Chapter 7 - Peralihan Rasa

Começar do início
                                    

Lagipula, apa sih yang dilakukan Air hingga membuat Sherryl menangis seperti itu? Aku harus segera menanyakan hal ini padanya.

***

Aku memasuki kelas dengan langkah terburu saat kulihat sosok Air yang kini sedang asyik bercanda dengan teman-temannya. Kutepuk pelan bahunya yang membuatnya langsung terfokus padaku.

Dia tersenyum ceria melihat kehadiranku."Hai, gue nunggu lo daritadi. Ada hal yang pengen gue kasih tau sama lo."

"Kebetulan, gue juga pengen ngomong sesuatu sama lo," kataku yang membuatnya menyatukan alis. "tapi ngomongnya gak disini. Ayo ikut gue."

Aku menarik lengannya dan membawanya ke belakang sekolah yang sepi agar pembicaraan kami lebih privasi.

Kusentak lengannya kuat seraya menatap dia dengan tajam. "Lo apain Sherryl?" tembakku langsung.

"Oh, Sherryl... iya, gue minta dia buat ganti pasangan soalnya gue mau ngajak lo ke pesta prom." ucapnya dengan santai yang membuatku terperangah.

 "Gue?" aku menatapnya dengan skeptis. "lo lupa atau gimana, sih? Gue udah punya Angkasa."

"Terus dimana masalahnya? Lo bisa dateng bareng gue meskipun lo pacar Angkasa."

"Dimana masalahnya?!" aku mencoba menahan kekesalanku. "Air, lo kok jahat banget, sih. Kalau lo lupa, lo yang ngajak Sherryl pertama kali ke prom. Tapi pada akhirnya, lo juga yang ngebatalin disaat acara prom tinggal beberapa jam lagi. Sumpah, lo tega banget."

"Gue ngelakuin ini karena gue baru sadar kalo gue sayang sama lo. Gue cemburu ngeliat kedekatan lo sama Angkasa."

Aku menatap tak percaya padanya. Dia... sayang sama aku? Airlangga putra, sayang sama aku?

"Aiiiirr... lo kok gampang banget sih bilang sayang ke cewek? Bukannya lo bilang sendiri ke gue kalo lo cinta sama Sherryl? Apa... apa yang membuat lo ngerasa kalo lo sayang sama gue?" tanyaku dengan gemas.

Dia terlihat kebingungan untuk menjawab pertanyaanku. "Ya--ya gue gak suka liat kebersamaan lo sama Angkasa," tuturnya. "dari dulu, kita selalu bareng-bareng. Lo bahkan kayak tergantung sama gue. Dan gue gak suka kebersamaan kita yang udah lama itu rusak karena Angkasa."

Oh, jadi begitu rupanya. 

Aku tersenyum ketika aku mulai mengerti apa yang dirasakannya sekarang.

Kupejamkan kedua mataku lalu menarik napas panjang sebelum berkata, "Nggak, Air, lo tuh cuma kayak lagi ngidap sister complex. Lo takut kehilangan gue yang udah lo anggep seperti adik sendiri." Dengan perlahan aku mencoba menjelaskan padanya. "Lo bahkan gak bisa menafsirkan perasaan lo sendiri. Kalo gue gak salah denger, tadi lo bilang sayang ke gue, sementara lo dulu pernah bilang ke gue kalo lo cinta sama Sherryl. See, jelas 'kan perbedaannya?" Aku tersenyum penuh kemenangan padanya.

Lelaki di depanku itu sepertinya mulai terpengaruh dengan analisaku.

"Nggak, Ra, aku yakin kalo aku beneran ada rasa sama kamu." Dia tetap teguh dengan persepsinya. Dasar Air!

"Oke, gini, kalo lo emang sayang sama gue, please... lo ajak Sherryl lagi ke prom. Kasihan, dia nangis tadi."

"Sherryl nangis?" 

Aku tertawa dalam hati mendengar nada khawatirnya yang spontan.

"Iya, tadi gue ketemu dia di toilet. Dia nangis-nangis gegara lo batalin ajakan lo gitu aja, padahal dia seneng banget bisa dateng ke prom sama cowok pujaannya."

"Cowok pujaan?" Dia menatapku dengan terheran-heran.

"Iya, masa lo gak nyadar kalo Sherryl itu juga suka sama lo?" Aku jadi ikut-ikutan menatap heran padanya. "udah gih sana cepet susul Sherryl. Ntar dia keburu diambil orang la--"

Aku langsung menutup mulutku ketika Air berlalu dari hadapanku dengan seenak jidatnya. 

"Dasar orang yang lagi jatuh cinta." Gumamku sambil tersenyum.

Hah, syukurlah... aku senang akhirnya masalah ini mudah untuk diselesaikan. 

Tetapi dibalik kejadian ini, mengapa seperti ada yang ganjil? Kenapa aku merasa tidak senang ketika secara tidak langsung Air menembakku?

Dan anehnya, disaat bersamaan aku malah lega mengetahui kalau ternyata Air tidak benar-benar menyimpan rasa padaku. Harusnya aku memanfaatkan momen ini dengan baik. Toh, awalnya aku memang mengharapkan ini terjadi, kan?

Tetapi... dimana rasa sakit yang biasanya hadir ketika mengetahui betapa besar rasa cinta Air pada Sherryl itu sekarang? Mengapa aku malah biasa saja menyikapinya?

Dan... mengapa justru aku merasa seperti sedang berselingkuh di belakang orang lain? Apa ini karena Angkasa?

Oh, impossible!

***

"Kak!"

Aku berjalan dengan menghentakkan kaki ke arah Angkasa yang saat ini berniat meninggalkan area parkir sekolah.

Apa dia lupa dengan janjinya yang ingin mengajakku pulang bersama? Kok dia main meninggalkanku begitu saja?

"Kok kakak ninggalin aku, sih?" Aku mengerucutkan bibir dan menatap sebal padanya, sedangkan dia membuang muka ke arah lain. Kenapa sih dengan dia hari ini?

"Gue kira lo pulang bareng Air."

Jawabannya membuatku mengerutkan hidung. "Dan kenapa gue harus pulang bareng Air? Kan gue udah janji pulang bareng lo."

"Kan lo udah jadian sama Air."

"Hah? jadian? Kita gak jadian."

Dia menyatukan kedua alisya mendengar jawabanku. "Bukannya tadi Air nembak lo?"

"Oh itu, nggak kok, Air cuma lagi labil aja sama perasaannya." tuturku. "eh tapi, kok lo tau kalo Air nembak gue? Hm, jangan-jangan lo nguping lagi?" tuduhku padanya.

Dia tergeragap dengan tuduhanku. "Enak aja. Nggak, gue cuma kebetulan lewat aja tadi." katanya beralibi.

Aku terkikik dan mengerling geli melihat tingkahnya."Kenapa lo cengengesan gitu? Gila ya lo gara-gara ga jadian sama Air?" 

"Tau gak, Kak, gue tuh jadi ngira lo cemburu sama Air liat lo marah-marah gini," kataku menggodanya.

"Sembarangan!" Dia menjawab dengan cepat. "Gue tuh cuma nggak mau nanti ada yang cemburu ngeliat kedekatan kita." Dia beralasan lagi, ck! 

Tapi memang, sih, mana mungkin dia cemburu sama Air.

Lalu, kenapa juga aku ingin Angkasa cemburu? Hih!

"Ngeles aja lo, Kak, kayak bajaj. Udah yuk buruan, gue mau istirahat nih, biar fresh ntar malem."

"Iya, bawel."

TBC

PACAR SEWAANOnde histórias criam vida. Descubra agora