuah penegasan bahwa malaikat maut untuknya hari ini tidak menunggunya di pelataran gedung apartemen tapi sudah bersamanya saat ini.

sedetik kemudian yuki sudah mengisak kuat-kuat. yuki melampiaskan rasa keputusaannya pada tangisan tanpa usaha meredam sedikitpun.

pelukan seseorang yang berada dibelakangnya semakin mengerat pada pinggangnya, dan al sudah memindahkan satu tangannya berada melingkari bahu yuki. belum mengucapkan apapun lagi karena saat ini tidak terdengar suara apapun selain tangisan yuki.
"jangab bertindak bodoh,yuki!"
berikutnya suara al juga tidak kalah frustasi masuk pendengaran yuki. wanita itu terdiam mendengar kalimat berkumandang pelan tapi bernada perintah. ciri khas alghazaly kohler.

the secretary and her cold bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang