Chapter 1 - Awal Masalah

2K 42 1
                                    

Halo... maafkan buat cerita-ceritaku yang terabaikan. Aku dalam masa kehilangan ide. Sebagai pengganti, aku bawakan cerita lamaku yang udah tersimpan lama di draft. Ini cerita ringan banget kayak kerupuk. Jadi bisa dinikmati sambil nyemil cantik.

Aku usahakan ceritaku yang lain menyusul. Aminn...

Oke, semoga suka, ya...

***

Matahari yang masih nampak malu-malu mengintip dari sela-sela dedaunan, memberi kesempatan bagiku untuk terus berlari dan berlari dengan napas terengah. Kusingsing rok sepan menyebalkan yang cukup menghalangi langkahku. Jalanan becek di setiap rute yang kulalui cukup menghambat. Sebentar lagi, dan aku takkan menyerah. Aku sudah mengorbankan hari minggu yang selalu kunanti-nantikan sebagai hari hibernasi hanya demi hari yang kutunggu ini.

Tak kupedulikan jika hari masih pagi. Bahkan rerumputan terlihat basah akibat embun yang masih dengan asyiknya menggelayut mesra. Semerbak aroma kuat petrichor juga masih menguar dari tanah basah yang kupijak akibat hujan semalam.

Senyumku mengembang tatkala netraku melihat kumpulan orang berseragam cokelat yang berbaris dengan memegang tongkat di depan sana.

"Maaf... saya... telat, Kak!" Ucapku tersendat akibat napas yang masih berkejaran seraya memegang kedua lututku, ketika aku sampai di tempat yang kutuju.

"Telat lagi, telat lagi. Pasti mimpiin gue deh semalem. Iya kan, My Baby Lili?"

Pelototoan horor kuhadiahkan ke arah lelaki yang saat ini terkekeh di tempatnya seraya mengunyah permen karet kesukaannya.

Aku langsung menegakkan tubuhku. "Yang gue tahu, orangtua gue belum pernah bikin acara syukuran buat ganti nama. Dan asal lo tahu, nama gue masih Libra, bukan My Baby Lili." Jawabku sarkastik.

Dia malah dengan santainya meniup permen karetnya hingga menggelembung. "Kalo lo belum tahu, itu panggilan kesayangan dari gue buat lo, My Baby Lili," balasnya tepat ketika gelembung permen karetnya dia pecahkan.

Kalo ada orang yang bisa kutunjuk untuk menjadi makhluk yang harus dibasmi di bumi pertiwiku ini, yah... lemme introduce himself. Angkasa Adirangga, lelaki super duper meyebalkan dengan tingkat kepercayaan diri paling tinggi yang pernah kukenal.

Aku ingin membalasnya lagi tatkala kulihat kakak pembinaku yang sedari tadi menjadi penonton setia itu bangkit dari posisi duduknya sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Aku hanya bisa meringis dibuatnya.

"Libra sudah datang. Mari kita latihan satu kali terlebih dahulu sebelum kita menuju ke tempat perlombaan. Ingat, harus serius. Meskipun ini perlombaan perdana untuk puteri, tapi kita harus menang. Bisa dimengerti?"

"Siap, bisa dimengerti!"

Perkataan kakak pembinaku yang diucapkan dengan nada tegas dan berapi-api itu seperti perintah sekaligus penyamangat yang tak terbantahkan. Maka kami pun harus menjawab serta melaksanakannya dengan semangat yang serupa.

Aku dan teman-temanku kemudian langsung bergerak untuk mengatur posisi kami masing-masing. Kembali memantapkan gerakan wajib yang dipadukan dengan gerakan formasi dan variasi agar terlihat semakin kompak. Karena dalam PBB, bukan hanya gerakan, ketepatan waktu dan keindahan yang menjadi penilaian, tetapi juga kekompakan.

Ya, hari yang kutunggu itu adalah lomba PBB (Pasukan Baris Berbaris) tongkat pertama masa SMA-ku. Hari yang kutunggu sejak aku baru bergabung di ekskul Pramuka tiga bulan yang lalu.

Lomba PBB ini juga menjadi lomba pertama bagi teman-temanku. Biasanya sekolah kami tidak pernah mengikutsertakan regu puteri karena kurangnya anggota. Minat murid-murid di ekskul ini memang sedikit sekali. Kebanyakan mereka memilih Paskibra, OSIS atau ekskul-ekskul lainnya. Makannya, bergabungnya diriku menjadi angin segar bagi keberlangsungan regu putri dan juga ekskul ini.

