Get well soon, Abran!

12.2K 1.3K 57
                                    

Daviss adalah si pirang bodoh dan menyebalkan! Urrgh... rasanya Reina ingin sekali berteriak serta tertawa secara bersamaan di depannya. Baru beberapa jam lalu saat di kamar asramanya si albino itu berdeklar bahwa dia tidak akan mengganggu maupun membuntuti Reina lagi, tapi nyatanya? Si pirang itu ada dimana-mana. Entah apa yang ada di otak si pirang albino itu? Dengan rambut yang memiliki warna tak biasa, kulit pucat serta tingkah konyol sepertinya, lalu dia pikir Reina tak menyadari keberadaannya? Think smart, Abran!

Great hall 10.30 waktu makan siang.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Reina menyipitkan matanya pada sosok yang kini sudah duduk di meja yang sama dengannya, meja pengasingan di pojok ruangan.

Wajah polosnya benar-benar menggemaskan kalau kalian ingin tahu, "Semua meja penuh, hanya di sini yang kosong. Kau jangan salah paham dulu, aku tak mengikutimu."

Ruang Theater 13.45, latihan Drama.

Theo dan Landon sudah bersiap di stage untuk berlatih, semua anak theater yang lain pun merasa tertarik untuk melihat dua makhluk tampan diatas panggung. Namun sayang sekali, detik dimana Reina masuk ke stage untuk beradu akting dengan Landon, suatu keributan terjadi. Tubuh lawan mainnya basah kuyup, dia baru saja tersiram air dari atas.

"Hell, apa yang kau lakukan di sana, mate?" Theo berteriak, sontak semua orang mengikuti arah pandang Theo.

"Aku sedang menjalankan detensi dari profesor Harmer untuk membersihkan ruang theater. Sungguh, aku sama sekali tak membuntutimu, Chryssan."

Reina mendengus sebal, ada-ada saja yang dilakukan si pirang satu itu!

Taman, 15.00 mendengarkan curhatan Emily.

Cuaca sore ini begitu bagus untuk bersantai dan mengobrol di taman dengan sahabat terbaik. Emily banyak bercerita tentang Tom yang ternyata begitu romantis dan serius tentang hubungan mereka berdua, bahkan akhir minggu ini Tom akan mengajaknya makan malam bersama, mengenalkan dirinya pada keluarga besar Wignel.

Apa Reina boleh merasa iri untuk hal semacam itu?

"Kau sendiri bagaimana?"

Reina hanya mengangkat kedua alisnya tak mengerti.

"Kau tak mau menceritakannya padaku?"

"Cerita apa?" ia mendesah lelah.

"Hubunganmu dengan Abran yang saat ini sedang menjadi trending topic!"

Damn, andai saja semua berita itu nyata, andai saja Abran benar-benar memiliki perasaan itu untuknya, bukan perasaan semu yang ia tunjukkan karena efek amnesianya, mungkin Reina tak akan malu maupun canggung untuk membeberkan perasaan menyenangkan itu pada sahabatnya.

"Kau tau itu hanya gosip saja Em..."

"Benarkah? Kurasa tidak."

"Bagaimana bisa kau berpikir kalau dia benar-benar menyukaiku, sedangkan kau tau sendiri sebenci apa dia padaku, dia selalu mengatakan kalau aku sangat menjijikan dengan lumpur kotor yang mengalir pada darahku."

Apa yang lucu? Kenapa Emily justru tertawa terbahak-bahak setelah mendengar keluhannya?

"Ahahaha jadi itu yang kau bilang benci? Bahkan dia selalu mengekor dibelakangmu?" jari telunjuk Em mengarah pada semak-semak yang tak jauh dari tempat mereka duduk.

"Sejak kapan dia berada di sana?"

"Sejak kita duduk, mungkin?"

Sial! Kemungkinan besar si pirang itu mendengar keluhannya tadi kan?

Fated to Love You Where stories live. Discover now