bagian 8

4.7K 343 42
                                    

Al bangun dari tempat tidur dengan gerak lambat dan menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, berusaha membuat gerak tubuhnya sedemikian rupa tidak akan menganggu tidur yuki walaupun sebenarnya al juga yakin kualitas ranjang kepemilikannya ini sudah jelas tidak akan membuat pergerakannya berpengaruh dan menganggu tidur wanitanya. Dengan gerak cepat al menyarung bawahannya lagi setelah berdiri dengan benar. Dan situasi tubuhnya sebelum pemakaian bawahan tadi bukan hal yang tepat untuk di bicarakan.

Dengan gerak pasti al menuju sisi ruang kamarnya membuka sebuah pintu yang menghubungkannya dengan tumpukan alat pribadinya yang tersusun rapi dalam lemari. Al melangkah ke seat celananya dan menarik celana pendek selutut bersamaan dengan kaos putih menutupi tubuhnya.

Al berjalan menuju pintu penghubung kamarnya dengan ruangan diluar lewat pintu kamarnya yang sudah di buka lebar, mungkin sejak tadi malam. Untung saja al sudah menyarung sandal sebelum keluar kamar jika tidak ingin kakinya lagi yang akan terluka, bentuk ruangan yang sedang di tatapinya ini benar-benar masih kacau, bersyukur al tidak melakukan hal yang sama dengan menghancurkan kamarnya atau dia tidak akan menemukan tempat yang -tepat- lagi selain kamar mandi dalam kamarnya atau ruang pakaiannya.

Berhentilah berpikir macam-macam alghazaly, kekehnya.

Oh, alghazaly kohler yang dingin tak tersentuh kini sedang terkekeh.

Setelah selesai berkutat dengan masakan sederhananya al meletakan makanan itu di meja makan dan merapikan kursi meja makan yang beberapa sisi masih belum cukup teratur, juga menjemput selimut yang masih tergeletak di lantai, selimut yang di tinggalkannya tadi malam. Mereka bahkan nyaris melewatkan satu malam tanpa selimut di atas ranjang jika saja al tidak berinisiatif mencari selimut baru untuknya dan wanitanya. Lagipula tidak mungkin mereka akan tertidur dengan bentuk tidak benar seperti itu tanpa penutup.

Lagi-lagi senyum itu muncul lagi, mengingat kilasan tadi malam di mana dia dan wanitanya sampai di atas ranjangnya nyaris tanpa apa- apa dan pada akhirnya benar- benar sukses tanpa apapun, menikmati satu percintaan yang tidak akan terlupakan olehnya, mengingat lagi halusnya kulit yuki dalam indra perabanya dan wangi yang tersebar menyeluruh pada tubuh mengagumkan itu pada indera penciumannya, apalagi wajah cantiknya yang menjadi tempat terfavorite untuk di pandanginya. Wajah itu saat... ah sudahlah.

Al... tidak pernah menemukan yang seperti tadi malam sejarah masa lalu hidupnya. Oh, alghazaly berhentilah berfikir hal itu, erangnya.

***

Yuki mengeliat dengan dahi berkerut saat merasa ada seseorang yang menyentuh atau tepatnya menepuk lengannya pelan, dan suara yang memintanya bangun dari tidurnya, suara.... pria.

Matanya terbuka karena kaget, dan langsung membalikan pada posisi yang lebih jelas dari posisi tidur tengkurapnya tadi. Matanya menemukan sosok pria yang sedang duduk di samping dan menatap ke arahnya.

Tidak perlu menciptakan sebuah jeritan kaget untuk memahami apa yang sedang terjadi, memory itu membuka begitu saja, lagipula dia juga tidak dalam keadaan mabuk untuk bisa melupakan walau hanya sedetik dari banyaknya detik kejadian itu.

Untuk sekedar berpura- pura lupa pun yuki tidak bisa.

Wajahnya hanya tiba- tiba cemas

"Bangunlah, kau butuh sarapan, aku tunggu di meja makan" suara yang terakhir di dengarnya tadi malam tapi dengan nada yang sama dengan pertemuan mereka di hari senin mengalun lagi di telinganya. Yuki tidak mengeluarkan selatah katapun, dan pria itu juga langsung bangkit setelah kalimat itu terlontar, " pakailah sandal,di luar banyak beling" ucap pria itu lagi dan melirik sepasang sandal yang terletak di sisi pintu kwmudian keluar dari kamarnya.

Yuki hanya mengerang kecewa dalam hati. Seharusnya pagi ini tidak seperti ini, tidak seperti ini di saat mereka sudah melewatkan satu moment sacral untuknya.

Apa karena hal itu tidak sacral untuk al?

Yuki terduduk dari tidurnya, tidak lupa mengeratkan selimutnya, karena sadar apa yang akan terpampang jika dia tidak menutup diri dari selimut itu. Wanita itu tercenung

Ya Tuhan, batinnya tanpa terasa air matanya mengalir.

Jari-jari lentik yuki mencengkram selimut yang menyembunyikan tubuhnya itu dengan pandangan mata tertunduk kebawah, tidak jelas apa yang ingin ditatapnya. Air mata tanpa penjabaran itu tampak menetes jatuh membasahi selimut yang menutupi tubuh tanpa pelindungnya. Menyesalkah sekarang setelah semua yang terjadi? Setelah semua tidak bisa di putar ulang lagi? Takutkah ia sekarang? Bencikah ia sekarang? Apapun itu yuki cuma merasa sejak dia memutuskan untuk menerima ajakan sangat tidak manusiawi mantan direkturnya itu, itu sama saja dengan dia sudah masuk ke dalam neraka dunia dan akhiratnya. Dosa tentu saja menjadi salah satu sebabnya, neraka itu akan makin terasa karena setelah satu malam ini dia sudah kehilangan kebahagiaan yang sudah dipupuknya, kehilangan kepercayaan orang yang sudah di berikan padanya, dan pasti sudah kehilangan harga diri dan kehormatan, kehilangan verrel bramasta. Neraka dunia dan akhiratnya akan datang. Verrel sudah pasti akan mencampakkannya mengingat tidak ada apapun lagi yang tersisa darinya yang bisa di miliki pria itu darinya, tidak cinta dan tidak juga kehormatannya.

Masih banyak gadis di luar sana yang bisa di pilih verrel dengan kecantikan, kehormatan dan tentu saja dengan kesempurnaannya. Apakah yuki masih punya nilai di mata pria itu jika nilai dirinya sudah hilang oleh pria lain bukan verrel bramasta. Sekalipum verrel masih mau menerimanya, mungkin karena kasihan atau apapun. Bagaimana mungkin yuki akan setega itu pada pria yang begitu mengasihinya? Dan apakah artinya dia benar- benar tidak punya rasa malu?

Yuki bukanlah gadis special, tidak punya apa-apa selain apartemen sewaan berikut harga dirinya yang nyatanya sudah hilang beberapa jam yang lalu. Dan verrel terlalu sempurna dengan hati malaikat yang datang dengan maksud menyempurnakan hidupnya, setelah apa yang terjadi Tuhan pasti tidak akan mengizinkan gadis sepertinya untuk mendampingi seorang malaikat seperti verrel. Tidak pantas.

Kenyataan pahit lainnya alghazaly atau mantan bossnya atau siapapun pria itu jelas hanya memanfaatkannya sebagai penghibur saat pria itu kehilangan kekasihnya. Pelarian masalah.

Dan dengan bodohnya yuki mengatakan iya secara non verbal saat pria itu menawarinya untuk menghabiskan satu malam demi membantunya menghilangkan rasa frustasinya terhadap sang mantan kekasih. Bahkan pelacur saja masih di beri tanda jasa, tapi yuki?

Kau sudah kehilangan harga dirimu. Kau juga sudah menghancurkan masa depanmu, yuki angraeni.

Yuki bangkit beserta selimut putih yang menempeli tubuhnya, tidak lupa menghapus butiran air mata yang sudah di keluarka mata bulat coklatnya. Matanya mengarah keseluruh penjuru ranjang dan daerah-daerah sekitar ranjang mencari sesuatu yang mungkin saja akan di temuinya. Seingatnya, malam tadi benda itu terlelepas saat dia sudah berada di kamar ini. Air matanya jatuh lagi saat melihat titik merah tercetak dengan jelas di lapisan badcover ranjang.

Dia sudah kehilangannya.

Tbc..
Kasiannnn yukiii hueeeee jitak palaaa allll!!! Dasar manusia es, habis hilangin perawan orang bukanya maaf malah gak nyeselll!!

the secretary and her cold bossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang