CHAPTER 23

34.5K 992 26
                                    

***






Zayn menapaki jalan berkerikil menuju rumahnya. Setelah membayar taksi dengan singkat ia hanya diam dan melangkah, seperti zombie apalagi dengan pakaian yang ia kenakan kemarin. Setelah membereskan Janice Mariana, ia sama sekali belum merasa lebih baik entah kenapa. Zayn justru mampir ke sebuah klub dan mabuk lagi, bersyukur wanita itu tidak berada di sana karena jika hal itu terjadi sudah barang tentu Zayn tidak akan bisa menjamin apa yang akan terjadi diantara mereka, apalagi Rebecca bisa menjadi lebih dominan darinya. Wanita itu sangat ahli memainkan berbagai macam peran.

"Tuan Weston." Seorang penjaga rumah yang kaku menyambutnya dengan anggukan sopan, Zayn tidak menjawab apapun bahkan hanya sekedar mengangguk. Pria itu sudah biasa diperlakukan demikian oleh Tuan besarnya. Saat masuk ke dalam rumah, kepalanya terasa sangat pening, rumah ini berputar, sial. Serena berangsur keluar dari pojok dapur terbuka dan membantu Zayn berdiri.

"anda baik-baik saja, Tuan?" tanyanya khawatir.

"dimana Marco?" tuntutnya, meski tubuhnya sedang tidak baik, Tuan Weston tetap memiliki suara yang penuh akan ancaman. Matanya merah karena terlalu banyak minum tadi malam.

"di ruang kerjanya, Tuan."

"bagus." Dan ia kembali bangkit dengan kedua kakinya. Zayn masuk tanpa mengetuk pintu, dilihatnya Marco yang sedang fokus menatap layar komputer langsung berdiri tegap dan membenarkan sedikit lipatan nakal di bagian bawah jasnya.

"Tuan." Ia membungkuk sopan.

"kau dipecat." ujar Zayn tidak merubah nada dingin dari suaranya, sedikitpun. Marco tidak berkedip, menahan napas yang selalu ia lakukan apabila berhadapan dengan Tuan besarnya.

"Maaf tuan tapi nyonya Rebecca bilang dia dan anda akan pergi dari New York untuk beberapa hari, demi kebaikan tuan dan ia bilang dia adalah kerabat dekat anda. Nyonya Rebecca menyebutkan nama ayah anda."

"kau.dipecat." ia mendesis kali ini, alasan apapun yang dijelaskan oleh Marco itu tidak akan mengubah keputusannya. Lelaki yang baru saja kehilangan pekerjaannya itu terlihat shock, namun ia memilih untuk tidak mendebat kemarahan tuannya.

"baik Tuan." Dan ia keluar dari ruang kerjanya. Lucas yang melihat Marco keluar dari ruangannya tidak melakukan apapun, ia sudah paham apa yang terjadi pada pria malang itu. daripada menjadi orang lain yang kehilangan pekerjaan, ia lebih baik beringsut kembali ke ruang kerja miliknya di lantai dua. Zayn memejamkan matanya, terjatuh dengan keras di sofa. Sialan. Apa yang terjadi dalam hidupnya? Zayn membenci semua orang, tidak ada yang membuatnya bersemangat atau sedikit menyunggingkan senyum. Oh, senyum? Ia ragu jika senyum itu ada di dunia ini.

"fuck!" kakinya menendang meja marmer di depan sofa hingga meja tersebut terbanting ke lantai, tangannya menyisir rambut dengan sangat frustasi. Demi Tuhan, kenapa akhir-akhir ini hidupnya seperti neraka? Ia mencoba mengingatnya. Zayn kehilangan Caroline, sosok wanita yang ingin ia jadikan sebagai budak nafsu yang sebelum-sebelumnya sangat mudah ia dapatkan, kesenangan dari wanita manapun. Tapi Caroline begitu naif untuk mengakui ketertarikannya dengan pesona dewa pagan yang luar biasa seksi itu, gadis itu terlalu egois dan mementingkan perasaannya sendiri. Tidak bisakah ia menikmatinya tanpa banyak tuntutan? Zayn bisa memberinya uang yang banyak, keglamoran, dan semua hal yang diinginkan seluruh gadis di dunia ini. Tapi Caroline bodoh, ya gadis itu sangat bodoh. Ia memilih pergi meninggalkan Zayn. Sepertinya kepergian Caroline sudah direncanakan matang-matang karena Zayn bahkan sampai sekarang belum bisa menemukannya.

ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang