"Seperti bunga yang berada di puncak gunung, tak akan ada yang mampu menggapainya kecuali dengan usaha mu sendiri. "
"Jika rasa ini bak bait puisi yang ditulis indah. Maka tak akan pernah puisi itu selesai, kecuali diri ini telah tiada. " —Elegy For Me?
Semangat terus lanjyut!
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Yang sering belajar diam disela riuh" –Cesalyea Leticia Aldenia
TAP!
Tepat saat tangan Cesa menyentuh meja tersebut disaat yang bersamaan seorang siswi dengan printilan bak ekor dibelakang nya ikut menyergap meja tersebut.
"Ini kita duluan yang-" Kalimat Cesa terhenti saat melihat sosok yang juga ingin menduduki tempat itu.
"Oh lo. Cari tempat lain sana, ini kita duluan yang dapat. " Nadanya mendatar kala tau sosok itu adalah Elora sang adik tiri tidak berguna beban keluarga nya.
"Tapi kak disini udah gak ada tempat kosong lagi, el sama temen temen gak tau mau duduk dimana lagi. " Jelas Elora dengan manik mata tajam namun dengan nada yang memelas.
"Gue gak peduli. Lo mau lesehan kek diatap kek, Gak peduli gue. " Sarkas Avthera yang merasa jijik dengan nada bicara titisan ular sawah itu.
Gadis itu mengepalkan kedua tangan disisi tubuhnya. Sebenarnya ingin sekali Elora memaki kakak kelas nya yang menistakannya setiap kali berpapasan. Tapi diantara ketiga nya gadis itu sangat menunjukkan permusuhan pada kakaknya Cesalyea Leticia Aldenia.
Elora melangkah mendekat mempersempit jarak diantara dia dan kakak kelas tercintanya.
"Eh, anak gak guna. Mending lo ngalah deh sebelum lo nyesel ntar." Bisik Elora penuh penekan pada Cesa yang menatap nya bagai benalu.
"Denger baik baik yah jenglot, mau lo ngadu ama bapak bapak brewok itu gue gak peduli jadi mending lo menepi dari pandangan gue, " Balas Cesa dengan sedikit menunduk agar bisa sampai ditelinga Elora.
"Kak sakit! Jangan tarik rambutnya El. " Teriak gadis itu tiba tiba sambil memegangi rambutnya dan seolah sedang merintih kesakitan.
Seluruh atensi mengarah pada mereka, beberapa saling berbisik dan beberapa menatap sinis dan jengah melihat sesuatu yang hampir tiap hari terjadi.
"Pasti sebelum lahir emak lu demen nonton sinetron indosiar. Drama queen banget, kangkung. " Geram Varsha melihat ekting tidak layak tonton yang dilakukan adik kelas jahannamnya itu.
"Ganggu banget kalian, gak drama sehari bisa bikin kalian lumpuh? Enggak kan? " Teriak seseorang yang tak jauh dari meja mereka.
"Tapi kakak ini yang duluan tarik rambutnya El, sakit banget tau. " Lirih gadis itu seolah mengadu pada atensi yang mengarah padanya.
"Bacot, orang dia gak ngapa ngapain. Enteng banget congor lo fitnah orang. " Sembur Avthera tak terima sahabat sejenisnya dituduh atas apa yang tidak dia lakukan.
Cesa menghela nafas kasar, dia memandang sinis Elora. Dirinya benar-benar tidak tahu bagaimana jalan pikiran gadis itu.
Tak ingin memperpanjang masalah cesa meraih tangan Elora dan menariknya keluar dari area kantin, sedangkan orang yang tengah diseret nya meronta ronta bak cacing kepanasan. Cesa tak peduli seberapa keras adiknya itu berusaha melepaskan genggaman nya. Gadis itu membawa Elora ke belakang sekolah yang menjadi tempat paling sepi diseantero SMA Puja Kartika.
"Mau lo apa sih? HAH?! " Bentak Cesa dengan menghempaskan tangan Elora dengan keras.
"Sakit bego! "
"Bego? Lo yang bego! Gak cukup lo bikin masalah ke gue dirumah sampai disekolah pun lo cari perkara. " Cesa mendorong badan Elora dengan jari telunjuk nya.
Mata Elora membulat melihat perlakuan Cesa yang dia rasa semakin hari semakin berani.
"Berani banget lo sama gue, mentang mentang gak ada papa seenaknya lo sama gue. " Elora menarik kera baju Cesa dan menatap tajam dan dalam manik mata itu.
"Ada gak adanya papa, gue tetap sama. Papa itu orang tua kandung gue jadi gue ngehormatin dia dan bukan berarti itu buat gue takut dan segan sama lo. "
"Jadi manusia berguna dikit napa, nyusahin aja kerjaan lo. Tau gak?!" Lanjutnya dan menghentakkan tangan Elora yang berada pada kera bajunya.
plak
Satu tampan keras berhasil mendarat di pipi Cesa membuat wajahnya tertoleh kesamping.
"Lebih bagus kalo lo diem! "
"Lo sebenarnya hidup juga gak pantes! " Lanjut Elora.
*:..。o○ ○o。..:*
"Beraninya tangan kotor kamu menyentuh anak saya! Dasar kamu nyalang! " Bentakan kasar dan makian dilontarkan Bianca yang merupakan mama dari Elora.
"Kotor? Masih lebih kotor anak lo! " Tunjuk Cesa dengan jari telunjuknya.
"Gue ada karna hubungan yang sah. "
"Jaga mulut kamu jalang! "
"Ngaca lo! "
"Gak cukup banyak kaca dirumah sebesar ini sampai lo gak sadar diri?! "
Allen turun dari tangga dengan langkah cepat dan tergesa gesa mendengar pertengkaran yang kembali terjadi.
"Kalian kenapa lagi sih, heran gue. Jahit aja tuh mulut. "
"Tapi kak Len, kakak Cesa yang duluan nampar El. " Adu Elora dengan wajah yang memelas ingin dikasihani.
"Emang gue pernah percaya sama lo? "
"Semenjak kalian datang kesini, rumah ini gak pernah tenang! " Allen semakin meninggikan suara.
"Itu karena adik kamu yang gak punya adab. " Tunjuk Bianca dengan emosi dan mulut nyonyornya.
"Gue udah tinggal dirumah ini sama dia seumur hidup gue. "
"Dan gue tau gimana adik gue, dia gak akan mulai kalau anak tante gak cari masalah. "
"Mama! Bukan tante! "
✧༺♥༻✧ Batas keramat
Terimakasih telah mampir dan sempatkan netra indah kalian membaca cerita ini, jangan lupa vote dan komen.