Chapter 36

15.7K 1.4K 155
                                    

AUTHOR POV

Luhan berlari terburu-buru di balut piyama hijau-nya menuju lift. Genggaman nya pada sebuah benda kotak ditangannya mengerat, sesaat sebelumnya Sehun menelponnya dengan suara serak, menunjukkan kalau namja albino itu sedang menangis. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya tak sabar saat pintu lift tak kunjung terbuka.

Luhan menyerah dengan lift, kaki-kaki kecilnya dengan cepat menyusuri tangga darurat tanpa khawatir kalau ia bisa saja tersandung dan berakhir membocorkan kepala seperti Jongin. Ia menyusuri lantai demi lantai sampai-sampai ia pikir kakinya akan lepas jika ia menuruni tangga lebih banyak.

Jantung Luhan terbenam dalam kelegaan yang sempurna saat matanya menangkap sosok namja albino terduduk lesu di kursi panjang yang dipayungi pohon rindang taman. Sambil menghatur nafas, ia mendekat ke arah Sehun dengan pelan.

Sehun melirik Luhan dan sedikit terkejut saat 'kekasih'-nya itu masih berpiyama, lengkap dengan rambut cokelatnya yang berantakan akibat meniduri bantal. Bahkan Luhan masih memakai sandal lantainya, membuat Sehun mau tak mau tersenyum kecil.

"K-Kenapa kau tersenyum? Kupikir kau hendak membunuh dirimu saat kau menelponku tadi." Luhan mem-pout dan duduk disamping Sehun. Melihat kekasihnya itu ternyata tidak separah yang ia pikirkan, hatinya mulai tenang dan ia menguap.

Sehun melihat dirinya sendiri di dalam Luhan. Seseorang yang selalu mengutamakan orang yang ia sukai di segala kesempatan, seseorang yang selalu berkorban demi orang yang ia sayangi. Luhan menyayanginya, sebagaimana ia menyayangi Baekhyun. Dan Sehun tidak tahu harus bersyukur atau merasa bersalah akan hal itu.

"Gege."

Luhan menoleh ke arahnya dengan mata setengah tertutup, bibirnya memerah dan ekspresinya sayu. Bahunya menurun dan ia tampak seperti anak berumur lima tahun yang dipaksa ibunya untuk menghirup udara segar di pagi hari. Sehun tersenyum dan menggeser posisi duduknya mendekat ke Luhan, membuat mata sayu itu melebar seketika.

Sehun terus mendekat perlahan, tangannya sekarang bertengger dibelakang punggung Luhan, tepat seperti para ahjussi penggoda. Luhan tidak tahu mana yang lebih merah; telinga atau pipinya, tapi ia tahu tatapan santai Sehun membuatnya mengepalkan tangan tanpa sadar.

Tangan Sehun terangkat ke udara perlahan-lahan diikuti tatapan gugup Luhan. Luhan sedikit menciut dan memejamkan mata saat sedetik setelahnya ia rasakan sentuhan lembut di rambutnya. Luhan membuka mata namun ia tidak merasakan apa-yang-ia-harapkan, Sehun hanya mengelus dan merapikan rambutnya, tidak lebih dekat.

Luhan merasa sangat malu ketika Sehun mengusap ujung bibirnya-dimana bekas saliva nya yang mengering terlihat jelas, Sehun terkekeh kecil karena kepolosan namja kecil didepannya, sebelum menjauh dan menatap ke depan.

"Luar biasa," Sehun menerawang, "Aku tidak tahu kau punya aura semacam itu, gege."

"Aura apa?"

"Aura yang bisa membuat orang senang hanya dengan berdekatan denganmu. Kau mungkin tak ingin tahu lebih jauh, tapi aku... benar-benar merasa seperti akan mati beberapa menit sebelum kau datang." Sehun tersenyum penuh luka, menatap kedua kakinya yang sekarang bergoyang-goyang indah. Ia melirik Luhan yang menatapnya bingung. "Percayalah, kau tidak mau tahu alasannya."

"Aku ingin tahu." Susul Luhan cepat sebelum membiarkan kalimat pasif itu terbang begitu saja. "Aku ingin tahu, Sehun. Tak masalah jika itu hal yang tidak seharusnya kudengar. Aku mendengarkanmu sebagai Luhan, kakak kelasmu yang kau tolong saat dipukuli, bukan Luhan kekasihmu."

Sehun memastikan tatapan teguh Luhan tidak luntur untuk beberapa detik, setelah ia yakin kalau Luhan benar-benar ingin mendengarkannya, Sehun memutar badannya untuk menghadap Luhan dan berdeham pelan.

[ChanBaek] TroublemakerDove le storie prendono vita. Scoprilo ora