Part 10: Missunderstanding Part 1

Start from the beginning
                                    

•••

Hyo's POV

Kutaruh sebuah kotak gimbab (sushi Korea) di dekat loker pemain baseball. Yah, akhirnya aku akan memberi Nino sebuah hadiah kecil. Semalam aku belajar dengan Ah Ra eonnie bagaimana cara membuat gimbab, dan hasilnya nggak jelek-jelek amat. Ah, aku berharap Nino akan merasa senang dengan hadiah kecil ini, walaupun tidak seberapa.

Dengan cepat aku berbalik dan berlari untuk bersembunyi di belakang loker para pemain baseball yang lain. Semoga tidak ada yang lewat.

5 menit berlalu. Ku cek jam tanganku, memang tidak ada orang yang datang, mungkin Nino sedang beristirahat, dan sebentar lagi dia akan datang. Dengan sabar aku bersender di loker yang dingin. Seketika aku mengingat kejadian tempo hari yang lalu. Mengenai Henry. Pingsan. Ah, itu dia! Ada yang datang!

•••

Hyo Rin mengintip orang yang datang tersebut di balik loker. Dia sangat berharap itu Nino dan dia sedang sendiri.

DEG.

Jantung Hyo Rin seakan tertohok. Yang ia lihat bukanlah Ninomiya ataupun Kazunari. Yang ia lihat ialah sahabatnya sendiri, Naotsu Tashiki. Yeoja tersebut sedang berjalan menuju sebuah loker, dan dia membuka loker tersebut lalu mengambil sebuah air mineral dan menutupnya kembali. "Untuk Jun?" batin Hyo Rin bertanya-tanya.

TAP TAP TAP.

"Tashiki-chan?" Hyo Rin semakin kaget saat ia melihat Nino masuk dan berhenti tepat di depan Tashiki.

"Apa? Ah, aku..." Tashiki berniat menunjukkan botol mineralnya namun dia tertegun saat Nino mengambil sebuah kotak berwarna kuning lalu membukanya. Seketika matanya berbinar bahagia.

"Untukku? Dari kamu?" tanya Nino.

Tashiki mengernyitkan dahinya bingung, "O-ore? (aku?)"

GREB.

Bola mata Tashiki dan Hyo Rin melebar. "Arigato! Arigato gozaimasu! (terima kasih! Terima kasih!)" ucap Nino sembari memeluk Tashiki dengan erat, dia bahagia karena ternyata orang yang ia cintai sangat memperhatikannya. Tashiki tertegun di tempat, dengan keadaan ia masih dipeluk oleh Nino.

Hyo Rin berbalik perlahan. Boleh saja, boleh saja! Boleh saja Tashiki menyukai Nino. Tapi... Tapi Nino tidak perlu seperti itu! Itu menyakitkan! Terlalu menyakitkan bagi seseorang yang ia sendiri belum bisa memilih antara dua yang ia rasakan. Park Hyo Rin. Ia belum bisa.

Hyo Rin memegang dadanya. Sesak. Perlahan 2 sungai kecil mengalir di pipinya. Dia melirik sahabatnya yang tengah digenggam tangannya oleh seseorang yang ia sendiri belum menyadari apakah ia mencintainya atau tidak. Tidak. Ini bukan salah sahabatnya yang polos itu. Dia terlalu cuek untuk terjerumus di masalah yang sungguh rumit ini. Dan juga bukan salah Nino. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ini salah Hyo Rin. Ini salah seorang Park Hyo Rin. Yang salah membuat sebuah pilihan. Yaitu mencintai seorang Ninomiya.

Dengan berat ia melangkahkan kakinya keluar dari daerah yang sungguh membuatnya seperti kehabisan oksigen.

"Hyo?" Hyo Rin menoleh saat seseorang menyebut namanya. Dilihatnya Henry dengan t-shirt putihnya. Dia terlihat tampan sekali hari ini. Hyo Rin kembali membuang mukanya ke lain arah. "Hyo-a wae keurae? (ada apa?)" tanya Henry, dia mendekati Hyo Rin, lalu ia menyentuh pundak yeoja yang ia cintai itu, yang membuatnya pusing bukan kepalang karena tingkahnya yang ogah-ogahan namun membuat orang penasaran itu. Hyo Rin menepis tangan Henry, lalu ia dengan sedikit cepat berjalan meninggalkan namja tampan berwajah chubby itu.

Seketika tapakan kaki Hyo Rin terhenti saat seseorang menggenggam tangannya dengan erat. Tidak! Dia menggenggam tangan Hyo Rin dengan sangat erat! Sangat! "Jebal kajima, geumanhae. Nan apa. Dangshineun ireon sarang hajimalja (kumohon jangan tinggalkan aku, aku sakit. Aku lebih baik tidak pernah merasakan cinta ini). Apa aku harus berkata seperti itu? Geurohke ne yeopeman isseojwoyo (tetaplah berada di sisiku seperti ini)." Henry menatap Hyo Rin dalam. Ia sudah terlalu capek dianggap benalu oleh Hyo Rin, ia ingin ada ukiran namanya di hati yeoja yang terkadang suka meledak-ledak tanpa jelas itu. Ia ingin bersama yeoja itu.

Hyo Rin membalas tatapan Henry dengan nanar, "I am broken." lirihnya, Hyo Rin merasa lututnya lemas, dia seakan-akan tidak bisa berdiri dengan tegap, dia terlalu lemah sekarang. Pertahanannya seakan-akan runtuh sekejap. Henry menangkap tubuh Hyo Rin yang hampir tumbang tersebut lalu ia menuntun Hyo Rin menuju taman sekolah.

Hyo Rin sedikit terisak, sedangkan Henry menatap nanar gadis pujaannya itu. "Hyo, wae keurae? Malhaebwayo (ada apa? Bicaralah)." ucap Henry.

Hyo Rin menatap Henry lalu ia menggeleng kecil, "Apa ini yang kau rasakan?" Hyo Rin menatap Henry sembari menunjuk air matanya.

Henry mengernyitkan dahinya bingung. "Mwo? Museun Soriya Hyo Rin-a? (apa? Apa yang kamu katakana Hyo Rin-a?)"

"My heart's broken. To a pieces."

•••

Hyo's POV

Ku arahkan pandanganku ke arah sebuah taman, di situlah mereka berada, bercanda tertawa. Angin tak berhenti membelai wajahku dan menerbangkan beberapa helai rambutku. Sinar matahari yang sebentar lagi akan berganti menjadi siluet jingga lalu bergantilah sang raja menjadi sang dewi malam.

"Sarang. Cham apeuda. Neomu apeuda. Sarangiraseo? Apeun marhaji malgi (Cinta itu menyakitkan. sangat menyakitkan. Jatuh cinta? Such hurtsful words)." lirihku, perlahan kubalikkan badan dan berjalan menjauh.

"Annyeong nae sarang. Johahaeyo, jeongmal. Saranghae. (Goodbye my love. I like you. Really. I love you)."

•••

"Night everyone! Bye!" dengan cepat kutapakkan kakiku menuju gerbang universitas.

"Kyu!" aku memeluk Kyu Hyun dari belakang, lalu aku segera melepas pelukanku dan melompat ke depannya. "Hey!" aku melambaikan tanganku sembari tersenyum riang.

Kyu Hyun hanya mengangkat satu alisnya, "Hyung, adikmu ini kenapa?" Kyu Hyun menunjukku dengan jari telunjuknya sedangkan kepalanya menoleh ke arah Dong Hae yang kulihat dia sedang sibuk dengan kamera SLRnya. Dasar anak itu!

Aku mengerucutkan bibirku. "Memang aku kenapa? Aku kan nggak apa-apa!" aku mendongakkan daguku bersikap seakan-akan aku ini bangsawan terkenal. Lalu kutengokkan kepalaku ke arah kanan.

Mereka... Nino dengan motor besarnya-yang bahkan sama sekali belum kusentuh ataupun kunaiki-dan Tashiki dengan tangan menggenggam helm kuning, yang kuyakin itu adalah milik Nino. Kembali kurasakan sesuatu hangat mengalir melalui pipiku.

"Hyo Rin." dengan segera kuhapus air mataku saat seseorang memanggil namaku.

"Henry?" dengan segera aku kembali mengelap seluruh air mata ysng masih mengalir. "Geumanhae, Uljima. Jebal. (Hentikan, kumohon. Jangan menangis)." Henry menatapku.

Aku menatapnya balik, lalu aku menggeleng, "Entahlah Henry, ini sulit sekali." lirihku.

GREB.

Mataku terbelalak saat seseorang menggenggam tanganku dengan erat. "Henry... Neo (Henry... Kau)." ucapanku terhenti saat Henry membuka mulutnya.

"Johahaeyo, otte? (Aku menyukaimu, bagaimana?)"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 26, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Happy EndingWhere stories live. Discover now