BAB 1

2.2K 121 2
                                    

BAB 1

Hari ini sangat panas, matahari bersinar terang dan udara kering sangat menyengat. Elang mengusap keringat yang mengalir didahi. Ia mendesah lelah saat seorang wanita kembali menarik lengan kekarnya. Perjuangan berarti belum selesai sampai disini.

Gadis itu mengajak Elang berkeliling. Melihat-lihat barang yang hendak dibeli namun lima belas menit kemudian dicampakan. Terus berputar seperti itu selama dua jam. Sebenarnya apa yang sedang dicari perempuan ini?  Batin Elang kesal.

Pasar Sunday Morning -atau yang biasa disebut pasar Sunmor- yang buka hanya setiap hari Minggu dikunjungi banyak orang. Ini memang tempat yang pas untuk menyiksa Elang. Ya... Untuk ukuran lelaki yang hanya membuntuti seorang wanita yang bolak-balik mencari sesuatu, hal itu memang sangat membosankan. Berjalan mengelilingi Jl.Prof.dr.drs  Notonagoro sampai Jl.Olahraga . Namun, dia bisa apa?

"Mas... Kalau yang ini bagus, ndak?" tanya gadis itu tiba-tiba. Elang yang sejak tadi bersidekap memperhatikan orang-orang yang berlalu-lalang lantas menoleh. Ia mengangkat sebelah alisnya. Kaget dengan apa yang akan dibeli gadis itu.

Demi Tuhan!  Ini sudah kesekian kalinya, ia memilih tas yang sama!

"Mas..." wanita itu memanggil Elang kembali. Elang menghela napas, lebih baik kali ini dia yang memutuskan. Dengan langkah tegas, ia mendekati gadis itu.

"Aku rasa lebih bagus yang ini," Elang mengambil salah satu tas yang dipegang wanita itu. Sebuah tas kulit dengan design etnik, mempunyai tali kecil cocok untuk dipakai ke pesta.

Wanita itu terlihat menimbang-nimbang, mengerucutkan bibir seolah apa yang harus diputuskannya adalah hal yang sangat sulit. Baiklah... memang amat sulit!

"Tapi aku rasa bagusan yang ini. Oh... Ndak! Bagusan yang di toko kedua yang tadi itu!" ujar gadis itu bersemangat.

"Dea... Aku lihat, semua tas yang kamu pegang itu berdesign sama. Kalau kamu bingung, lebih baik aku yang pilihkan." ujar Elang tenang. Ia memberikan tas yang ia pilih lalu tersenyum.

"Tapi, Mas..." Dea mulai merajuk, ditatapnya wajah Elang dengan pandangan sendu. "Aku ndak suka."

Elang kembali menghela napas, kalau begini ia sudah tidak bisa berkutik.

"Baiklah... Ayo kita cari lagi." putus Elang, dia tersenyum seraya mengusap peluh yang menetes di pipi Dea. Ah... Tidak bisa dibohongi kalau Dea juga kepanasan. Tapi memang sudah sifat wanita itu yang selalu keras kepala dan plin-plan. Dan mau tak mau harus Elang turuti.

"Asik! Ayo kita kesana!" pekik Dea riang. Menarik tangan Elang dan membawanya menyusuri para pedagang. Dan itu artinya, mereka harus kembali memutar ke ujung.

Perjuangan masih sangat panjang ternyata.

Setengah jam berlalu, namun Dea masih tidak mampu memutuskan. Akhirnya, Elang mengajaknya untuk makan siang. Pertama, karena dia sudah kelelahan dan yang kedua, pasar Sunmor hanya buka hingga jam 12 siang. Dan sekarang, para pedagang sudah mulai membereskan dagangan mereka.

"Capek?" tanya Elang pada Dea yang selesai menandaskan segelas es jeruk. Gadis itu terengah-engah, mengusap bibirnya kemudian cemberut.

"He-em..." jawabnya ketus. Elang tidak menggubris, ia langsung menyodorkan sesendok ice cream vanilla  yang disambut oleh bibir Dea yang mengerucut. Wanita itu tengah kesal, karena tidak menemukan tas yang ia cari. Namun bagi Elang hal ini sudah biasa ia hadapi.

Terkadang ia ingin tegas pada Dea, tapi mengingat itensitas pertemuan mereka yang tidak bisa setiap minggu bertemu. Elang akhirnya mengalah. Apapun keinginan wanita itu, sebisa mungkin Elang turuti. Padahal, jauh didalam hati Elang, ia hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan mengobrol santai. Tapi sepertinya kegiatan itu tidak disukai Dea. Gadis itu selalu mengajak Elang pergi mencari barang-barang yang ingin dia beli. Mengelilingi kota, hingga kelelahan.

The Right WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang