BAB 4

1K 109 5
                                    

BAB 4

"Silahkan masuk, nak Elang," Ayda, ibu dari Dea menampilkan senyum penuh kehangatan pada Elang. Sejak putrinya mengenalkan Elang sebagai kekasihnya, Ayda sangat senang. Bagaimana tidak, dengan wajah penuh keseriusan Elang, pekerjaan yang tetap, penampilan yang rapi juga kehidupan yang mapan sudah terlihat jelas di depan mata. Belum lagi sikap sopan Elang, ah... benar-benar calon menantu idaman!

"Iya, Bu... Terima kasih." saat Elang masuk, wangi harum tumisan tercium dari ruang tamu. Sepertinya, ibunda Dea tengah memasak Cah Kangkung, salah satu makanan favorit Elang.

"Hm... Harum sekali, De. Aku jadi laper." bisik Elang di telinga Dea. Dea pun terkikik geli.

"Ah... Mas memang begitu kalau nyium wangi Cah Kangkung. Bahkan pas lewat tempat jualan Seafood juga gitu." jawab Dea. Dia makin terkikik geli saat Elang mengerucutkan bibirnya.

Ibu Dea pun akhirnya mengajak mereka makan siang yang sudah sangat telat. Karena jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Perut Elang yang lapar terus meminta untuk diisi. Apalagi jika ada Cah Kangkung di depan mata. Alhasil Elang nambah sampai dua kali.

Hal itu membuat Ayda tersenyum bahagia. Berarti masakannya sukses memanjakan Elang. Ayda tersenyum saat Elang menandaskan air putih tanda ia sudah selesai makan.

"Wah... Cah Kangkungnya mantap sekali, Bu. Terima kasih, ya." puji Elang yang disambut senyum tulus Ayda.

"Nanti kapan-kapan Dea buatin yang lebih enak dari masakan Ibu. Mas Elang pasti suka." sahut Dea tak mau kalah. Elang tersenyum seraya mengangguk. Saat suasana mulai hening Elang menarik napas gugup. Ia menatap lekat ibunda Dea. Menyiapkan diri akan apa yang ingin ia katakan sejak tadi.

"Begini, Bu. Besok saya mau ajak Dea ke rumah. Ada acara arisan keluarga besok. Jadi mungkin pulangnya agak malam." ujar Elang mantap. Ini akan menjadi kedua kalinya Dea diajaknya ke rumah. Semoga semua bisa lancar. Mengingat dia tidak pernah membawa seorang wanita ke hadapan orangtuanya. Dan pertemuan awal kemarin, Dea tidak terlalu dekat dengan keluarganya karena sedang dalam suasana lebaran.

"Oh tidak apa-apa. Silahkan saja, nak Elang." ujar Ayda sumringah. Sedangkan Dea yang duduk disebelahnya terbelalak. Pasalnya, Elang belum mengatakan hal ini padanya. Antara kaget, senang namun juga marah. Dia belum siap jika bertemu dengan kedua orangtua Elang lagi. Seperti bukan dirinya, yang harus senyum malu-malu dan bersikap manis.

"Mas Elang kok ndak bilang-bilang sama Dea." frontal gadis itu. Sedikit melotot kepada Elang yang langsung diingatkan oleh Ayda.

"Dea... Kok kamu seperti itu, nduk." Elang menoleh melihat wajah amarah Dea. Dia tersenyum lalu mengulurkan tangan mengusap tangan Dea yang berada di atas meja makan.

"Ini kejutan, De... Dandan yang cantik ya besok." jelas Elang dan seketika Dea menunduk malu-malu. Ayda pun ikut tersenyum melihat perlakuan manis Elang. Siapa yang kuat jika Elang sudah romantis seperti ini? Hal yang membuat Dea tidak ingin melepaskan Elang dari pelukannya.

- E & R -

Elang merebahkan diri di ranjang kamarnya. Sudah dua minggu ia tidak pulang ke rumah. Dan sekarang, rasa rindu kepada sang ibu sudah terbayar tadi. Masakan ibunya juga pelukan hangat. Ah... Itu adalah hal yang sulit ia dapatkan selama tiga tahun ini.

Suara notifikasi dari ponsel, memecah kesunyian kamar. Ia melirik sekilas, dan ternyata ada pesan di akun Line-nya. Segera ia meraih ponsel pintar miliknya.

Ratusan pesan langsung masuk, namun ada satu pesan di privat message yang menggelitiknya untuk ia buka lebih dahulu. Dari Ren_JN...

13. 45 WIB

The Right WomanWhere stories live. Discover now