Dari dulu aku memang sangat menyukai Pramuka, namun aku memang terlampau menjadi orang yang cukup moody, oleh sebab itu aku tidak bergabung dengan Pramuka sejak awal dan malah bergabung ketika awal masuk kelas sebelas.

Yah... meskipun hanya ekstrakurikuler, tetapi aku akan sungguh-sungguh menjalankannya, tidak hanya sekedar mengisi absen - latihan - pulang. Aku ingin memegang teguh arti dan prinsip Pramuka yang sebenarnya, rakyat muda yang berkarya. Pemuda yang menghasilkan karya.

***

"Gimana sama lomba PBB tongkat kamu, Ra? Regu kalian menang?" pertanyaan dengan nada penuh sindiran itu terlontar dari Air, teman sekelas sekaligus sahabat dari keciku, yang selalu mengomeliku ketika aku seperti menomorduakan pelajaran inti dan menomorsatukan ekskulku.

Aku hanya terkekeh kecil mendengarnya. "Lumayan. Barleria dapet juara 2 di debut pertamanya," ucapku dengan nada bangga yang tidak dapat ditutupi. "tidak menutup kemungkinan jika di perlombaan berikutnya nanti kami meraih juara pertama." Lanjutku seraya memamerkan barisan gigiku ke arahnya.

Senyumannya yang sehangat sinar mentari itu terbit di bibirnya ketika mendengar jawabanku. Senyum yang selalu menjadi favoritku.

Dia mengelus kepalaku dengan lembut, membuat jantungku kebat-kebit karenanya. "Selamat, ya. Gue ikut seneng dengernya." Ucapnya dengan tulus.

"Thanks, ya, Mas Airlangga Putra, hehehe..."

"Mas? Gue berasa kayak Mas-mas tukang pijet masa?" kelakarnya yang membuatku mau tak mau tertawa. "Oh ya, omong-omong, Sherryl udah konfirm ajakan gue waktu itu dan dia setuju dateng bareng gue di prom nanti." Tututrnya sumringah yang dengan sukses langsung menghentikan tawaku seketika.

Aku baru ingat dengan acara prom yang sudah menjadi acara tahunan sekolah kami sebelum menjelang kelulusan anak-anak kelas dua belas. Dan acara ini sangat ditunggu-tunggu oleh para murid perempuan sepertiku. Tak usah aneh dengan Air yang menjadi salah satu pria yang sangat antusias dengan acara ini. Pesta prom adalah acara yang ditunggunya agar bisa lebih dekat dengan perempuan pujaannya. Tetapi entah mengapa, aku jadi tidak berminat lagi ketika mendengarnya berhasil mengajak perempuan itu.

Benar. Aku tidak munafik jika aku menyimpan perasaan untuknya. Kebersamaan kami yang cukup lama menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku. Air yang cerdas, humoris, penyayang dan ramah kepada siapa saja, membuatku kagum kepadanya. Aku setuju jika ada yang beranggapan bahwa tidak adanya persahabatan antara pria dan wanita. Karena pasti salah satunya, atau pun keduanya, lama kelamaan akan terjebak friendzone. Karena, cinta itu tumbuh karena rasa nyaman dan terbiasa.

Tetapi, konsekuensi seperti inilah jika aku berani menyukai Air. Bertepuk sebelah tangan. Karena Air begitu tergila-gila dengan dia. Wanita dengan kesempurnaannya dalam wujud Sherryl Stefania. Dan aku... dengan bodohnya berpura-pura tuli dan buta meskipun mengetahui fakta yang satu itu.

"Ra? Libra? Lo gak papa, kan?"

Aku langsung tergeragap dan lamunanku buyar tatkala Air mengibas-ngibaskan satu telapak tangannya di depan wajahku.

"Gue nggak papa, kok, Air," balasku sambil menatapnya. "serius, gue nggak kenapa-kenapa." Yakinku sekali lagi seraya mengacungkan telunjuk dan jari tengahku membentuk 'peace' ketika raut cemasnya tak jua hilang dari wajah rupawannya. Inilah salah satu alasan lagi mengapa aku menyukainya. Dia begitu perhatian dan peduli padaku.

"Oke," Dia menghembuskan napas leganya. "jadi, lo datang ke prom bareng siapa?"

Aku bungkam dengan pertanyaannya, sementara otakku terus-terusan mencari, jawaban apa yang tepat untuk pertanyaannya. Lagipula, bagaimana bisa aku menjawabnya, sedangkan orang yang paling aku inginkan untuk mendampingiku ke prom adalah dia ... Airlangga Putra.

TBC

PACAR SEWAANWhere stories live. Discover now