BAB 7

1.5K 123 15
                                    

BAB 7

-Cinta itu bermula dari pandangan lalu jatuh ke hati- unknow

Malam sudah semakin larut, tepatnya sudah pukul setengah sebelas malam. Dea masih asik menyenderkan kepalanya pada bahu Fatih. Ia bimbang dan bingung. Apakah ia harus melepaskan Elang dan akhirnya hanya bersama Fatih?

Benar-benar sebuah pemikiran yang egois bukan?

Jika dibandingkan, Fatih pun tidak kalah tampan dengan Elang. Meskipun ia masih berada di bangku kuliah, Fatih bukan pemuda cengeng yang hanya mengandalkan uang saku dari kedua orangtuanya. Disela kesibukan kuliahnya, dia mempunyai bisnis kaos bersama kakaknya.

Namun Elang lebih dari segalanya. Pria mapan, tampan, baik hati dan begitu penyayang. Sungguh, hanya perempuan picik yang mampu membandingkan seperti itu. Apalagi didasari atas nama cinta. Realistis memang harus, namun jika sudah menyakiti hati sang pujangga cinta. Mampukah itu dimaafkan?

"Aku harus pulang, De..." ungkap Fatih saat merangkul tubuh kecil Dea. Ia sempat bingung saat Dea menemuinya dengan wajah sembab. Dan bisa ia pastikan, semua itu karena Elang. Pria yang digadang-gadang adalah lelaki penyayang namun nyatanya adalah pria yang telah membuat kekasihnya menangis.

"Jangan tinggalin aku sendirian, Fatih. Aku mohon..." rengek Dea. Fatih menghela napas panjang. Jauh dilubuk hatinya dia sudah tidak tahan dengan semua ini. Dia selalu tahu, terkadang Dea hanya ingin memanfaatkannya saja. Seperti saat ini.

"Kamu mau aku bagaimana? Ini sudah hampir larut, kalau ada yang memergoki kita bagaimana? Aku tidak siap kalau tiba-tiba digerebek warga dan disuruh untuk menikahimu." ucap Fatih dengan nada cuek. Dan ia yakin kata-kata itu akan menyakiti hati Dea.

"Kok kamu ngomong gitu, sih? Jadi kamu nggak mau kalau nikah sama aku?!" bentak Dea seketika setelah melepas rangkulannya. Air mata kini turun mengaliri pipi gembil itu.

"Bukan masalah mau atau tidak. Tapi memangnya kamu mau kalau kita menikah dengan cara seperti itu?" Fatih menutup mata, berusaha menguasai emosinya. Benar-benar Dea ini!

"Kamu itu menyebalkan tahu, nggak?! Aku lagi sedih begini malah dibikin makin kesel. Kamu jahat!" Dea semakin bar-bar, gadis itu sangat frustasi dengan apa yang dialaminya hari ini. Mulai dari sikap Mama Elang, kecelakaan, dan kini harapan satu-satunya yang malah membuatnya semakin frustasi.

"Kamu jahat, Fatiiih! Jahat..!" dengan kasar tangan gadis itu memukul wajah Fatih. Membuat kesabaran pemuda itu semakin lama menyusut.

"Kamu apa-apaan, Dea?!" gadis itu tidak menggubris sama sekali.

Seeet... Tiba-tiba darah segar mengalir dari pipi Fatih. Dengan cepat pemuda itu menghempaskan tangan Dea dan mencengkeram rahang gadis itu kuat-kuat.

"Kesabaran setiap orang ada batasnya Dea, dan kamu sudah melewati batas kesabaranku." gumam Fatih dengan nada tajam. Pipinya terasa perih, namun yang lebih parah saat ini adalah hatinya. Ego pemuda itu tersulut. Membuat Dea menutup matanya kuat-kuat kerena tidak tahan dengan tatapan itu.

"Aku bukan Elang yang setiap saat bisa kamu bohongi dan akan selalu luluh dengan tangismu. Aku bukan Elang yang akan diam saja saat kamu memukulku! Ingat jangan pernah samakan aku dengan Elang!" desis Fatih. Mata pemuda itu meyorotkan kepedihan yang amat sangat. Namun sepersekian detik, saat ia melihat wajah Dea penuh air mata dan mengkerut ketakutan. Barulah ia tersadar, ia sudah menyakiti gadis itu.

"Ma... Ma-af." Dea tergagap saat Fatih melepas cengkeramannya. Masih belum mampu membuka mata, gadis itu menunduk lesu.

"Maafkan aku, Fatih." ujar Dea seraya terisak. Fatih tidak menggubris, pemuda itu langsung bangkit dan bergegas meninggalkan Dea.

The Right WomanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu