Tiga menit. . . Senyum terindah Sam mengembang.

"Aku akan menjadi Mr. Odong-odong." Gumamnya. Lusi benar-benar hampir menekan 911. Tunggu, di Indonesia ada 911? Ah, forget it! Lusi bergetar karena bahagia. Mr. Odong-odong. Yang Sam anggap ia lebih pilih di banding Sam si roller coaster. Lusi menyukai roller coaster.

Apa itu artinya. . . .?

Oh, ini terlalu indah untuk menjadi nyata. Si dewi batin ikut tersenyum. Apa-apaan dia?

"Aku suka roller coaster." Lusi berkata. Wajahnya memerah, Sam langsung keras seketika.

"Aku juga tidak punya gundik. Atau penjaga warung." Sam tersenyum. "Aku benar-benar berusaha untuk mengalihkan semua tentang dirimu dengan mereka, tapi itu hanya menyiksaku lebih." Sam mengaku. "Aku baru saja akan ke rumah kepala desa."

Lusi benar-benar tidak menyesal bertemu malaikat pencabut nyawa sekarang.

"Kau ingin apel ke rumah kepala desa?" Goda Lusi. "Puyu akan sangat senang." Ledek Lusi. Puyu adalah anak cowok dari pak kepala desa Baruyan. Lusi tinggal di rumah kepala desa selama dia di Baruyan dengan tugas nya. Tak ada hotel atau penginapan di sana. Satu-satunya rumah yang terbilang besar untuk menampung Lusi adalah rumah kepala desa. Well, sekarang mungkin rumah Sam juga bisa di hitung.

"Aku juga akan sangat tersanjung jika Puyu excited menungguku." Sam mengikuti permainan. "Hanya saja mungkin aku memiliki destinasi yang lebih seksi." Lanjutnya. Lusi menahan semampunya untuk tidak memerah.Tapi gagal.

"Kau penjahat kelamin." Lusi hampir kehilangan suara nya.

"Dan kau tidak?" Mata Sam menyipit nakal.

Sam mendekat. Begitu pula Lusi. Malam gelap yang tenang dengan semilir angin namun tanpa bintang menjadi saksi bisu. Dua manusia yang saling jatuh untuk satu sama lain. Dua manusia yang mengakui hati mereka sekarang.

"Aku menyangkalnya dengan makian tadi," kata Sam. "Tapi sekarang aku akan mengakuinya dengan harga diri seorang pria, aku mencintaimu Lus."

"Kau menangis?" Sam benar-benar tidak menyangka itu balasan Lusi. Apakah ia terlalu jauh? Apakah Lusi masih dengan pemikiran awal? "Maksudku aku. . ."

"Aku juga mencintaimu." Potong Lusi.

Ia memang percaya diri akan kembali dengan Sam tadi, tapi mendapatkan kata C? Tidak. Ini lebih dari yang bisa ia bayangkan di sepanjang hidupnya. Sam mencintainya. Iya, mencintainya. Lusia Anita 34C yang mengaku bokongnya sebelas-duabelas Nicky Minaj di cintai oleh Sam.

Sam menghapus air mata Lusi dengan ujung jari nya. Memajukan wajahnya lebih dekat. Lusi juga dengan bawaan lahir mengikuti langkah Sam. Perlahan dengan penuh kerinduan mereka menumpahkan banyak kata yang tidak terucap, melalui ciuman itu. Ciuman yang berawal dengan penyatuan bibir. Perlahan membuka, menyecap rasa satu sama lain. Rasa yang sudah terpatri dalam ingatan masing-masing. Rasa yang selama ini menyiksa keduanya dalam khayalan.

Lidah mereka berpagutan dengan sangat intens. Tak ingin saling melepaskan. Perasaan takut itu hanya mimpi membuat keduanya semakin erat seperti di satukan oleh lem China. Lekuk Lusi melekat erat di badan maskulin Sam. Meraba dan memeriksa, hati Sam mencelos mendapati seberapa banyak lekuk yang menghilang dari sana. Ia menebak Lusi sulit makan seperti dirinya. Iya, kan? Ya Tuhan bagaimana mereka bisa begitu bodoh.

Seperti miliknya, jemari Lusi mengeksplorasi Liar setiap titik yang ia rindukan siang dan malam. Merasakan hatinya melompat-lompat mendapati hangatnya otot-otot perut Sam. Mendapati bagaimana punggung tempatnya menggantungkan diri begitu hangat sekarang. Seakan meneriakan "Touch me" pada tangannya. Lusi kenal seruan itu.

One Night StandWhere stories live. Discover now