"Iyalah kan gue pacaran sama dia," jawabnya lalu memanggil waitres.

   "Vanila latenya satu, kamu mau pesan apa Kei?" pesannya pada waitres itu lalu menatapku seraya bertanya pesananku.

   Aku menggeleng, yang perlu kulakukan hanya segera cepat pergi dari sini, aku tak mau berlama-lama disini.

   "Vanila latenya dua," ucapnya menghiraukanku yang tak ingin memesan apapun.

   "Wow elu beneran pacaran dengan Tika, gue enggak percaya," ucap temannya yang satu lagi. Wajahnya sangat manis ditambah lesung pipitnya yang terlihat saat dia berbicara , rambutnya diikat satu membiarkan lehernya yang putih terekspose begitu saja, dan matanya yang berwarna kecoklatan itu sangat cantik.

   "Iyalah kami pacaran, siapa sih yang bisa nolak pesona gue," ucapnya yang menyombongkan diri.

   "Yeh gue bukan tanya elu tapi ke kak Keiza."

    Kakak? Apa dia adik tingkatku?

   "Beneran kakak sama dia pacaran atau jangan-jangan dia maksa kakak," ucapnya lagi tapi aku hanya diam saja.

   "Buset gue dicuekkin."

   Gadis disebelahku ini tertawa mendengar perkatannya.

   Kualihkan pandanganku melihat keluar jendela, aku terkejut melihat awan mendung yang membuat cuaca tak cerah lagi.

   "Kei ini minumanmu."

    Aku berbalik, kembali menatapnya yang sedang menyodorkan minuman itu. Aku menggeleng membuatnya merengut sebal.

   "Aku pesan kan juga," ucapnya lalu bersedekap tangan. Aku tak peduli dengannya, aku melirik jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul 04.10 dan itu berarti aku telat.

Author pov

   "Aku pergi."

   "Eh mau kemana kak? kan kita belum kenalan."

   Tahan gadis bergelombang itu tak ingin Keiza pergi.

   "Maaf, aku ada urusan," ucap Keiza datar lalu meninggalkan ketiga gadis itu. Nara hanya menatap punggung Keiza, tatapannya terlihat berbeda.

   Ia menghela napas lelah lalu berbalik dan memutar-mutar sedotan di minumannya.

   "Mungkin dia benaran ada urusan," ucap gadis bergelombang itu lagi setelah ada keheningan sejenak diantara mereka.

   "Entahlah Nes gue capek."

   "Nar elu sabar ya," ucap teman yang satunya lagi.

   "Gue mau pulang," ucap Nara lalu mengambil tasnya dan pergi.

   "Coba dia sedikit jujur dengan perasaannya," ucap Nesa pelan lalu memandang keluar jendela, diluar terlihat semakin gelap.

   Di lain sisi Keiza mempercepat langkahnya, dia tak peduli dengan rintikan-rintikkan hujan yang mengenai kepalanya.

   Dia berhenti lalu tersenyum pada orang yang masih agak jauh darinya, Reka masih setia menunggunya padahal hujan mulai turun yang semakin lama semakin deras.

   Dia melanjutkan langkahnya lebih cepat lalu berhenti ketika mobil putih berhenti tepat didekat Reka. Seorang pria berpakaian jas hitam keluar dari mobil itu lalu menghampiri Reka.

   Tangannya mengepal, menahan rasa sesaknya, senyuman kecut tercetak dibibirnya yang mulai pucat.

   Dia hanya bisa diam, ingin sekali dia melangkah tapi kakinya terasa dipaku dengan kuat membuatnya tak bisa beranjak pergi.

It's all because of youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang