Chapter 5 (REPOST)

19K 988 24
                                    

Rush memeluk tubuhku erat, sepertinya ia benar-benar tidak ingin melepaskanku. Kepalanya berada di depan dadaku. Sesekali aku mengusap-usap rambut pirang tebal miliknya.

Setelah kejadian tadi, kami tak melakukan apapun. Hanya berciuman. Aku memang tak ingin melakukan hal yang lebih dari itu, aku ingin memastikan beberapa hal terlebih dahulu. Rush juga melakukan hal yang sama. Dia berhenti begitu saja ketika kami selesai berciuman. Aku sangat sadar jika ciuman yang Rush berikan bukanlah ciuman yang penuh dengan nafsu. Rush melakukannya sangat lembut dan berhati-hati.

Walaupun setelah itu Rush menarikku lagi untuk duduk di atas pangkuannya ketika ia duduk di kursi kerja miliknya.

Beginilah kami sekarang. Rasanya begitu nyaman ketika Rush memelukku. Ada ketenangan sendiri ketika Rush yang melakukannya.

"Apa kau tidak pegal, Rush?" tanyaku hati-hati. Aku takut dia merasakan lelah karena aku duduk di pangkuannya yang sudah berlangsung lumayan lama.

Rush menggeleng tegas. "Tidak, kau sangat ringan." Kata Rush sambil mendongakkan kepalanya sebentar lalu kembali ke posisi semula.

Aku tak bertanya lagi ketika mendengar responnya. Lagipula aku memang tak tahu harus bertanya apa. Aku sedikit merasakan ada kecanggungan jika aku bersikap ketus padanya seperti tadi siang. Karena Rush sekarang berbeda dengan Rush yang pernah aku temui sebelumnya.

Tiba-tiba Rush terkekeh, entah karena apa yang membuatku menjengit ngeri.

"Kau tahu, Laura? Aku pernah berfantasi melakukan hal-hal seperti ini denganmu." Dia terkekeh lagi, aku tidak membalas karena masih bingung dengan perkataannya. "Mencumbu, memelukmu seperti ini tanpa sex. Aku membayangkan kenyamanan yang aku dapat. Dan sekarang aku mendapatkannya. Membayangkan sangat sulit untuk aku memilikimu sudah benar-benar membuatku nyaris gila."

Aku mengatup bibirku membentuk garis lurus. Otakku berputar-putar mencerna apa yang Rush maksud. Benarkah dia ingin memilikiku sampai membuatnya nyaris gila? Dia sudah mengatakannya, Laura.

"Kenapa aku?" tanyaku berupa bisikan, namun masih bisa didengar oleh Rush. Seketika itu juga tangannya yang melingkat pada pinggangku semakin mengerat.

"Aku tak tahu. Kamu selalu menyita waktu dan pikiranku sejak kita bertemu pertama kalinya."

"Terkadang aku berpikir bagaimana caranya untuk memilikimu. Rasanya sangat sulit disaat kau selalu mencoba untuk bersikap ketus dengan istilah 'profesional' milikmu itu." Kata Rush lagi dengan nada mengolok yang sangat jelas.

Aku merasakan Rush menghirup nafasnya dalam. "Sepertinya aku harus membeli parfum yang kau pakai, Laura. Mungkin disaat aku merindukanmu, aku bisa mencium aromamu yang menenangkan ini."

Kali ini aku tertawa melihat tingkah kekanakannya.

"Sampai begitu dalam ingin memilikiku hmm?" tanyaku balik mengoloknya. Dia tertawa mendengar olokanku.

"Jadi?" tanyanya to the point yang kontan membuatku bingung.

"Apa?" tanyaku padanya.

Dia mendongakkan kepalanya sambil tersenyum menatapku dengan mata berbinar.

"Laura Hardjojo, aku Rush Welmingheld memintamu untuk menjadi milikku. Dan aku tidak memberikan pertanyaan untuk kau jawab." Katanya dengan nada otoriter.

Aku mengernyit menyadari sikap pemaksanya kembali muncul.

"Atas dasar apa?" Ekspresi Rush langsung berubah menjadi memelas dan frustasi. Jujur saja aku tak tega melihatnya seperti ini, namun bukankah aku ingin memastikan beberapa hal?

CEO with Black Stiletto (Stiletto #1)-REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang