Chapter 13 : So, We Meet Again, Huh?

1.6K 108 5
                                    

Chapter Thirteen : So, We Meet Again, Huh?

Tivanna's POV

Sepanjang hari ini, aku mengikuti Victoria sampai ke sekolah untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja. Soalnya, aku merasa kalau sesuatu yang tidak enak akan terjadi, dan mendadak relung hatiku menjadi kosong.

Sudah kubilang jangan ikuti aku terus! Aku baik-baik saja! Teriak Victoria di dalam benakku.

Ini demi keselamatanmu juga, bodoh! Bentakku. Kau pikir selama kau berada dalam incaran Collin, kau akan baik-baik saja? Tidak!

Terus, aku harus bagaimana? Tanyanya frustasi.

Tetap berada di dekatku dan jangan lakukan sesuatu yang berbahaya.

Baiklah, jawabnya pasrah.

Saat sampai di sekolah, keadaan sangat sepi. Victoria langsung duduk sambil membenamkan wajahnya di meja. Tak lama setelah itu, Aiden datang.

"Pagi, Aiden," sapa Victoria ketika melihat Aiden berjalan masuk ke kelas. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan ia menengadah dan menatap Aiden.

"Pagi juga, Vic," balas Aiden sambil mengelus rambutnya. Oh, sekarang aku dibakar api cemburu. Ya, aku cemburu melihat kedua pasangan ini. Andai saja Daniel masih hidup...

"Oh iya, kelihatannya kau tidak bersemangat pagi ini." Ucap Victoria terdengar khawatir. Aku bisa melihat wajah terkejut Aiden. Mungkin, karena Victoria lama tidak berinteraksi dengannya.

"Ah, aku tidak apa-apa." Elak Aiden. Aku tahu anak itu berbohong, dan kurasa Victoria juga tahu.

"Apa kau yakin? Karena aku tidak merasa seperti itu." Sahut Victoria terdengar tidak yakin.

"Yah, I'm okay, don't worry." Jawab Aiden menenangkan dirinya. Bisa kulihat Victoria mengangguk sambil tersenyum pada Aiden.

Tak lama kemudian, aku melihat sahabat Victoria, Summer, datang dan memasuki kelas. Saat gadis itu menyebut nama 'Carlyle', tubuh Aiden menegang. Ada apa dengannya? Apa jangan-jangan dia tahu kalau Carlyle bekerjasama dengan Collin? Kalau dia tahu, darimana dia mendapat informasi itu?

Daniel, Tivanna. Benakku tanpa sadar menyerukan nama Daniel.

Tidak mungkin, aku menggeleng pelan. Tidak mungkin Daniel datang dan menemui Aiden secepat ini. Tapi, tidak menutup kemungkinan juga kalau Daniel memutuskan untuk menemui Aiden sekarang.

Saat pelajaran dimulai, aku bisa merasakan sebuah tatapan menusukku dalam-dalam. Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencoba mencari orang yang menatapku seintens itu. Saat aku menoleh ke Aiden, aku melihat dia sedang melihat sesuatu. Aku mengikuti arah pandangnya, dan tubuhku membeku.

Itu Daniel.

Daniel Bennet, mantan kekasihku, ada di sana, menatapku dengan dingin.

Aku melihat Aiden yang mengalihkan pandangannya menuju ke arahku. Aku mencoba menghilang, tapi terlambat. Aiden telah lebih dulu melihatku.

Pada akhirnya, dia tahu.

Roh Daniel pergi meninggalkan pintu kelas. Aku berusaha mengejarnya, dan syukurlah dia tidak mencoba untuk menghilang lagi.

"Daniel, tunggu!" Teriakku. Namun, dia tetap berlari. Aku terus mengejarnya, berharap semoga dia mendengarkan.

Pada akhirnya, Daniel berhenti. Ya, hanya berhenti, tidak menoleh ke arahku. Aku pun ikut berhenti di belakangnya dan menatap punggungnya.

"Kumohon, aku hanya ingin bicara," pintaku.

"Katakan saja, Tivanna." Ucap Daniel dingin.

"Kau tahu, aku... merindukanmu." Ucapku sambil menggigit bibir bawahku saking gugupnya. Aku menunggu reaksi yang akan diberikannya atas pernyataanku tadi."

GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang