#19 - Eksperimen Tidur Rusia

15.7K 1K 33
                                    

Menjelang akhir tahun 1940-an, peneliti rusia melakukan sebuah eksperimen tidur menggunakan subjek lima orang tahanan yang disegel dalam ruang tertutup dan diberi gas stimulan untuk mencegah tidur. Tujuannya untuk menguji efek kurang tidur secara berkepanjangan. Perilaku mereka diamati melalui cermin dua arah dan percakapan mereka dipantau secara berkala. Mereka dijanjikan kebebasan jika mampu bertahan hidup tanpa tidur selama 30 hari.

Pada hari pertama, ekperimen berlalu tanpa kesulitan. Memasuki hari kelima, para tahanan mulai menunjukkan tanda-tanda stres dan mengeluh tentang keadaan mereka. Mereka berhenti bercakap-cakap dengan sesama narapidana lainnya. Ketakutan mulai melanda.

Pada hari kesembilan mereka mulai menjerit histeris! Dimulai dari satu orang, kemudian diikuti oleh yang lain. Reaksi para tahanan mulai ganjil, mereka merobek buku dan mengoleskan halamannya dengan kotoran, menempelkannya di jendela cermin dua arah agar tidak dapat diamati. Setelah beberapa saat, seluruh teriakan pun berhenti.

Tiga hari berlalu tanpa suara dari dalam ruangan. Takut terjadi hal buruk, para peneliti mencoba berkomunikasi dengan para objek (tahanan) melalui interkom. "Kami akan membuka ruangan untuk menguji mikrofon, menjauh dari pintu dan berbaring di lantai atau kalian akan ditembak! Bagi yang patuh akan segera mendapatkan kebebasan."

Sebuah suara dari dalam ruangan menjawab, "Kami tidak ingin kebebasan."

Dua hari berikutnya berlalu tanpa kontak dengan para tahanan, peneliti memperdebatkan apa yang harus mereka lakukan. Akhirnya, mereka memutuskan mengakhiri percobaan. Pada tengah malam di hari kelima belas, gas stimulan berhenti dialirkan ke dalam ruangan. Para tahanan mulai berteriak ketakutan. Mereka memohon agar gas stimulan diaktifkan kembali.

Para peneliti yang penasaran akhirnya membuka pintu ruangan ditemani pasukan tentara bersenjata untuk melihat apa yang telah terjadi pada para subjek di dalam ruangan.

Satu tahanan ditemukan tewas tergeletak bersimbah darah dan potongan dagingnya terkoyak. Semua tahanan terlihat melukai dan memutilasi diri mereka sendiri. Sebagian tahanan merobek perut dengan tangan kosong dan mengeluarkan isi perutnya sendiri. Beberapa bahkan memakan daging mereka sendiri.

Keempat tahanan yang masih hidup takut untuk tertidur dan menolak untuk meninggalkan ruangan, dan sekali lagi memohon pada para peneliti untuk kembali menyalakan gas stimulan. Ketika tentara berusaha menyeret mereka secara paksa, para tahanan melawan. Seorang tahanan yang limpanya pecah dan kehilangan banyak darah akhirnya meninggal.

Tahanan yang tersisa akhirnya dapat dikendalikan dan diangkut ke fasilitas medis untuk perawatan dan operasi. Tahanan pertama yang menjalani operasi, saat hendak dibius melawan petugas sampai ototnya robek dan tulangnya patah. Saat obat bius mulai berkerja, jantungnya berhenti berdetak.

Sisa tahanan kemudian menjalani operasi tanpa obat bius tapi tidak merasakan sakit, mereka justru tertawa histeris di meja operasi. Begitu histerisnya hingga para dokter takut atas kondisi kewarasan mereka, dan akhirnya disuntik zat pelumpuh.

Setelah operasi, seorang tahanan yang selamat ditanya mengapa mereka memutilasi diri mereka sendiri dan mengapa mereka menginginkan gas stimulan. Setiap jawaban selalu sama, "Aku harus tetap terjaga".

Para peneliti menyarankan kedua subjek untuk disuntik mati agar jejak percobaan yang gagal itu lenyap. Hal itu ditolak komandan yang memerintahkan mereka untuk melanjutkan eksperimen. Namun, kali ini dengan tambahan tiga orang peneliti yang bergabung dengan dua subjek dalam ruang tertutup. Merasa terancam, kepala peneliti mengeluarkan pistol dan menembak komandan. Kemudian berbalik dan menembak salah satu dari dua tahanan yang masih hidup.

Peneliti itu kemudian menodongkan pistolnya ke tahanan terakhir yang masih hidup dan bertanya, "Apa yang sudah terjadi padamu? Beritahu atau kubunuh kau! ".

"Apakah kau sudah lupa? Aku adalah kau. Kami adalah kegilaan yang bersembunyi dalam diri kalian, memohon untuk kebebasan setiap saat dalam pikiran binatang terdalam kalian. Kami adalah apa yang kalian sembunyikan saat tidur. Kami adalah yang kau bius dalam keheningan dan kelumpuhan ketika kau tidur dan tidak bisa melangkah."

Peneliti itu kemudian menembaknya. Sesaat sebelum meninggal, tahanan itu bergumam, "Akhirnya ... hampir ... bebas."

Sumber: ceritaurbanlegend.blogspot.co.id

Eksperimen ekstrem yang melibatkan manusia sebagai subjek memang jamak terjadi saat perang dunia 1 dan 2, diawali beragam penyiksaan yang terjadi di masa lampau.

Seringkali, beragam eksperimen ektrem diawali teori dan kehausan gila para peneliti.

Comment + vote kalian sangat berarti dalam menentukan seberapa menarik kisah ini.

Urban Legend - Kumpulan Teori Konspirasi HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang