"Woi, Reka." Reka segera tersadar ketika Mari berteriak di telinganya.

"Kenapa?" tanyanya polos membuat Mari berdecak kesal.

"Jamnya bu santi sudah selesai."

"Ah, benarkah." ia melihat sekelilingnya dan bu santi sudah tak ada didepan dan mahasiswa/mahasiswi juga sudah mulai menghilang dari kelas.

"Sebaiknya kita makan dari tadi pagi lu terlihat kurang semangat."

"Kurasa lu benar."

Mereka pun berjalan ke kantin dan banyak sudah yang disana. Agak susah mencari tempat duduk sampai mereka menemukan tempat duduk yang masih kosong.

"Lu mau pesan apa?"

"Samakan aja seperti pesanan lu." Marisa mengangguk mengerti dan meninggalkan Reka sendiri.

Ia mengambil ponsel didalam tasnya dan memeriksa apakah ada pesan masuk karena sedaritadi dia mensilentkan, dia terkejut mendapat banyak pesan dari Keiza.

Tanpa melihat pesan itu dia langsung menelpon Keiza dengan khawatir.

"Angkatlah Kei."

Percuma telponnya tidak diangkat bahkan sampai Mari kembali membawa pesanan mereka "telpon siapa?"

"Tidak apa," ucapnya dengan raut kecewa dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Di lain sisi Keiza sedang membeli es krim lalu berjalan ke bangku taman "nih" disodorkannya salah satu es krim itu pada Nara yang sedang menunggunya.

"Ini handphone kamu."

Keiza sedikit melihat ponselnya lalu memasukkan ke dalam sakunya dengan kecewa karena Reka belum membalas pesannya sedikit pun tapi raut kecewanya tidak dilihat Nara karena hanya sekilas ia memperlihatkannya.

"Jadi Key, kita bolos kuliah hari ini."

"Sepertinya."

"Maaf mengajakmu untuk mengikutiku."

"Tidak apa."

"Aah, es krimnya enak."

"Bukankah memang enak?"

"Entah kali ini terasa berbeda mungkin karena aku sedang memakannya bersamamu."

Keiza terkekeh lalu mengusap bibir Nara yang belepotan. Membuat Nara tersenyum lebar. "Apa aku boleh merasakan punyamu?"

"Tentu."

"Enak Key."

Ia memandang Nara yang sedang menikmati es krimnya.

"Ada apa denganku Tuhan. Saat aku tak menemui Reka aku malah bertemu dengannya seolah Engkau memberitauku kalau dia bisa menggantikan posisi Reka."

"Jangan melihatku terus, aku malu."

"Itu karena kamu terlihat seperti anak kecil dan itu sangat manis." pipinya memerah mendengar pujian Keiza.

"Aku tak pernah melihatmu bersama dengan seorang pria?"

"Buat apa aku bersama orang lain jika Tuhan ingin aku bersamamu."

"Memangnya kenapa?"

"Cuma bertanya kalau kamu tidak ingin menjawab tidak apa."

"Mungkin kamunya aja yang tak pernah melihatku bersama seorang pria."

"Kamu benar. Kita kan selalu bertemu secara kebetulan."

"Itu bukan kebetulan. Aku yang memang ingin menemuimu karena aku tak bisa menahan rasa rindu ini."

It's all because of youWhere stories live. Discover now