Chapter Sixteen - Limit

Start from the beginning
                                    

"Gue nggak mau makan, Rah.."

"Makan, Jace. Please, gue nggak mau lo sakit.. Gue nggak ke sini buat ngurusin lo sakit, ya!"

Jace akhirnya beranjak dari sofa dan menuju dapur untuk melihat makanan yang sudah dibuat oleh Rah. Tunggu dulu, Rah memasak?

Jace menggernyit dan menatap sahabatnya itu, "Lo serius nyuruh gue makan ini?" Tanyanya sambil menunjuk makanan.. atau apapun itu yang berada di atas piring.

"Jangan nilai dari luar dong! Rasanya enak kok!" Bela Rah pada makanannya.

Jace menatap kembali 'makanan' di atas piring itu sebelum kemudian menyendok makanan ke mulutnya. Yang mengakibatkan matanya membelalak setelah makanan itu masuk ke mulutnya.

Jace mencoba menelan makanan itu sebelum berteriak, "INI MAU DINILAI DARI LUAR DALEM JUGA SAMA AJA BOHONG!" kepada sahabatnya.

Yang diteriaki hanya senyum-senyum tanpa menunjukan rasa bersalah.

"Sumpah, Rah Nauna Sutomo. Ini lo masak apaan sih?!"

"Risotto hehehe... Nggak enak ya?"

"Riso... Lo pake air laut apa gimana masaknya?!"

"Nggak sih, cuma gue pakai garam... Like, a lot.." jawab Rah sambil tersenyum semakin lebar.

Jace menatap sahabatnya tajam, "Please, just call some delivery food. Lo bakal bikin gue darah tinggi kalo kaya begini caranya!"

"Hehehe.... oke.. oke.. ada makanan apa aja di sekitar sini?"

"Banyak, ada Solaria, di Supermall Karawaci banyak banget malah, atau Domino Pizza di Hypermart Cyber Park depan. Gue sama Sam...."

Kalimat itu menggantung begitu nama Sam keluar dari mulut Jace. Rah membatu mendengar Jace dan Jace sendiri segera menyesali perkataannya.

"Jace......" panggil Rah tanpa jawaban dari Jace.

"Jace, emm..... kita pesen apa nih jadinya?" Pancing Rah, mencoba mengalihkan pikiran Jace ke hal lain.

"Jace, gue nggak mau makan pizza kok..." kalimat ini mendapat tatapan tajam dari Jace, mengakibatkan Rah menutup mulutnya dengan tangannya.

"Jace, jangan diem aja dong.."

"Jace.."

"Jaaaceee..."

"Jace, Mujigae aja deh. Gue lagi pengen makan kimbap. Ada?" Pancing Rah yang akhirnya mendapat anggukan dari Jace. Rah melepaskan napasnya yang ia tahan sedari tadi.

Jace segera mengambil Sony-nya dan memesan online dari resto tersebut. Mengulangi semua pesanan mereka -kimbap, kimchi, tteokbokki dan bibimbap. Banyak? Tidak untuk Jace dan Rah.

"Jace, lo gak mau makan risotto-nya nih?" Kalimat ini sukses membuat Jace memutar matanya dan menatap tajam pada Rah.

"Lo aja duluan abisin itu risotto, gue liatin!" balas Jace.

"Hehe... terus buang? Kan sayang... Lo ada ide apa nggak? Biasanya kan lo jago tuh modifikasi makanan?" Tanya Rah tidak menyerah, tidak rela makanannya dibuang begitu saja.

"Ada. Gue ada ide. Lo buang ke tempat sampah dan minta maaf sama makanannya karna lo bikin dia jadi nggak enak dan akhirnya harus dibuang!"

"Ciye, kok kamu ngambek sih.."

"Siapa yang nggak ngambek? Orang lagi begini malah lo kasih begituan. Gue tau lo mau buru-buru married sama Riyan. Tapi kodenya nggak begini juga, dong. Dan nggak ke gue juga."

Number One (completed)Where stories live. Discover now