Pirang Albino Abran

39.8K 1.9K 88
                                    

heloo... ketemu lagi sama saya fufufufu... semoga ngga bosen yah. oke di sini aku coba bikin genre baru, kalo kemaren-kemaren karyaku hampir semuanya hurt & comfort, nah sekarang pengen bikin yang romance humor.

WARNING: Tulisan saya penuh dengan kekurangan termasuk banyak typo(s), alur kecepetan dan mainstream, ide abal, so if u don't like, don't read. NO FLAME, NO BULLY!!! I WAS WARNED YOU.

Rate : Mature for language content.

Genre : Romance & Humor

♡♡♡ Happy Reading ♡♡♡

"Abraaan!!!"

Teriakan seperti ini bagi siswa yang tinggal di asrama bukanlah hal asing, sudah menjadi makanan sehari-hari, dan hey kalau sehari tak ada teriakan seperti tadi mungkin dunia sudah kiamat.

Reina berjalan tergesa dengan segudang kedongkolan di tenggorokannya yang siap ia ledakkan pada sosok pirang albino yang mungkin saat ini sedang tertawa puas di singgasana ketua asrama. Sial, ditahun ke terakhir ini kenapa ia terpilih menjadi ketua asrama putri, dan bertambah sialnya lagi karena si pirang tak tau diri itu yang menjadi partner ketua asrama putra untuk angkatan mereka.

Jangan bertanya kenapa harus ada asrama karena jawaban yang diberikan oleh Headmaster, "Asrama ini wajib untuk siswa dan siswi, guna membangun lulusan yang disiplin dan juga mandiri. This dorm is a reflection of the international and humanist traditions of the London."

Hell, tanpa masuk asrama pun Reina sudah belajar disiplin dan mandiri sedari kecil, kalau si pirang itu mungkin 'ya' dia butuh di didik kedisiplinan dan juga kemandirian serta tata krama menilik status bangsawan yang mendarah daging pada tubuh congkaknya itu.

BRAK!!! Suara deguman pintu yang dibuka secara tidak terhormat menyentak kedua bangsawan yang sedang tertawa nista di singgahsana mereka. "Oh hay, hari yang cerah ya Chryssan."

"Oh tutup mulut Abran, dengar, aku sudah terlampau muak dengan semua tingkahmu itu." Ujar Reina bersungut-sungut.

"Seperti aku tidak saja, kalau kau muak maka enyah dari kampus ini, orang sepertimu sudah sepatutnya bergabung dengan lumpur, bukan kelas bangsawan seperti kami." Lidah terasah Daviss bergumam lancar, jangan lewatkan dengan seringai pongahnya.

Benar, seharusnya Reina tak mengambil beasiswa undangan dari Universitas ternama ini mengingat dirinya bukanlah siapa-siapa, bukan keturunan kerajaan maupun bangsawan. Tapi apa salah jika ia ingin menempuh pendidikan yang bagus dengan masuk ke sini? Damn, jangan ditanya seberapa susahnya untuk masuk ke fakultas sastra di universitas nomer satu di London ini. Reina harus membatasi dirinya dengan dunia luar, membatasi dunia remaja untuk anak seumurannya saat itu, berteman dengan tumpukan buku sepanjang hidupnya agar bisa memperoleh beasiswa, dan sekarang setelah impiannya tercapai dan selangkah lagi ia akan lulus, haruskah ia menyerah? Yeah, mimpi saja kau Abran!

"Oh bermimpilah, aku takkan keluar dari sini hanya karena pecundang albino sepertimu. Katakan saja kalau kau takut tersaingi olehku, benar kan?"

Iris keperakan milik Daviss menyipit tajam, "Takut padamu? Pada gadis sepertimu? Mari bertaruh, kalau nilai ujian ALC kali ini kau mendapat nilai Outstanding lagi, maka aku berjanji dengan seluruh harga diriku tidak akan pernah mengusik hidupmu sampai lulus tahun depan. Tapi... jika nilai ALCmu lebih rendah dariku, maka kau harus menuruti semua permintaanku, bagimana?"

Ck, tipu daya seorang Abran tak lagi mempan untuk orang secerdas Reina. "Membual lah Abran, aku tak tertarik dengan akal licikmu itu. Terserah apa yang akan kau lakukan, tapi kuperingatkan bahwa aku tak akan lagi diam seperti 3 tahun ini, jika kau mengusikku maka bersiaplah menggali kuburmu sendiri!"

Fated to Love You Where stories live. Discover now