Chapter 7 - Peralihan Rasa

529 30 0
                                    

Happy reading aja deh :D

***

"Oke, sudah sampe, Tuan Puteri."

Aku terkekeh seraya melepaskan helm di kepala mendengar lelucon Angkasa.

"Makasih, ya, Pak SUPIR," balasku dengan menekankan kata 'supir' padanya.

Dia hanya tersenyum sekilas sambil mulutnya tak berhenti mengunyah permen karet. Hah... seperti dia tidak bisa hidup saja tanpa permen karetnya itu.

"Yaudah, gue duluan, mau ke toilet dulu soalnya."

"Ntar pulang bareng gue, ya."

Aku hanya mengangguk singkat, sementara satu tanganku membentuk tanda hormat. "Oke, bos!" ucapku terakhir kali padanya sebelum membalik badan dan pergi dari hadapannya.

Hmm... entah mengapa langkah kakiku terasa ringan sekali. Aku juga tak mengerti, ada apa dengan hari ini hingga membuatku tak bisa berhenti tersenyum.

Apa karena Angkasa? Hihh!

Tapi, memang benar apa yang orang-orang bilang. Don't judge a book by its cover. Karena benar saja, setelah lebih jauh mengenal Angkasa, ternyata dia tak semenyebalkan yang kukira.

Bahkan kini, sifat menyebalkannya membuatku suka.

 Wait, suka? Pait pait, nggak mungkin!

Ketika hendak sampai di toilet, mendadak kuhentikan langkah kakiku ketika aku berpapasan dengan seseorang yang sepertinya kukenal.

Aku terkesiap ketika mengetahui bahwa orang itu adalah Sherryl. Dengan air mata yang membasahi wajah cantiknya.

"Sherryl?"

Wajah ayu itu mendongak mendengar sapaanku. Sejenak dia terkejut melihatku, tetapi aku mengernyit ketika tatapan tak bersahabat itu ia layangkan padaku kemudian.

"Lo kenapa?" tanyaku.

Sherryl cepat-cepat mengahapus air matanya, dan dia tersenyum sinis padaku.

"Selamat, ya, akhirnya kamu bisa pergi ke prom bareng Air."

Kernyitanku semakin dalam mendengar jawabannya. 

"Maksud lo apa, sih? Gue, ke prom bareng Air?" 

"Nggak usah pura-pura bodoh!" teriaknya padaku dengan tiba-tiba yang membuatku melongo. "Dari awal harusnya aku tahu kamu nggak ikhlas kalo Air jadi pasanganku di prom nanti. Makannya, tanpa sepengetahuan aku, kamu minta Air buat jadi pasangan kamu. Iya, kan?"

"Sher--sher, kayaknya lo salah paham, gue gak pernah minta Air untuk jadi pasangan gue di prom," kataku mencoba menjelaskan padanya. "lagian, gue udah punya pasangan gue sendiri, kok." 

"Bohong!" Lagi-lagi dia berteriak padaku. "Mana--mana buktinya kalo kamu udah punya pasangan sendiri? Selama ini kamu nyembunyiin identitas lelaki itu, kan? Bilang aja kalau ternyata dia memang gak pernah ada!"

 "Gue beneran udah punya pasangan--"

"Cukup," dia menghentikan kalimatku dengan suara lirihnya yang membuatku tak tega. "aku gak nyangka, ternyata seperti ini kamu yang sebenernya, Libra. Munafik!

 "Aku benci sama kamu!"

Itulah kata-kata terakhirnya sebelum dia berlari dan kemudian menghilang dari pandanganku. Aku hanya bisa menyabarkan diri dengan kata-katanya yang cukup menusuk hati itu.

Bodoh ya, hanya karena cinta, orang sebaik Sherryl sekalipun bisa menjadi pribadi yang berbeda dalam sekejap mata. Terkadang memang, kata cinta terdengar mengerikan sekali di telinga.

PACAR SEWAANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن