K

5.2K 319 12
                                    


Reka pov

   Tak henti-hentinya dia membuatku gelisah, aku ingin dia segera disini, disampingku dan tak pergi kemana pun.

   Kamu benar saat aku menyukaimu aku harus menerima rasa sakit secara bersamaan tapi aku tidak peduli, rasa sakit itu memang harus ada saat menyukai seseorang. Aku harus terluka untuk mendapatkanmu bukan.

  "Kamu mau pergi?"

  Dia mengangguk itu berarti dia tidak bercanda dengan ucapannya.

  "Kamu mau pergi ninggalin aku?"

  Dia kembali mengangguk.

  "Kenapa?" tanyaku. Dapat kurasakan mataku mulai berair menahan air mata supaya tak segera keluar dari sudut mataku.

  "Aku harus pergi."

  "Berikan satu alasan yang dapat kuterima sebagai pengurang rasa sakitku."

   "Aku hanya pergi untuk 3 hari saja Re bukan untuk pergi selamanya."

  "Lalu kenapa kamu bilang mau pergi ninggalin aku?"

  Dia hanya tertawa kecil. Memangnya ada yang lucu dengan pertanyaanku.

  "Aku memang pergi, kan aku pergi sendiri itu berarti aku nggak bersamamu," ucapnya yang sukses membuatku malu.

  "Kamu mau pergi kemana?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan sedikit.

   Ia hanya tersenyum tipis dan aku tak tau apa arti dibalik senyum itu.

   Aku menoleh ketika pelayan mengantarkan pesananku, secangkir caffe late dapat membuatku sedikit membaik.

   Lalu aku menatap ponselku, hanya pesan-pesan dari orang lain sedangkan dia tak memberikanku pesan sedikitpun dan ini sangat membuatku kesal, dia itu pergi ke kota mana sih? Dan kenapa aku nggak ikut aja.

   Kualihkan perhatianku dari ponsel ke panggung kecil yang disediakan oleh cafe ini untuk menarik banyak pengunjung.

   Ada dua orang yang sudah duduk dikursi yang satu memegang gitar akustik dan yang satunya hanya memegang mic.

   Pria itu mulai memainkan gitarnya mengeluarkan alunan musik yang akan menjadi pengiring lagu.

   Baru saja aku ingin mendengar nyanyian, handphoneku berdering menandakan pesan masuk, segera kubuka.

  "Maaf baru memberimu pesan sekarang, kamu tau kota ini masih saja sama saat aku tinggalkan dulu"

   Kuletakkan uangku diatas meja lalu mengambil tasku dan pergi dari cafe ini.

  Setelah didalam mobil, kutekan nomor Keiza dan langsung menelponnya.

   "Ha..."

  "Kangen," potongku. Dia tertawa pelan disana. Kunyalakan mesin mobil, melaju dengan kecepatan sedang.

   "Kam...."

   "Kangen."

   "Belum sehari Re," ucapnya bersabar menghadapi sifat kekanakkanku.

   "Tapi aku kangen Kei, kamu pulang dong kesini, aku mau nanti malam kamu sudah ada didepan pintu kamarku."

  "Maaf Re lusa baru aku bisa pulang."

   Aku merengut mendengar ucapannya.

   "Memangnya kamu mau temui siapa sih?"

  "Hanya mengunjungi seseorang."

It's all because of youWhere stories live. Discover now