CHAPTER 24

50.2K 1.1K 85
                                    

gambar halusinasi Zayn-Rebecca (flashback)

Bagian tulisan yang tercetak miring itu flashback ya...







Caroline bangun pagi-pagi sekali, hal pertama yang ia lakukan adalah mencari dua lembar roti yang tampak seperti sudah berhari-hari tak tersentuh, tidak hanya itu, kaleng selainyapun sudah tak sedap dipandang mata. Di ujung penutupnya terdapat serbuk kotor yang menempel. Jika Caroline memilih untuk mempermasalahkan hal tersebut dan menyeleksi dengan selektif makanan yang tampak seperti semuanya adalah sisa, maka dia akan terlambat. Ia harus segera, untuk kehidupan yang lebih baik.

Perutnya sudah lumayan kenyang ketika Bibi Renee melangkah memasuki dapur. Wanita itu mengenakan sweater rajut tipis yang dipakaikan oleh keponakannya saat sejak kemarin siang ia tak sadarkan diri dan tampak tidak baik-baik saja hingga malam hari.

"Hai, Bi." Ujar Caroline, membersihkan remah roti di sudut mulunya, baru saja hendak menyambar tas selempang kecil di sisi tubuhnya. Renee mengangkat alis bingung melihat keponakannya yang sudah sangat rapi pada pukul setengah delapan pagi.

"kau akan pergi?" tanya Renee.

"ya." Jawabnya. Ada kesedihan di wajah Renee yang pucat. Luka sobek di sudut bibirnya masih terdapat bercak darah. "aku akan ke kota untuk mencari pekerjaan, kita tidak bisa terus-terusan hidup seperti ini bi, apalagi dengan mengandalkan bakat merampokmu yang... entahlah bagaimana aku menyebutnya. Kau tidak bisa hanya berjudi dan mabuk-mabukan. Aku harus bekerja untuk kita." Renee harus senang karena keponakannya tidak benar-benar pergi meninggalkannya. Yang harus ia pikirkan sekarang bagaimana caranya untuk keluar dari kebiasaan buruknya. Wanita setengah baya itu terbatuk, Caroline mendekatinya dengan refleks.

"kau harus beristirahat." Gadis itu memegang lengan bibinya. Renee menggeleng baik-baik saja.

"aku baik-baik saja Cara. Kau harus cepat berangkat, semoga cepat mendapat pekerjaan yang kau inginkan." Jika boleh jujur, Renee sangat ingin merokok tapi ia tidak akan mengatakannya pada Caroline sepagi ini, apalagi ia masih diliputi perasaan khawatir kalau-kalau keponakannya akan benar-benar pergi dari sini.

"kau yakin tidak apa-apa?" pertanyaannya berpacu pada kondisi Renee yang sangat buruk, terlihat sangat pemabuk dan perokok berat. Renee mengangguk mantap dan terbatuk satu kali lagi. Caroline mengangguk kembali dan pamit pergi.

***

Tuan Weston mengendarai mobilnya sendirian. Ia tidak butuh siapapun menemaninya sekarang ini. Sangat memuakkan mengetahui bahwa pagi-pagi sekali ia menerima kedatangan wanita itu ke rumahnya. Rebecca mengetahui lebih banyak dari yang Zayn pikirkan. Wanita itu memaksa menyiapkan sarapan untuk Zayn meski dengan sangat jelas pria itu menolaknya. Sejujurnya, Zayn harus bangga pada dirinya sendiri untuk mengatakan tidak setelah enam tahun yang lalu sejak terakhir ia berhubungan dengan Rebecca membiarkan wanita itu memiliki kendali penuh atas dirinya, kecuali kebohongan mengenai kehamilannya itu. Sial.

Mobilnya berbelok dan terus melaju dalam kecepatan normal saat memasuki kawasan yang semakin sedikit populasinya. Di sisi kanan dan kiri jalan hanya pepohonan dan suara hewan hutan. Bangunan di sini masih terhitung jumlahnya. Sebuah rumah megah menjadi tujuannya, sesekali ia menoleh ke spion untuk memastikan tidak ada yang menguntit di belakang mobilnya.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang