Chapter 3 : At The Rooftop

2.6K 145 2
                                    

Chapter Three : At The Rooftop

Author's POV

Seperti biasa, Victoria, Aiden, Summer dan Carlyle berkumpul di kantin. Tujuannya adalah untuk membahas apa yang ditemukan Aiden dan Victoria kemarin. Tak lupa, Victoria membawa jurnal itu.

"Jadi, apa ini?" Tanya Summer bingung.

"Ini adalah jurnal misterius. Aiden sudah menyimpan link yang didapat dari situs yang kami gunakan untuk mencari tahu tentang jurnal ini." Jelas Victoria.

"Memangnya, ada apa dengan jurnal ini?" Tanya Carlyle.

"Menurut situs yang kami temukan, jurnal ini isinya adalah mantra sihir, warisan dari keluarga Wormwood. Memang sih, keluarga itu bukan penyihir, tapi ada yang bilang kalau mereka bekerjasama dengan penyihir." Jelas Aiden.

Muka Carlyle langsung pucat, dan hal itu tidak luput dari pandangan Victoria.

"Mukamu, kok pucat? Apa kamu kenal keluarga Wormwood?" Tanya Victoria curiga. Aiden dan Summer sontak melihat ke arah Carlyle dan Victoria.

"Ng-nggak ada apa-apa!" Sahut Carlyle kaget.

"Sudahlah, yang penting sekarang kami mau lihat!" Seru Summer heboh.

Aiden langsung menyalakan laptopnya dan membuka link yang sudah dia simpan. Summer dan Carlyle membaca apa yang tertera di sana.

"Woah, ini benar-benar misterius! Aku jadi penasaran! Gimana cara kita menyelidikinya, ya?" Kata Carlyle.

"Hmmm... biasanya si Eri paling jago kalau hal beginian!" Cetus Summer.

"Eri? Siapa Eri?" Tanya Carlyle.

"Kakaknya Vicky." Jawab Summer langsung.

"Oh iya, semalam si Eri pulang jam berapa, Vic?" Tanya Aiden.

"Jam 12. Aku gak tau kalo dia itu pulangnya jam 12 gara-gara ngumpul sama temannya, biasa kalo masuk tahun ajaran baru," jawab Victoria.

"Oh, gitu. Nanti pulang sama, ya. Aku mau ke rumah, sekalian nanya Eri tentang arti buku ini," ucap Aiden. Aku mengangguk senang.

"Makasih, Den!" Sahutku gembira.

---

Victoria's POV

Sepanjang pelajaran Fisika, aku gak bisa konsentrasi. Biasanya, aku memusatkan perhatianku sepenuhnya pada pelajaran ini, tapi, kenapa rasanya ada yang beda, ya?

"Vicky, kamu kenapa? Sakit?" Bisik Aiden cemas, takut kedengaran Mr. Kennedy yang super killer.

"Gak, aku gapapa," jawabku.

Tapi, semakin lama, tubuhku semakin lemas. Mataku berkunang-kunang. Pusing banget, sampai aku rasanya mau tumbang. Sekilas aku melihat siluet Tivanna berdiri di depan kelas.Aiden pun tambah cemas melihatku.

"Yakin kamu gapapa? Ayo ke UKS, aku anterin." Tawar Aiden. Namun aku langsung menggeleng kuat-kuat.

"Aku bisa pergi sendiri." Putusku. Aku mengacungkan tangan, dan Mr. Kennedy melihatnya.

"Sir, aku izin ke toilet." Kataku. Mr. Kennedy mengangguk singkat. Aku segera keluar kelas. Dalam hati aku geram, ngapain sih, Tivanna pake datang segala ke sekolah?

Aku langsung berlari menuju atap sekolah, dan di sana, Tivanna telah menungguku dengan cengiran khasnya.

"Capek lari? Jangan gitu gih, ntar kehabisan napas," celetuknya.

"Gak lucu!" Ketusku. "Ngapain manggil di saat aku lagi serius belajar? Ganggu amat, sih, pacar aku sampai khawatir." Lanjutku kesal.

"Jadi, itu yang namanya Aiden? Dia... mirip sama Daniel, Vic," kata Tivanna sedih.

GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang