Namun matanya terhenti di lembar terakhir, dimana profil seorang namja bernama Xi Luhan. Ia terpaku ketika foto profil orang itu jelas-jelas Luhan, dan ia tidak bisa mengabaikan itu. Ia memeriksa kolom umur, maupun golongan darah dengan teliti sampai sekolah lulusan semuanya sesuai dengan Luhan. Jika hanya wajah dan nama yang mirip, mungkin saja ia bisa mengabaikan.

Sehun melirik kolom paling bawah, dimana kolom pesan dan kesan dapat diisi dengan bebas sesuai motto hidup atau semacamnya. Disana hanya terdapat sebuah kalimat:

'Aku tidak pernah pergi ke Beijing.'

.

Baekhyun menatap lekat arlojinya dan menunggu detik-detik bel berbunyi. Ia menatap semangat jarum detik yang kini hampir meraih angka dua belas, dan ketika itu sampai, bel yang di tunggu akhirnya berbunyi. Tanpa sadar ia mendesis semangat dan segera melipat bukunya semangat. Ia sangat lelah sampai-sampai ia merasakan seluruh ototnya kaku.

Baekhyun berjalan ke lapangan parkir kampusnya dengan cepat, setelah itu meraih kunci mobilnya dan membuka kunci dari kejauhan. Segera setelah ia menduduki kursi pengemudi, ia melempar semua buku nya ke kursi penumpang dan menyalakan mesin.

Ia menikmati perjalanan, entah sejak kapan. Ketika tak dilihatnya kendaraan yang berada di radius enam meter dari ferrari hitam-nya, ia menambah kecepatan dengan drastis dan menembus jalan yang sepi dengan pegangan di setir yang erat. Ia menjerit senang ketika mobilnya bergerak lincah menyalip semua mobil yang di lewatinya.

Sayangnya, kegiatan paling menarik empat tahun belakangan ini harus berakhir berakhir karena ia bisa melihat beberapa penjaga membuka pintu gerbang untuknya dan mobilnya. Baekhyun bersiul santai sambil merangkul ranselnya, memasuki rumah dengan santai dan melempar pantatnya dengan malas di sofa.

"Bagaimana kampus?" Tanya suara di belakangnya, ia menoleh dan mendapati kakaknya sedang berdiri di ambang pintu kamar sambil menyeruput minuman, entah apa. "Membosankan."

Minseok, kakaknya itu tertawa. "Seharusnya aku tidak usah repot-repot mencarikanmu kegiatan. Sepertinya yang kau sukai memang benar-benar hanya balap." Minseok ikut melempar pantatnya di samping Baekhyun.

"Hyung, beritahu aku lagi." Baekhyun berbalik menghadap kakaknya lalu menatap harap, seakan-akan menunggu sesuatu. Minseok menghela nafas ketika ia mengerti tatapan adiknya, meletakkan gelas kaca nya diatas meja. "Ayo lewati bagian ini."

"Hyung, aku benar-benar ingin tahu. Empat tahun aku berada disini, tanpa tahu bagaimana kehidupanku sebelumnya. Aku tak tahu bagaimana keadaan keluargaku, atau mungkin sahabat-sahabatku jika aku punya."

Setelah menatap adiknya lekat, Minseok akhirnya menyerah. "Baik. Empat tahun lalu, aku sedang terburu-buru di perjalanan dan saat itu aku mengendarai truk. Aku mendapat tugas di Jeju dan itu lah dimana semua di mulai. Tiba-tiba saja saat aku melaju dengan kecepatan tinggi di jalan, kau menyebrang dengan nekat dan aku tidak bisa menghentikan kendaraan secepat itu. Aku menabrakmu." Minseok menelan ludahnya, "Aku membawamu ke rumah sakit yang tepat berada di depan lokasi kejadian, kehilangan pekerjaan pada saat itu juga namun tak masalah. Kau terbangun dengan keadaan tidak terlalu baik. Kau tidak mengingat apapun termasuk namamu. Aku sangat kebingungan pada saat itu karena entah bagaimana, tas maupun ponselmu tak bisa kutemukan dimanapun. Jadi aku memutuskan untuk membawamu bersama ku ketika kau sadar sepenuhnya."

Baekhyun menerawang, berusaha mengingat kejadian empat tahun lalu ketika ia terbangun di rumah sakit dengan banyak luka di badannya. "Lalu aku membawamu ke Seoul, beberapa hari setelah kau tinggal bersamaku, tiba-tiba kau berkata kalau namamu adalah Baekhyun. Byun Baekhyun. Aku berusaha mencari-cari data keluarga yang memiliki marga Byun dengan putra bernama Byun Baekhyun, namun tak kutemukan. Jadi kuputuskan untuk merawatmu hingga sekarang."

[ChanBaek] Troublemakerजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें