Chapter 3 - Ide Gila

647 33 0
                                    

Semoga yang baca suka...

***

"My Baby Lili!"

Aku memutar bola mataku dan menggeram rendah ketika mendengar suara menyebalkan itu menyapa indera pendengarku.

Tak kuhiraukan panggilannya dan masih fokus dengan latihan membuat tandu dengan menggabungkan beberapa tekhnik tali-temali.

"My Baby Lili, serius banget sih hidup lo!" ucapnya lagi dengan nada menyebalkan yang sama.

Aku masih setia dengan sikap stay cool-ku. Anggap dia hanyalah makhluk astral yang tak perlu kau pedulikan eksistensinya, Titania Libra

Mungkin lelah dengan sikap tak acuhku, dia malah menjatuhkan dirinya di sampingku.

"Kenapa sih, lo? Sariawan? Sakit gigi?"

Aku hanya mendengus malas mendengar kata-katanya. Yah, semaumulah, Kakak kelas sok kegantengan!

"Cemberut aja lo. Lama-lama gue karetin juga ntar bibir sok seksi lo."

Bibir gue emang seksi kali, baru tau?

Namun rupanya dia tak akan berhenti sebelum membuat aku murka, terbukti dengan ucapan selanjutnya yang membuatku ingin menendangnya ke Segitiga Bermuda.

"Aah, gue ngerti. Sepertinya ada yang lagi patah hati gegara cowok yang mau diajak ke prom malah lebih milih cewe lain. Kasian, ck ck ck!"

Kepalaku langsung terangkat dan kuhadiahi dirinya dengan tatapan tajamku. Jika saja tatapan bisa mencabik dan membunuh, maka kuyakin dirinya sudah menggelepar tak berdaya dengan tubuh berdarah-darah sekarang ini.

Lagipula, kenapa sikapnya jadi melebihi emak-emak rempong pemburu gosip seperti ini, sih? Darimana dia tahu tentang hal seprivasi itu?

"Nggak usah melotot. Nggak kasian sama mata lo yang cuma segaris itu?"

Cukup sudah, aku tidak bisa menahan diri lagi, Angkasa Adirangga!

"Mau lo itu apa sih, kak? Kenapa lo nggak ngebiarin hidup gue tenang barang sebentar aja?!"

Jangan salahkan aku yang meledak saat ini juga. Masalah Air, Sherryl dan juga pasangan promku yang entah siapa itu cukup membuatku pusing. Dan dia dengan tak berperasaannya menyulut emosiku yang sempat teredam.

Lelaki itu hanya menatapku dengan kerlingan jahil dan seringaiannya. Sedangkan mulutnya sibuk mengunyah permen karet yang tak pernah absen singgah di dalamnya.

Melihatnya, mengingatkanku akan sosok Lupus yang termashyur di era tahun 80-an. Apalagi ditambah dengan gaya khas dan santainya itu. Dia benar-benar Lupus versi modern dan lebih urakan. Dan menyebalkan, tentunya.

"Nah, ternyata dugaan gue bener, kan? Ngapain sih lo pusing-pusing mikirin hal gak penting kayak gitu?"

"Susah ya, ngomong sama orang yang belum pernah dateng ke acara prom."

Dia tertawa kecil mendengar jawabanku. Sedangkan aku memandangnya dengan terheran-heran. Memangnya apa yang salah dengan jawabanku?

"Karena acara itu gak penting, makannya gue gak dateng."

Aku mendengus sinis mendengar jawabannya yang penuh alasan itu.

"Acaranya yang gak penting, atau gak ada yang mau jadi pasangan lo, Kak?" sindirku.

"Eits, jangan salah, banyak noh yang ngantre buat jadi cewe gue, cuma orang ganteng pasti punya selera yang tinggi, maap maap aje," ucapnya dengan percaya diri yang membuatku mual. Tetapi tatapan percaya diri itu sekejap hilang digantikan dengan seringaian penuh tipu muslihat yang membuatku waspada. "Oh, atau... bilang aja kalo lo mau ngajak gue jadi pasangan lo ke acara prom, My Baby Lili? Iya, kan? Hm?"

PACAR SEWAANOnde as histórias ganham vida. Descobre agora